“Rambutmu panjang sekali, Ellaz” celetuk Elizabeth termangu. Marcella tersenyum sebagai tanggapan karena tangan gemulainya itu sedang menyisiri rambut merah ilalangnya. Benar kata Elizabeth, rambutnya semakin memanjang.
Isabella menjawab, “Tentu saja semakin memanjang. Kita sudah masuk tahun ke 3 kalau kau lupa, Lizzie.” Pemudi itu menggelengkan kepala.
Elizabeth menepuk jidatnya. “Oh iya!”
“Oi, ayo keluar. Kalian tidak akan melewatkan waktu bermain kita dengan Marauders bukan? Ayo!” Addison memotong pembicaraan teman-temannya dengan bergegas. Ia memakai jaket tebal, topi bahkan sarung tangan. Astaga, mereka lupa kalau hari ini adalah hari dimana musim dingin tiba.
“Hey! Jangan lempar bola salju itu kearahku!”
Sedari tadi, Isabella harus mengindar dari lemparan bola salju milik James. Keduanya memang menggemaskan saat musim dingin, aku hanya bisa terkekeh melihat aksi mereka.
Sirius tertawa terbahak-bahak. Addison menghela nafas. “Mereka lucu, right? Kenapa tidak berkencan saja?” Tanyanya, terjun ke pertanyaannya sendiri. Addison berpikir bahwa James dan Isabella harus menghilangkan rasa gengsi mereka masing-masing. Ayolah, cepat berkencan! Aku akan menyiapkan semuanya.
“Setuju. Lihat, sedari tadi mereka masih saling melempar bola salju— hey itu jarak terdekat yang pernah kulihat!” oceh Sirius, membahana di halaman belakang Hogwarts sembari menunjuk kearah James dan Isabella yang semakin dekat.
Secara harfiah, James tidak sengaja memeluk Isabella ketika ia berusaha membalas. Isabella justru terpaku dan hanya diam saja. Aku bersikeras, “WOO HOO! AYO BERKENCAN SEGERA!”
Dan ya, ucapanku justru membuat Peter tergelak bahkan sampai tertidur di tanah lagi. Aku ikut tertawa melihatnya, begitupun dengan yang lain.
“Pete, what the hell! Bangun atau Elizabeth tidak akan tertarik denganmu!” cibir Remus. Walau nadanya serius, kami semua tahu ia hanya bercanda. Peter terbangun dari tanah yang ditutupi oleh salju tebal itu. “She's already interested, aren't you, Lizzie?”
“A-apa?!” sentak Elizabeth terbata-bata. Gadis berparas cantik itu menutupi wajahnya. Peter menepis lengan Elizabeth pelan, “Don't be shy, I know you're gonna say yes.”
Wow, aku baru tahu kalau Peter bisa menggoda seseorang! tapi, terkesan menjijikan. Elizabeth membuang muka, pipinya bersemu kemerahan. Sepertinya Peter harus berhenti, atau Elizabeth akan berubah menjadi tomat hidup sekarang juga. Aku lagi-lagi ikut tergelak.
“Blud berpikir bahwa ia bisa menarik wanita!” Sirius ikut mencibir. Peter menyeringai lebar. “Shut up, Pads, aku tahu kau menyukai Addison.” bisiknya, namun nada Peter keras seakan-akan ia sengaja agar Addison dapat mendengar.
Sedangkan Addison diam tak sanggup berkata-kata. Eh, gerakannya kaku dan wajahnya memerah. Addison pasti menyukai Sirius balik!
“Plot twist.” kata Remus berbincang.
Kami semua tahu kalau Peter dan Elizabeth diam-diam berkencan. Jadi, Elizabeth sudah resmi menjadi kekasih seorang Peter Pettigrew. Namun kali ini berbeda, Peter berlutut di hadapan Elizabeth, menatap wajahnya semakin dalam.
“My little fluffy flower, please accept my love.” Peter mengucapkannya seperti pria Opera tahun 40an. Semuanya tertawa, aduh perutku sakit karena terlalu banyak tertawa! Apakah aku harus menamai hari ini 'Hari Penuh Tawa' di buku harianku?
𑁯꯭໑
Marcella mengeluh. “Ugh! Sebal, sebal, sebal!” Kata-kata itu sudah Marcella ucapkan setidaknya 4 kali. Sirius mengerutkan hidungnya, “Ada apa sih, El? Kau nampak seperti Ibu Frank jika terus seperti itu,” tegur Sirius tanpa dosa.
“Hey pads, mungkin Ella lelah.” tebak Remus. Dan itu benar. Hanya saja, saat Marcella sedang berada di tahap pubertas, moodnya bergonta-ganti. “Maybe you're right about that, Moony. But I'm not a puberty doctor,”
Addison memukul lengan Sirius. “Ouch! That hurts, my love!” Sirius kini ikut mengeluh sembari meringis. Addison merangkulnya perlahan. “Berhenti mencibir dan jangan panggil aku seperti itu!”
Remus cemberut, “Come on guys. Ella, apa kau mau sesuatu?”
“Apa itu?” Marcella kembali bertanya. Remus menarik tangan Marcella, “Ikut aku. Kau akan tahu jawabannya nanti,”
“Dasar remaja suka menyendiri.” sindir James saat Remus dan Marcella pergi menjauh.
James harus tahu, sesuatu bisa berarti lebih sebagaimana sederhananya kata-kata itu. ♡
“Ok, sekarang apa?” tanya Marcella, ngos-ngosan. Remus terkekeh kecil. “Baru berlari sebentar sudah lelah, kemari.”
Marcella pikir, Remus akan mendorongnya atau apa. Jauh dari kenyataan, pemuda bersurai coklat itu justru memeluknya dengan erat. Tangannya mengelus-elus punggung Marcella. “Remus what the fuc—”
“Stay.”
Oke-oke. Marcella akan kembali ke dorm terlambat lagi. Remus tak mau melepaskannya. Marcella lebih memilih menjenguk Reggie kecil daripada harus terjerembab ke dalam pelukan hangat ini. Sekali lagi Marcella ucapkan, canggung!
Gadis Belanda itu beruntung rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 𝒂𝒏𝒅 𝑩𝒂𝒄𝒌
Science Fictionㅤ ֹ ׅ ݊ ︵ ֹ ︵ ׅ ︵ ֹ 𐃐 ֹ ︵ ׅ ︵ ֹ ︵ ݊ ׅ 𝗩𝗼𝗹.ㅤ𝐈𝐈ㅤ/ 𝐈𝐍 𝐖𝐈𝐂𝐇ㅤㅤㅤ: Marcella Van Dijkㅤㅤㅤ telahㅤㅤㅤmengalihkanㅤㅤㅤ perhatian ㅤㅤㅤseorang ㅤㅤㅤ 𝗥𝗘𝗠𝗨𝗦 𝗟𝗨𝗣𝗜𝗡ㅤㅤㅤyang ㅤㅤㅤterobsesiㅤㅤㅤdanㅤㅤㅤrelaㅤㅤㅤmelakukan ㅤㅤㅤapa ㅤㅤㅤsaja ㅤㅤㅤdem...