III. SORTING HAT

483 57 25
                                    

AWAN beterbangan di langit-langit Aula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AWAN beterbangan di langit-langit Aula. Langit yang berwarna biru terang itu menghiasi setiap atap koridor yang hendak dilewati.

Marcella terkesima. Takjub dengan apa yang ia lihat barusan, "Ella, itu langit palsu. Dumbledore pasti menggambarnya," sela Sirius.

Tangan Marcella menjambak rambut Sirius. Membuat pemuda cilik itu meringis kesakitan sembari meminta pertolongan ke teman-teman barunya. "Guys, help me!" teriaknya meronta-ronta.

Remus membungkuk, "Kembalikan buku-ku dan aku akan menolongmu." bisik Remus.

Sirius mau tak mau harus menuruti permintaan Remus. Dengan gerak-gerik lincahnya, Sirius mengembalikan buku Remus tanpa sepengetahuan Marcella.

Permintaan diterima. Remus menarik kedua lengan Marcella, membuat Sirius terlepas dari jambakan gadis itu. Marcella terlonjak kaget.

"Lepaskan!"

Remus seolah-olah tidak mendengarnya, ia masih menatap tajam Marcella. Sirius dan James lagi-lagi saling bertatapan.

"Oh! Apakah ini yang dinamakan cinta pada tahun pertama?" Seorang gadis dengan serabut coklat berseri-seri. Disampingnya terlihat sepupunya yang berambut pirang, berdiri tegak sembari terkekeh-kekeh.

Dua gadis itu mendekat kearah Marcella. Remus melepaskan genggamannya, lalu memasukkan tangannya ke saku celana.

"Addison Madeleine. Dan kau?" Addison menjabat tangan Marcella. Gadis disampingnya ikut menjabat tangan Marcella, "Oh ya, aku Elizabeth June!"

Marcella tersenyum lebar. "Marcella Van Dijk. Ella atau Marcella saja,"

Dua gadis berbeda warna rambut itu saling bertatapan. Mata mereka terbelalak kaget, "Tunggu, bukankah kau putri dari Azure Van Dijk dan Araceli Berkenbosch?" tanya Addison, menaikkan satu alisnya.

Marcella mengangguk senang. Elizabeth berseri-seri. Ia memeluk Marcella dan Elizabeth meletakkan lengannya di bahunya, "Aku tidak percaya aku berteman dengan seorang putri,"

Addison mengangguk setuju. "Betul, impian kita tercapai, Lizzie." ungkap Addison. Mulutnya melengkung membentuk senyuman.

"Tuan putri? Astaga, kalian berlebihan." celetuk Sirius mendengus. Addison dan Elizabeth berbalik menatapnya.

"Dan kau pasti Sirius Black." Addison menjentikan kukunya. Matanya menyipit. "How do you know my name?" tanya Sirius melongo lebar.

Elizabeth menyeringai, "Marcella menyebut namamu berkali-kali. Jangan bilang, kalian tadi yang ada di kompartemen bagian pojok ya?"

𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 𝒂𝒏𝒅 𝑩𝒂𝒄𝒌 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang