17 : Jahil

2K 265 59
                                    

Venus memarkirkan sepedanya di garasi. Berjalan masuk ke dalam rumah dengan menenteng beberapa kantong plastik belanjaan yang dibelinya di mini market.

Semalam tiba-tiba ia teringat ibunya. Sebelum ibunya tiada, Venus bersama sang ibu setiap akhir pekan selalu melakukan aktivitas produktif, seperti memasak banyak makanan atau membuat kue untuk dibagikan pada para tetangga. Kebetulan hari ini adalah hari minggu, jadi ia berencana akan membuat donat dengan bahan-bahan yang sudah dibelinya. 

"Dari mana, Ven?"

Langkah Venus terhenti. Menoleh ke ruang tamu mendapati Vanca bersama Reo duduk di lantai dengan banyak buku berserakan di atas meja. Sepertinya mereka sedang belajar bersama. Tapi, bukankah jurusan keduanya berbeda? 

"Dari mini market," jawab Venus. Tidak ambil pusing kenapa kedua sejoli itu bisa belajar bersama. Mungkin saja itu adalah salah satu cara Reo mendekati Vanca, pikirnya. 

"Loh, emang bahan makanan di dapur habis?" tanya Vanca. "Kayaknya baru diisi Bi Ani kemarin."

"Gue bukan beli bahan makanan. Gue beli bahan untuk bikin donat."

"Donat?"

Venus mengangguk sebagai jawaban. "Lanjutin aja kegiatan kalian. Gue mau ke dapur."

Setelah mengatakan itu, Venus segera melanjutkan langkahnya yang tertunda. 

Kening Vanca mengernyit. Sejak kapan adiknya itu bisa membuat donat? Lebih anehnya lagi, sejak kapan Venus suka donat?! Seingatnya, semenjak insiden Venus tersedak ketika memakan dessert berbentuk cincin itu, dia tidak pernah lagi ingin mencobanya karena takut. 

Selagi Vanca dipenuhi kebingungan, suara Reo terdengar memanggil namanya. 

"Van, kenapa diem?"

"Ah..." 

Vanca tersenyum tidak enak hati. Lalu, melanjutkan aktivitas belajarnya yang sempat tertunda. Mereka belajar dalam diam. 

Tapi, tidak lama kemudian, seolah ada yang mengganjal dalam hatinya, Vanca menaruh pulpennya di atas buku. Membuat fokus Reo teralihkan menatap gadis di sebelahnya yang tampak gelisah.

"Uhm, Reo, sori kalo gue lancang." Reo diam mendengarkan. "Bisa gak belajar kali ini kita tunda dulu? Ada sesuatu yang perlu gue lakukan."

Reo tertegun. Lagi? Kenapa akhir-akhir ini gadisnya terlalu peduli pada Venus? Bukan sekali, dua kali Vanca membatalkan janjinya demi Venus. Di mulai dari malam pesta ulang tahunnya, membatalkan janji makan malam karena mengantar Venus membeli sepeda, tidak jadi pulang bersama karena Vanca pulang bersama Venus dan berakhir dia membuntuti kedua gadis itu dari belakang. Ya, orang yang mengikuti Vanca dan Venus beberapa waktu lalu adalah Reo. 

Dan, sekarang apa? Ingin membatalkan belajar bersama juga?

Meski Vanca berbicara padanya, tapi perhatiannya tertuju pada dapur, tempat di mana sang adik kembar berada. 

Hal itu tentu membuat Reo sedikit terganggu. Dia mulai berpikir bahwa Venus menjadi penghalang baginya untuk mendapatkan hati gadisnya.

"Oke, kita bisa lanjut kapan-kapan." jawab Reo memberi senyum, berbanding terbalik dengan suasana hatinya. 

"Gue suka sifat lo yang pengertian," kata Vanca.

"Boleh gue lebih lama di sini? Ada beberapa yang belum gue jawab soalnya."

"Kenapa, enggak? Kerjain aja soalnya di sini sekalian," kata Vanca memberi izin. Sebenarnya, dia juga tidak enak untuk mengusir Reo karena sudah beberapa kali membatalkan janjinya sesuka hati. Beruntung pemuda itu pengertian dan meminta untuk tinggal lebih lama.

ZENNUS: ZvezdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang