"Ihh, masih jelek!" Calandra bersungut-sungut meratapi rambutnya yang masih terlihat kusut meski Rafael sudah berupaya merapikannya.
"Jelek dari mananya sih?" Sahut Rafael nggak terima. Pria itu sigap merebut ponsel dari tangan Calandra agar gadis itu berhenti bercermin di sana, kemudian mengulang kembali aktivitas yang sempat tertunda— adalah menyisiri rambut Calandra yang katanya seharga satu unit motor itu.
"Bisa-bisa kontrak eksklusif gue batal gara-gara rambut gue mirip mak lampir..."
"Siapa yang berani ngatain pacar aku mirip mak lampir? Suruh maju orangnya."
Demi Tuhan Calandra sudah berbicara selirih mungkin, hanya saja posisi mereka terlampau dekat sehingga Rafael bisa dengan mudah mendengar celotehannya.
"Gue nggak mau tau ya, Rafael! Lacur lo itu harus ganti rugi! 50 juta!" Ujar Calandra berapi-api.
"Loh loh, mahal amat?"
Rafael terkikik geli, ganti rugi macam apa yang nilainya mencapai dua kali lipat lebih banyak dari kerugian yang sesungguhnya? Pemerasan itu namanya. Lagipula rambut Calandra nggak serusak itu, lebih pantas disebut kusut karena bila di sisir dengan benar pasti akan kembali ke kondisi semula, justru gadis itulah yang harus membayar ganti rugi untuk semua kerusakan yang diakibatkan oleh kelakuan bar-barnya.
Kalau saja Rafael punya sedikit saja nyali untuk menghardik Calandra maka gadis itu nggak akan semena-mena. Lihat sekarang, akibat ulah Calandra mau nggak mau Rafael harus mengotori tangannya lagi— membungkam Melisa hingga menyogok beberapa pihak yang berpotensi menakuti gadisnya. Sial, nggak salah Calandra mengatainya tolol.
"Asal lo tau, ya! Gue ngabisin waktu 3 jam buat perawatan rambut doang! 3 jam kalo gue pake buat nyari duit saldo gue bisa nambah 2 digit, setan!"
"Dek, mulutmu itu lho..." Tegur Rafael.
"Kenapa?! Nyesel lo udah pernah ngokop mulut gue?"
"Aku pernah bilang kamu makin seksi kalo lagi marah-marah, kan? Jadi jangan protes kalo kamu aku kokop beneran." Rafael membalas keluar konteks. Kalimatnya itu nggak ayal buat Calandra menolehkan kepalanya ke belakang, memicingkan matanya seolah memperingati Rafael agar nggak melewati batas.
Cup
Namun Rafael terlalu bebal, bukannya takut dia malah mengecup bibir Calandra, lalu kedua pipi Calandra, hidung, kening, bahkan bawah dagu perempuan itu. Pergerakannya terbilang lambat sebab dia sengaja memberi celah pada Calandra untuk bisa mendorongnya.
Memang hanya kecupan, nggak lebih dan nggak kurang, tapi efek yang ditimbulkan bukan main besarnya. Calandra mau pingsan saja rasanya, perempuan itu juga nggak paham mengapa skinship mereka kali ini terasa lebih mendebarkan, jantungnya berdegup kencang seperti baru saja berlari mengelilingi lapangan bola sebanyak 4 putaran. Kesimpulannya, Calandra suka diperlakukan sedemikian rupa.
"Aku kangen banget sama kamu." Ucap Rafael tiba-tiba. Kejadian barusan benar-benar meluluhlantakkan kesadaran Calandra, karena ketika kesadarannya kembali tahu-tahu dia sudah berada dalam pangkuan Rafael.
"G-gue nggak tuh." Balasnya agak gelagapan.
"Aku harus apa biar kita kayak dulu lagi."
'Pertanyaan nggak mutu ini lagi.' Sungut Calandra dalam hati.
"Dek?" Calandra yang bungkam jelas mendatangkan kebingungan. Gadis itu selalu vokal dengan segala ketidaknyamanannya, benar?
"Gue masih butuh waktu." Ucap Calandra akhirnya.
Wajah yang tegang tiba-tiba menyunggingkan senyuman. Jawaban singkat Calandra terdengar seperti harapan yang dapat mewujudkan hubungan yang selama ini Rafael idamkan. Atau Rafael terlalu berlebihan mengartikan jawaban sederhana tersebut? Entahlah, yang pasti dia amat sangat senang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Calie's Heel (END)
RomantizmIf you don't know how to 'mencintai seseorang dengan ugal-ugalan' go ask to Madhava Rafael! CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • 18+ • Harsh Words • Semi Baku • Love Story, Family, Fluffy