-Happy Reading Y'all-
***
"Mau ke mana lo, Ven?" tanya Kiana pada Venus yang berdiri dari duduk. Padahal nasi uduknya masih tersisa setengah, pikirnya.
"Tunggu di sini sebentar." Venus berkata seraya meraih susu rasa stroberi yang dibawanya tadi.
Kiana ingin bertanya lebih lanjut, tapi Venus sudah berjalan meninggalkannya sendirian sehingga dirinya hanya memperhatikan ke mana gadis itu pergi.
Berjalan ke arah meja di mana Rex berada. Sesampainya, Venus tidak langsung mengatakan maksud kedatangannya. Menetap lurus salah satu dari mereka yang berada di posisi berseberangan dengan dirinya, yang kebetulan orang itu juga sedang menatapnya.
Reo, Ardiaz, Agra, dan Elian pun tidak bersuara, seolah tidak ingin mengganggu dua orang yang berada dalam dunia mereka sendiri. Sementara, murid-murid yang melihat Venus mendatangi Rex tentu langsung berbisik-bisik, penasaran apa yang akan gadis itu lakukan kali ini.
Sebelum berbicara Venus menelan ludah, merasakan tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering.
Dia berkata, "Untuk kejadian kemarin ..., gue gak akan berterima kasih untuk itu."
"Gue juga gak mengharapkan kata itu keluar dari mulut lo," balas Zen enteng.
Kemarin, setelah berputar-putar tak tentu arah, Zen akhirnya mengantar Venus kembali ke rumahnya. Untungnya, ketika mereka sampai di rumah, Vanca tidak ada sehingga Venus tidak perlu bingung menjelaskan bagaimana dirinya bisa bersama Zen dengan kondisi keduanya yang setengah basah.
Venus terdiam sebentar, tampak berpikir. "Gue harap itu terakhir kalinya lo mengacaukan rencana gue," peringatnya. Lalu, menaruh susu rasa stroberi itu di meja tepat di depan Zen.
Belum sempat Zen membalas ucapannya, Venus sudah berbalik badan meninggalkan sekumpulan pemuda itu tanpa pamit.
Zen bergeming dengan menatap punggung si gadis yang semakin menjauh. Tidak ada ekspresi di wajahnya, tapi jelas sebuah skenario tergambar di otaknya. Sayangnya, tidak ada orang yang tahu apa yang dipikirkan olehnya. Yang mana hal itu malah terlihat lebih mengerikan dibanding biasanya.
Perhatiannya teralih pada benda kotak di depan. Gue gak suka susu, batinnya.
Tidak lama setelah Venus pergi, Cemal dan Nevan akhirnya datang. Keduanya datang terlambat karena mendapat tugas untuk mengurus masalah perekrutan anggota baru.
"Widih! Tumben banget lo beli susu. Buat gue, ya?" celetuk Cemal melihat susu di atas meja, duduk di sebelah Elian.
Sepertinya, susu rasa stroberi itu menggugah selera di pandang mata, terbukti sudah dua orang menginginkannya.
Tangan kanannya terulur ingin mengambil susu kotak tersebut, namun ketika mendapat lirikan tajam dari Zen membuat Cemal mengurungkan niatnya.
"Canda, elah!" ucap Cemal dengan cengiran di wajahnya. "Lagian, tumben lo beli susu. Lo 'kan gak suka susu," sambungnya.
Semua orang juga tahu jika Zen tidak menyukai sesuatu yang manis-manis. Aneh rasanya melihat Zen membeli susu, apa lagi itu rasa stroberi.
"Gak beli, tapi dikasih," jawab Zen.
"Anjir! Semua orang juga tau kalo lo—"
"Venus," sambung Zen memotong ucapan Cemal, membuatnya terdiam seketika. Seolah mendengar nama Venus sudah menjadi trauma bagi diri Cemal sendiri.
"Pantesan tadi gue sama Cemal sempet papasan sama Venus. Ternyata dari sini," Nevan yang duduk di sebelah Reo akhirnya bersuara.
"Jujur dah sama gue sebenernya kalian berdua ada hubungan apa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/354548538-288-k878888.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZENNUS: Zvezda
Teen FictionTidak pernah terlintas dalam pikiran Venus Arinka bahwa takdirnya mati tenggelam setelah mencoba menyelamatkan saudari tirinya. Tapi, siapa sangka jiwanya malah terlempar ke salah satu tokoh novel Je Te Veux, tokoh yang memiliki nama depan yang sama...