I. P R O L O G U E

1.1K 77 33
                                    

Sejak lahir, Marcella tidak pernah mempercayai siapapun di kehidupannya.

Itu benar. Ia hanya mempercayai setiap jalan yang ditelusurinya. Gadis berdarah murni dengan keturunan Belanda itu benci kata-kata manis yang ujung-ujungnya terbongkar sebagai kebohongan.

Perempuan Gila; merupakan panggilan untuk Marcella. Sejak kecil, ia jarang bermain seperti anak-anak lainnya dan cenderung pendiam. Orang tua Marcella sudah membujuknya berkali-kali agar Marcella keluar rumah.

"Marcella sayang, ayolah, sekali saja kau menurut. Mari keluar rumah," bujuk Araceli. Wanita berparas cantik itu membelai sang buah hati dengan lembut.

Araceli hanya mendapatkan jawaban berupa gelengan kepala. Ia menghela nafas.

Tak lama kemudian, Azure sang Ayah pulang dari pekerjaannya di Kementerian Sihir.

Sebenarnya Keluarga Van Dijk baru-baru ini pindah ke London. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Azure memutuskan untuk bekerja di Kementerian Sihir atau yang juga disebut sebagai Ministry of Magic. Pria tampan itu melebarkan kedua tangannya, hendak menggendong Marcella kecil.

"Ayah!"

Araceli terkejut. Terkejut bukan main, baru kali ini Marcella mengeluarkan sepatah kata.

Azure tersenyum lebar. Menarik Marcella ke dekapannya, "Who's daddy little girl?"

"Aku! Aku!"

Keharmonisan. Ini yang Araceli dambakan sejak dulu.

Betapa pemandangan yang indah bagi seorang istri; melihat suaminya bersama putri semata wayangnya bermain dengan akrab.

Akankah keharmonisan ini bertahan lama?

.

.

.

"Marcella, sudah waktunya!"

Sudah waktunya. Marcella baru saja mendapatkan tongkatnya dari Ollivander's. Tongkat Marcella panjangnya 10¾", terbuat dari kayu sulur, dan terdapat hati naga di dalamnya. Yang berteriak tadi itu Ayah, "Coming!" sahut Marcella.

Marcella tidak percaya bahwa hari ini adalah tahun pertamanya di sekolah sihir ternama, yaitu Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry atau akrab disingkat Hogwarts.

Mereka pergi ke King Cross Station's. "Peron mana yang kita kunjungi, dad?"

"Peron 9¾." jawab Azure singkat. Ia merangkul pundak kecil ringkih Marcella.

Marcella mengerutkan kening, "Peron 9¾? Aku tidak melihatnya di sekitar sini. Hanya ada peron 9 dan 10..,"

Azure terkekeh geli. Ia mendorong pelan tubuh anaknya diantara kedua tembok peron 9 dan 10. Marcella menutup mata, takut melukai wajahnya yang berkulit putih seputih susu itu.

Betapa terkejutnya Marcella, bukannya mendapatkan luka diwajahnya, justru Marcella malah sampai di sebuah peron bertuliskan '9¾ Hogwarts Express'.

𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 𝒂𝒏𝒅 𝑩𝒂𝒄𝒌 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang