Quatre

162 17 19
                                    

Notes: Devenez ami











Sejak kejadian tadi pagi, perlahan rasa takut, perasaan resah saat melihat renjun kini mulai memudar, walau jaemin masih belum terbiasa dan masih sering menghindar saat renjun ingin mengajaknya bicara.

Dan kini istirahat kedua sudah tiba, renjun sudah di jemput antek-anteknya dan pergi menuju kantin. Jaemin juga tentunya ingin pergi kekantin, dirinya lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas.

Di kantin, jaemin melihat kantin yang sangat ramai. Hingga tidak menyisakan satu bangku pun untuk didudukinya. Jaemin kebingungan, dirinya hanya berdiri seperti orang gila sambil memegang nampan berisi lauk dan pauk untuk dimakannya disana. Hingga indra pendengarannya menangkap sebuah suara.

"Jaemin!"

Karena kantin yang terlalu ramai, jaemin kesusahan mencari siapa yang memanggil namanya, entah apakah telinganya yang salah dengar atau apa, tapi jaemin jelas mendengar namanya sedang dipanggil.

"Jaemin!!!" Jaemin menoleh, tetapi belum menemukan empu suara, "disini!" Akhirnya jaemin menemukannya, itu seungmin yang sedari tadi memanggilnya.

Jaemin lalu berjalan menuju meja seungmin dan kawan-kawannya, ya tentu renjun juga ada disana, jaemin sempat melirik sebentar soalnya. "Iya?"

"Lo ga kebagian bangku kan? Sini join, itu samping renjun ada bangku kosong," tawar seungmin. Jaemin hanya diam, sambil terus memegangi nampan miliknya, sambil menatap renjun ragu-ragu, kalau dia langsung duduk tau taunya renjun malah gak nyaman gimana.

Renjun yang merasa dilihat pun menoleh kearah jaemin, "duduk aja," suruhnya. Barulah jaemin beranjak dari tempatnya berdiri menuju bangku kosong disebelah renjun.

Setelahnya mereka kembali memakan makanan masing-masing, begitu pula dengan jaemin, dia juga dengan perlahan mulai makan. Renjun? Renjun selesai duluan karena sedari sebelum jaemin datang, dia sudah mulai makan. Jadi dia lebih dulu selesai.

Renjun hanya diam memandangi objek indah disampingnya. Tunggu dulu, indah? Objek disampingnya indah? Sejak kapan hyunjin jadi indah dimata renjun? Ralat bukan hyunjin, tapi jaemin?

Uhuk..! Uhuk..!

Itu suara batuk jaemin, yang tidak sengaja tersedak makanannya sendiri. Renjun dengan sigap memberikan air putih untuk jaemin, ia segera menerima dan menegaknya secara brutal. Tenggorokannya perih sekali.

"Udah gapapa?" Tanya renjun.

Jaemin hanya mengangguk.

"Makanya makan tuh jan buru-buru, gue gak minta juga kali," renjun dengan reflek mengelus surai lembut milik jaemin. Damn! Semua orang tercengang. Jihoon yang ada di depan mereka langsung terpelongo, dan felix yang sedang asik makan langsung terbatuk-batuk.

Jaemin hanya diam, namun di dalam hatinya ia berteriak-teriak, ini terlalu tiba-tiba.

Renjun tersadar akan apa yang ia lakukan, ia langsung menarik kembali tangannya dan mencoba untuk biasa saja dan menganggap tidak ada apa apa yang terjadi barusan. Jaemin, ia melihat keadaan sekitar dengan tidak enak.

"Udah kali! Kek ngeliatin apa aja lu pada," renjun sok santai.

"Langka," sahut mereka bersamaan.

Jaemin yang mendengar jawaban dari teman renjun bingung, langka bagaimana? Apakah renjun tidak pernah melakukan hal se-sepele itu kepada orang lain hingga temannya menganggap itu adalah hal langka? Jaemin tidak ambil pusing.

"Ihh! Langka bapak lo! Udah gue mau ke kelas, lu gak jaem?" tanya jaemin.

"Haa? Iya ayo."

yang lain hanya melihati dua punggung yang perlahan mulai menghilang dari pandangan mereka, setelahnya beradu argumen.

Notre Histoire [Renmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang