-Happy Reading Y'all-
***
Suara bel sekolah berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran harus segera dihentikan. Murid-murid kelas bersorak riang, terbebas dari guru matematika yang galak. Mereka dengan cepat membereskan buku dan alat sekolah yang berserak di meja.
Begitu selesai membereskan barang masing-masing, satu persatu dari mereka keluar dari kelas. Berbeda dengan temannya yang lain, tampak Venus masih di tempatnya. Menempelkan pipinya pada meja sambil mendesah berat.
"Kenapa gue harus nangis sih kemarin? Nangisnya di depan orang sinting lagi," monolog Venus dalam hati. Mengingat kejadian memalukan yang ia lakukan kemarin.
Sungguh, Venus tidak mengira akan diselamatkan oleh orang yang sama dua kali. Awalnya ia marah karenanya ia tidak memiliki kesempatan untuk kembali ke tubuh aslinya. Namun, di sisi lain ia sangat berterima kasih pada Zen. Jika saja Zen tidak cepat menolongnya, mungkin saja dirinya akan benar-benar mati kali ini.
Pada saat dia hampir kehilangan kesadaran. Dengan samar Venus melihat seorang gadis bersurai panjang dengan pakaian serba putih berenang menghampirinya. Gadis itu menyentuh wajahnya, mengusapnya lembut dengan senyum hangat terpatri di bibirnya.
Venus terbuai dengan perlakuan gadis yang menatapnya penuh kasih hingga membuat matanya terpejam sebentar. Tapi, tak sampai 10 detik ketika dirinya membuka mata, tiba-tiba raut wajah gadis itu berubah marah dan sorot matanya menunjukkan kebencian mendalam, yang Venus sendiri tidak tahu ditunjukkan pada siapa.
Gadis itu mendorongnya menjauh. Venus ingin menggapainya, tapi gerakannya seolah dibatasi oleh sesuatu. Dia berusaha sekuat tenaga agar gadis itu tidak semakin menjauh darinya, tapi kesadarannya tidak dapat dipertahankan lebih lama. Pada akhirnya dia hanya mencengkeram kehampaan dengan penglihatan yang semakin menggelap.
Lalu, ketika dirinya sadar, dia sudah ada di permukaan dengan Zen yang memakinya dengan ekspresi marah sekaligus khawatir.
Lagi-lagi, terdengar desahan pasrah dari meja Venus. Membuat Kiana yang mendengar helaan napas berat di sebelahnya menoleh seketika.
"Lemes amat lo hari ini," tukas Kiana. Sedangkan, Venus hanya membalasnya dengan gumaman, menandakan ia tidak bersemangat hari ini.
Selesai membereskan barangnya. Kiana kembali bersuara, "Kantin, gak?"
Venus mengangguk, mengiyakan ajakan Kiana. Dengan secepat kilat dia memasukkan barang-barang miliknya ke dalam laci.
"Tumben, lo bawa susu. Buat gue, ya?"
Tangan Kiana terulur ingin meraih susu kotak yang berada di atas meja, namun dengan cepat si pemilik menggeplak tangannya dengan lirikan tajam.
"Jangan ke-PD-an!" sungut Venus.
"Geplakkan lo udah kayak nyokap gue aja, anjir! Sakit bener!" Kiana meringis seraya mengusap punggung tangannya yang digeplak oleh Venus. Sedangkan, Venus tidak menanggapi apa pun.
Tanpa menghabiskan banyak waktu di dalam kelas keduanya pun keluar. Mereka berjalan menuju kantin diselingi obrolan tipis. Sesampainya, mereka langsung mendudukkan diri di salah satu meja dan kursi yang masih kosong dengan pesanan yang sudah mereka pesan sebelumnya.
"Katanya Rex nyari anggota baru." Kiana membuka topik pembicaraan seraya menyuap bakso ke dalam mulut.
Jangan heran kenapa Kiana selalu memesan menu yang sama, bakso memang makanan favoritnya. Berbeda dengannya, Venus adalah tipe orang yang gampang bosan sehingga ia akan memesan menu lain setiap harinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZENNUS: Zvezda
Teen FictionTidak pernah terlintas dalam pikiran Venus Arinka bahwa takdirnya mati tenggelam setelah mencoba menyelamatkan saudari tirinya. Tapi, siapa sangka jiwanya malah terlempar ke salah satu tokoh novel Je Te Veux, tokoh yang memiliki nama depan yang sama...