onze

113 9 1
                                    

Maybe this bab agak membosankan, apakah perlu menambahkan.... Maybe a little kiss? Or nah?

_____________


Notes: Qu'est-ce que c'est d'autre !?







Pagi ini renjun dan jaemin berangkat bersama, ya karena semalam renjun menginap. Saat sudah sampai Jaemin langsung turun dan memberikan helm yang di pakainya pada renjun, tidak lupa berterimakasih dan pamit.

Namun sebelum beranjak, renjun menahan tangannya. Jaemin menunjukkan gestur ada apa? Saat melihat tangannya yang dipegang oleh renjun. "A? Ah gapapa!" Renjun langsung melepaskan genggamannya. Entah tadi dia reflek atau bagaimana dia juga tidak tau.

Jaemin hanya ber-oh dan kemudian benar benar pergi meninggalkan renjun yang masih melihati kepergiannya. Setelah tersadar renjun langsung buru-buru melepas helmnya dan mengibaskan rambutnya kebelakang.

Renjun juga akhirnya menyusul untuk pergi kekelas.

.

Jaemin berjalan dengan santai, menaiki tangga demi tangga, hingga ia berada satu lantai dibawah kelasnya, yang berarti dia harus melewati satu tangga lagi. Namun saat sudah berada di ujung anak tangga dan ingin menaiki tangga selanjutnya, seseorang menyikutnya dengan kuat hingga Jaemin terpeleset.

Jaemin terjatuh kebelakang, saat itu tidak ada yang melintas disana. Kepala Jaemin benar-benar menyentuh lantai yang keras. Jaemin kehilangan fokusnya, kepalanya pusing, pandangannya buram. Di saat bersamaan dia melihat seseorang yang tak asing yang dengan santainya lewat tanpa memperdulikannya.

"G-guanlin.."

Setelahnya pandangan renjun benar-benar hitam setelahnya.

Renjun yang memang langsung menyusul Jaemin tadi terkejut melihat Jaemin yang sudah tidak sadarkan diri ditangga. Renjun langsung berlari dan berjongkok disamping jaemin.

"Jaem! Jaem!" Renjun menepuk nepuk pelan pipi jaemin.

Merasa ada yang tidak beres, renjun langsung menggendong Jaemin ala bridal style menuju unit kesehatan sekolah yang berada di ujung lorong lantai dua.

Renjun berlari secepat mungkin sambil menggendong jaemin. Setelah sampai renjun langsung membaringkan tubuh Jaemin dan langsung menyuruh dokter yang memang ditugaskan disana untuk memeriksa jaemin.

"Jaemin kenapa renjun?" Tanya dokter itu.

Renjun menggeleng, "saya juga ga tau dok, saya temuin udah pingsan di tangga," jawab renjun.

Dokter itu langsung saja mengambil alat-alat yang diperlukan untuk memeriksa keadaan Jaemin, setelah beberapa saat menunggu. Akhirnya dokter tersebut menemui renjun yang berada diluar tirai pembatas/penutup.

"Dia kenapa dok?" Tanya renjun.

"Dia keknya kejedot, jadi agak benjol sedikit di bagian belakang kepalanya." Jawab dokter.

"Tapi dia gapapa kan dok?"

"Gapapa kok, sebentar lagi dia sadar."

Renjun bernafas lega, "makasih ya dok." Dokter tersebut mengangguk dan kembali keruangan yang memang sudah disediakan sekolah.

Renjun menggeser tirai yang menutupi jaemin, dan duduk di bangku samping matras Jaemin dibaringkan. Renjun terus saja memperhatikan wajah jaemin, menelisir setiap segi wajah Jaemin. Satu kata yang terucap dari mulut renjun.

"Sempurna."

Renjun tersenyum, mungkin dia memang harus mengakui bahwa ia memang sudah menyukai Jaemin, Entahlah renjun juga tidak tau pasti kapan. Karena pada awalnya renjun hanya ingin mengajak Jaemin berbicara karena ia adalah anak baru di kelasnya.

Notre Histoire [Renmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang