IV. FIRST CLASS

333 52 8
                                    

ANAK-ANAK kelas 1 berjalan beriringan menuju koridor kelas Transfigurasi dengan menenteng buku mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ANAK-ANAK kelas 1 berjalan beriringan menuju koridor kelas Transfigurasi dengan menenteng buku mereka. Aku berdecak di tengah-tengah kerumunan karena kebanyakan dari anak-anak kelas 1 sengaja menyenggolku.

"Hey, watch that!" Kali ini aku berseru. Laki-laki yang menyenggolku itu berdecih remeh, "Heh. Maybe you should watch your eyes for not staring at me like that."

Apa katanya? Kurang ajar sekali. Namun aku berusaha mengabaikannya karena ini adalah hari pertamaku di Hogwarts. Aku tidak ingin melibatkan diriku sendiri dan berakhir di kantor Argus Filch. Astaga, aku benci detensi.

Bocah itu berakhir tersandung saat aku menjegal kakinya. Pfft, dia pantas mendapatkan itu. Sangking senangnya, aku hampir saja mengabaikan tepukan lengan Elizabeth di bahuku.

"Mau duduk bersamaku?" tanya Elizabeth. Baru saja aku ingin mengangguk, tanganku ditarik oleh seseorang. Dan itu adalah Remus, aku mengernyitkan dahi.

Elizabeth menyeringai paham, Peter menawarkannya tempat duduk dan pemudi itu menerimanya dengan antusias.

Aku ingin sekali pindah tempat duduk, tetapi Professor McGonagall sudah datang. Mau tak mau aku harus duduk berdua dengan si bocah Lupin itu. Sial, ini hari terburukku!

Bukannya aku membenci Remus, ayolah ini canggung. Sirius terkekeh, seakan-akan kemenangan ada di tangannya. Begitupun dengan James yang tidak bisa berhenti tertawa. Astaga, benar-benar hari tersial.

Remus bahkan tidak berhenti menatapku! Ayolah, lihat ke arah lain! Bisa-bisa pipiku berubah merah seperti tomat.

Seiring pelajaran Professor McGonagall dimulai, Remus sudah mengalihkan pandangannya ke buku. Aku menghela nafas lega, Addison tidak lagi mengejekku. Fiuh.

Professor McGonagall mengayunkan tongkatnya dan merapalkan sihir. Itu berbunyi "Vera Verto!" dan Professor McGonagall baru saja mengubah seekor tikus menjadi piala air.

"Sekarang, siapa yang ingin mencontoh ini?" tanya Professor McGonagall. Kelas menjadi hening. Wanita paruh baya itu berjalan ke arah meja tempat para murid duduk tenang, menatap rinci setiap anak dengan tatapan tajam.

Ia berhenti tepat di meja James. Haha, kena kau James! Pemuda itu menelan ludah. "Mr Potter, would you please show us the trick?"

James membersihkan tenggorokannya. Sembari membenarkan kerah bajunya, kacamata bulat itu nampak bersinar di wajahmu James! Tangannya mengeluarkan sebuah tongkat dari saku celananya.

"Alright. Ekhem, Vera Verto." Dan, boom! Tikus putih di meja James berubah menjadi piala air. Bahkan piala itu sedikit berbeda dengan milik Professor McGonagall, piala airnya berwarna coklat dengan corak keputihan.

Professor McGonagall tersenyum bangga, "Well done."










































"You see that? Professor McGonagall memujiku!" aku James dengan bangga. Pengakuannya seakan-akan membuatnya menjadi sombong. Addison memutar bola matanya malas.

Sirius manggut-manggut setuju. "Yeah, mate. Aku yakin di pelajaran berikutnya kau akan lebih hebat."

Astaga, orang-orang bodoh. Baru saja dipuji sekali, sudah bangga. Dasar James -James Fleamont Potter.

"Kau baru saja dipuji sekali, James. Don't be ridiculous." tegur Addison geram. Hidungnya berkerut.

Aku kemudian mengingat bahwa Isabella minta dikenali dengan James. Sejurus, aku merangkul bahu James dan Isabella secara bersamaan.

Membuat posisiku berada di tengah, James di kiri dan Isabella di kanan. Wajah mereka saling berhadapan. "Ah, James. Perkenalkan, ini temanku Arlethia Isabella. Bella, perkenalkan, ini James Potter."

Isabella memalingkan wajahnya malu-malu. Bisa kulihat wajah mulus itu merah merona. James melirik. Ia menepis tanganku dan menjabat lengan Isabella.

"James Potter." katanya pelan. Namun dapat Isabella dengar. Isabella ikut menjabat tangan James.

Semuanya berdeham. Aku menyeringai puas, "Sepertinya ada yang jatuh cinta." bisikku jahil. Sirius tersenyum dungu.

"Ekhem. Someone's in love," cibir Elizabeth picik.

Isabella memekik. "Diamlah kalian!"

Dan keseruan itu diakhiri dengan tertawa renyah. Peter sampai tertidur di lantai, memukul-mukul tanah lantai dengan kencang sangking tergelaknya. Elizabeth bahkan tertawa terbahak-bahak sebagai tanggapan. Remus menggelengkan kepala, "Orang-orang aneh!"

 Remus menggelengkan kepala, "Orang-orang aneh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 𝒂𝒏𝒅 𝑩𝒂𝒄𝒌 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang