trois

232 22 19
                                    

Notes: Il s'avère qu'il n'était pas si mauvais

















Ya, mereka pulang bersama, tetapi berpisah di halte berikutnya karena katanya renjun tinggal disekitaran sini. Jadi tinggalkah jaemin sendiri didalam bus itu, maksudnya duduk sendiri. Entah kenapa jaemin malah melihat renjun yang sedang mengibaskan rambutnya kebelakang.

Sampai renjun juga melihat kearahnya, jaemin buru-buru mengalihkan intensi nya kedepan. Tidak berani menoleh kearah renjun, karena takut. Oh apa itu, ada merah rona pada pipi jaemin? Atau memang warna kulitnya agak kemerahan?

"Kapan bus ini jalan! Ayo cepat jalannn" batin jaemin menyuruh bus tersebut agar cepat meninggalkan halte tersebut.

Sekilas jaemin melirik kearah renjun, dan ternyata renjun terus saja melihatnya, jaemin kembali melihat kedepan, hingga akhirnya bus itu jalan, jaemin menarik nafas lega. "Akhirnya jalan..." lega nya.

Sementara disisi lain, renjun masih melihat bus yang sudah berjalan beberapa meter dari tempatnya berdiri itu dengan senyum yang belum menghilang dari wajahnya. "Lucu ya?" gumamnya.

Renjun tersadar, apa yang baru saja di ucapkan nya? Renjun menggeleng lalu kemudian menyebrang dan berjalan menuju remahnya. Saat tengah berjalan telepon miliknyq berbunyi.

Jenoleng

Apa cuy?

[Motormu udah di rumah ya, tadi aku yang bawa]

Oke, makasih brokuu!

Tutt..

Setelah mengatakan terimakasih renjun mematikan telepon sepihak dan berjalan bersemangat ke rumahnya. Dasar memang rada kurang tau diri.

Renjun membuka gerbang rumahnya dan masuk kedalam, benar saja motornya sudah terparkir indah di pekarangan rumahnya. Renjun dengan sumringah masuk kedalam rumahnya.

"Njun pulang!"

Wendy, mamanya. Yang sedang berasa di dapur pun tersenyum dan menyambut anaknya itu dengan senyuman dan dekapan. Tetapi sebelum itu, wendy di buat kaget dengan luka lebam yang menghiasi wajah anaknya.

"Astaga, junnie! Ini kenapa? Kok bisa luka? Kamu berantem?" tanya wendy panik, tetapi renjun malah tertawa geli tidak jelas.

"Jawab mama, jangan ketawa gak jelas begitu. Kek orang sinting," julid wendy.

"Gapapa mah tadi jatuh dikit, yaudah ingin keatas dulu yah," belum mendapat jawaban dari wendy, renjun sudah melenggang pergi dari sana, memang selain kurang tau diri, renjun ini juga durhaka. Wendy hanya menggeleng dan kembali menuju dapur.

Sampai di kamar renjun langsung saja menghempaskan tubuhnya pada ranjang. Dia kepikiran sesuatu yang terus membuatnya bertanya-tanya.

"Kenapa dia takut sih sama gue?"

>>

"kenapa aku takut sih sama dia?"

Sama halnya dengan renjun, jaemin juga kepikiran dengan hal itu, kenapa juga dia takut pada renjun? Padahal benar yang di katakan renjun dia baik, dia juga bukan berandal dan sebagainya, tetapi kenapa dengan satu tatapan dia bisa takut pada seorang renjun.

Jaemin merebahkan dirinya di ranjang miliknya. "Apa aku berlebihan ya?" tanyanya pada dirinya, "tetapi aku memang takut..." lirihnya.

Notre Histoire [Renmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang