Di ruangan khusus ganti pakaian terlihat Venus sedang mengganti seragamnya, ditemani Kiana yang duduk menunggunya.
"Jujur sama gue sebenernya lo siapa?" Kiana membuka suara. Dia masih tidak percaya dengan kejadian yang sebelumnya terjadi.
Mendengar pertanyaan menusuk itu sontak membuat Venus yang sedang merapikan kerah seragamnya berhenti seketika. Tatapannya yang semula turun pun langsung lurus ke depan. Menatap pantulan dirinya sendiri yang terpantul pada cermin di depannya.
"Gue Venus," jawabnya tanpa menoleh. "Emangnya siapa lagi?"
"Venus— bukan, Electra yang gue kenal bukan orang yang berani ngambil tindakan kayak tadi," balas Kiana dengan kembali menyebut nama Venus dengan panggilan Electra.
Ya, Electra adalah anak yang pendiam, saking diamnya dia bahkan tidak ada yang ingin mengganggunya. Tapi, memang satu atau dua kali Electra pernah terlibat masalah, itu pun penyebabnya karena orang-orang yang iri pada Vanca.
Orang-orang itu tidak bisa menyentuh Vanca karena dia dilindungi oleh Reo, jadilah Electra yang menjadi sasaran empuk bagi mereka. Meski begitu, Electra tidak pernah mengambil tindakkan serius. Dia hanya diam sambil menunggu sampai mereka bosan mengganggunya. Dan, seperti yang diharapkan olehnya, orang-orang yang mengganggunya akhirnya pergi dengan sendirinya.
Fase itu terus berulang-ulang sampai akhirnya tidak ada lagi yang ingin mengganggunya.
Setelah sekian lama, kejadian itu kembali terulang, namun dengan akhir yang berbeda. Ya, seperti yang kalian tahu, Electra berani melempar tempat sampah itu tanpa rasa takut. Tidak sampai di situ, dia pun menjambak, mendorong, bahkan memukul bokong Ellen berulang kali sampai membuat semua orang yang melihatnya pun ikut ngilu sendiri.
Mari sedikit kesampingkan keberanian Electra pada saat kejadian, tapi bagaimana Ellen yang menjadi lawannya tadi. Ellen Clarabelle adalah siswa yang bisa dibilang punya nama di sekolah ini. Tidak banyak yang berani melawan kehendaknya, bahkan Lara Galena si murid nomor 1 di sekolah ini saja rela menjilat telapak kaki Ellen hanya untuk berteman dengannya.
Lalu, bagaimana bisa Ellen yang memiliki kekuatan di belakangnya tidak dapat berkutik di depan Electra si anak pendiam? Padahal Ellen terkenal sebagai sosok yang semaunya dan pemarah, jika ada mengganggunya maka akan dia habisi pada saat itu juga.
Kiana yang melihat tingkah Electra yang begitu asing di matanya membuat dirinya mempertanyakan siapa sebenarnya Electra yang saat ini bersamanya.
"Semua orang ada fasenya ingin berubah, Ki." Venus menjeda kata-katanya sejenak, menoleh pada Kiana yang sedang memandang ke arahnya sepenuhnya. "Lo sendiri pernah bilang ke gue untuk berubah, kan?" imbuhnya.
Di salah satu chapter novel, Kiana yang melihat sahabatnya diganggu terus-menerus pun merasa geram. Dia ingin melawan orang-orang itu, namun Electra menahannya dan memintanya untuk tidak ikut campur.
Semenjak itu, Kiana hanya bisa diam melihat sahabatnya diperlakukan tidak adil. Dia sudah mencoba meminta Electra untuk mengubah kepribadiannya menjadi lebih berani, dan gadis itu berkata dia akan berusaha. Tapi, berusaha apanya? Electra malah semakin diam dan menjadi penakut.
Mungkin karena efek pemeran sampingan.
"El, tapi tetep aja perubahan lo itu mendadak!" Kiana berkata dengan nada sedikit meninggi, dia bahkan bangkit dari posisi duduknya. Venus dapat melihat luapan emosi yang dipancarkan oleh Kiana.
"Sampai-sampai ...," Kiana memutus ucapannya sejenak. Sorot matanya berubah sendu dengan menelan ludah. "Gue ngerasa kalo lo yang sekarang ada di depan gue itu bukan lo yang sebenarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZENNUS: Zvezda
Teen FictionTidak pernah terlintas dalam pikiran Venus Arinka bahwa takdirnya mati tenggelam setelah mencoba menyelamatkan saudari tirinya. Tapi, siapa sangka jiwanya malah terlempar ke salah satu tokoh novel Je Te Veux, tokoh yang memiliki nama depan yang sama...