06 : Salah Tuduh

2.7K 388 86
                                    

Sepeda yang semalam dibeli oleh kakak-beradik kembar itu baru diantar di jam 6 pagi tadi. Sehingga setelah siap-siap dengan baju seragam yang sudah lengkap Venus kenakan, dia memutuskan untuk mengecek dan melepaskan setiap bubble wrap yang membungkus sepeda barunya. 

Selesai dengan kegiatannya, Venus tidak langsung membuang plastik berbentuk lembaran yang memiliki gelembung-gelembung kecil itu ke kotak sampah. Melainkan memilih untuk menekan setiap gelembungnya hingga menimbulkan bunyi letupan. 

Pletak! Pletok!

Apakah ada di antara kalian pernah melakukan hal sama seperti yang dilakukan oleh Venus?

Itu dia lakukan sampai seseorang memanggil namanya. Atensinya teralihkan, menoleh ke belakang mendapati Vanca berdiri di teras rumah.

"Kamu yakin mau pake sepeda ke sekolah, Ven?"

Percobaan perdana sepeda akan langsung Venus gunakan untuk berangkat ke sekolah. Meski si adik sudah mengatakan bahwa dia ingin membeli sepeda untuk sekolah, tapi tetap saja aneh bagi Vanca yang notabenenya tidak pernah melihat sang adik mengendarai benda beroda dua itu. 

Sewaktu kecil memang keduanya belajar sepeda bersama, tapi semenjak insiden jatuh hingga membuat lututnya terluka, Venus tidak mau belajar lagi. 

"Kalo gue gak yakin, ngapain juga gue beli." Venus menjawab seraya membuang bubble wrap yang berserakan ke kotak sampah. 

"Aku gak ngira kamu mau langsung bawa sepeda ke sekolah. Ku pikir kamu mau belajar dulu."

"Ngapain?"

"Kamu lupa, kamu gak bisa naik sepeda?" balas Vanca dengan alis berkerut. 

"Hah?! Emang iya?" 

Ekspresi keterkejutan tampak terlihat jelas di wajah Venus. Ia baru saja mengetahui fakta itu sekarang. Kok bisa naik motor lancar, tapi naik sepeda gak bisa?" batinnya.

Sepeda hanyalah benda beroda dua yang ia pikir anak umur 5 tahun pun sudah bisa mengendarainya. Fakta bahwa Electra tidak bisa mengendarai sepeda benar-benar menyadarkan Venus jika gadis itu memang tidak ditakdirkan menjadi pemeran utama.

Karakternya dibuat biasa-biasa saja, bahkan keahliannya juga biasa saja. Bagaimana bisa penulis membuat peran seperti itu?!

Terdengar suara deru mobil masuk ke pekarangan rumah. Membuat perhatian kedua gadis itu teralihkan secara bersamaan. Si pemilik mobil berwarna merah itu membuka pintu mobil. Kemudian, turun menghampiri salah satu gadis yang berdiri di teras rumah dengan melewati gadis lainnya seolah tidak melihat ada eksistensi lain di sana.

"Buset! Gue invisible, kah?"

Batin Venus sedikit kesal. Melihat pemuda yang baru saja datang itu berdiri di hadapan Vanca dengan membelakangi dirinya. 

"Pagi, Vanca." 

 "Pagi." 

"Kita jadi berangkat bareng 'kan?" Reo bertanya memastikan, sebab perhatian gadis di depannya ini tertuju pada orang di belakangnya. Yang mana hal itu membuatnya sedikit tidak senang. 

Sementara Venus yang tidak ingin mengganggu Reo dan Vanca memilih masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil tas miliknya. Waktu sudah menunjukkan bahwa dia harus segera berangkat sekolah. 

"Vanca?" panggil Reo. 

Sang gadis yang sedari tadi sibuk memperhatikan adiknya sontak menoleh mendengar namanya disebut. 

"Oh, maaf. Kenapa, Reo?" Vanca merasa sedikit bersalah karena tidak begitu mendengar ucapan pemuda di depannya.

"Kita jadi berangkat bareng 'kan?" Reo menjeda ucapannya sejenak. "Lo udah janji kemarin, kalo lo lupa."

ZENNUS: ZvezdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang