22 : Family

1.7K 183 58
                                        

Langkah kaki Venus menuntunnya menuruni anak tangga satu persatu. Sesaat setelah ia membersihkan tubuhnya dan mengenakan piyamanya. Rasanya ia mendengar kebisingan dari bawah, membuat rasa keingintahuannya melonjak dan akhirnya memilih untuk menilik siapa dalang yang membuat kebisingan di kediaman yang biasanya sepi. 

Dahi Venus sedikit mengernyit, langkah kakinya pun semakin melambat kala penglihatannya jatuh ke arah ruang dapur, tepatnya meja makan. Tampak di sana empat orang sedang berbincang. Dua di antaranya adalah Vanca dan Reo, lalu dua lainnya pria dan wanita paruh baya yang sepertinya sepasang suami istri. Venus sendiri merasa tidak asing dengan dua orang tersebut. 

Di tengah pikirannya yang sibuk menerka-nerka, Venus terdistraksi oleh suara Vanca yang memanggil namanya. Kontan membuat pandangannya terarah ke sumber suara. 

Vanca mengisyaratkan Venus untuk mendekat dengan gerakan tangannya dan yang lebih muda langsung menurut begitu saja. Sesampainya, Venus menatap netra legam di depannya, meminta penjelasan. 

"Aku bersumpah, aku gak tau Papa dan Mama pulang hari ini," Vanca berbisik yang hanya didengar oleh Venus. Nada bicara seolah tidak ingin ada kesalahpahaman dengan sang adik. 

Beberapa menit lalu, ia diantar pulang oleh Reo dan seperti biasa Reo akan mampir sebentar. Saat di pekarangan rumah penglihatannya jatuh pada mobil yang terparkir di sana. Merasa tidak asing, ia mengajak Reo untuk masuk dan mendapati bahwa orang tuanya baru saja datang, terbukti dengan koper yang berada di sisi mereka. 

Dan, di sinilah mereka, makan malam sekaligus berbincang melepas rindu. Kemudian, beberapa saat setelahnya Venus datang dengan dia yang sudah mengenakan piyama, yang Vanca tebak adiknya itu bersiap untuk tidur. 

Venus tidak memberi tanggapan atas penjelasan Vanca, ia terfokus pada dua paruh baya yang duduk berseberangan dengannya. 

Jadi, mereka orang taunya si kembar? Kalo diliat-liat, gak heran kenapa wajah Vanca bisa paripurna kayak gitu. 

Batin Venus. 

"Kamu gak kangen Mama dan Papa, Venus?" celetuk wanita setengah baya yang mengenakan kaca mata itu.

Mata Venus berkedip beberapa kali. Tubuhnya tanpa sadar menegang dengan senyum kikuk terpatri di bibirnya. Jujur, dia tidak tahu bagaimana cara menanggapi ucapan barusan yang entah mengapa terdengar ketus di telinganya. 

Pada dasarnya, Electra tidak dekat dengan keluarganya, ditambah dirinya pun hanyalah entitas asing yang hadir di tengah-tengah keluarga ini, membuat Venus tidak tahu harus berbuat apa.

"Ven?" suara berat dari pria setengah baya kini terdengar. 

Dengan mengumpulkan keberanian, Venus mendekat ke arah orang tua si kembar yang sudah berdiri dari duduknya. Meski canggung, ia memeluk keduanya secara bersamaan dan juga dibalas pelukan oleh mereka. 

"How are you, Ma, Pa?" 

"We're good, Ven. How about you?" balas sang orang tua bersamaan.

"So far so good," I wish. lanjut Venus dalam hati seraya melepaskan pelukannya. 

Setelahnya, mereka kembali duduk ke tempat masing-masing, yang tentunya Venus pun ikut duduk di bangku yang sebelumnya Reo tempati. Karena tidak lama setelah Venus menuntaskan sambutan basa-basinya, pemuda itu langsung berpamitan untuk pergi.

Sama layaknya seperti keluarga yang sudah lama tidak bertegur sapa, mereka mengobrol dengan berbagai topik pembicaraan mengenai keseharian masing-masing. 

Perlu dicatat hanya Vanca yang banyak disebut oleh orang tuanya karena memang di novelnya pun Vanca adalah anak emas. Sementara, Venus hadir hanya untuk sebagai pendengar. Ah, lihat saja betapa kedua orang tuanya itu sedang menyanjung-nyanjungkan si anak lebih tua. Pantas saja Electra tidak tahan dengan keluarga ini. 

ZENNUS: ZvezdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang