YEAR 5

124 15 16
                                    

Peter sudah selesai mengganti seragamnya. Sang Abisatya kemudian duduk di kursi kompartemen sembari membenahi koper.

James si keriting benar-benar tidak sabar. Sedari tadi, ia memekik kegirangan karena tak lama lagi James akan menjadi seorang Prefek.

"James, tenanglah! lama-lama ku penggal kepalamu," ancam Remus, ia menaikkan kedua alisnya.

James terkekeh. "Kalau begitu, penggal saja kepalaku." finalnya. Ucapan James memang terkadang diluar nalar.

Hogwarts Express akhirnya sampai di tujuan. Alias Hogwarts sendiri, sekolah sihir yang didambakan sebagian para penyihir diluar sana.

Padahal, masih ada Durmstrang, Beauxbatons, dan lain-lain. Namun tetap saja, bagi mereka, jika satu dari mereka saja tidak ada yang bersekolah di Hogwarts, mereka mungkin tidak akan berkumpul seperti saat ini.

"Aku merindukan jus labu." kata Marcella seraya mengikat rambut ikalnya kebelakang. Sirius berkomentar, "Rindu jus labu atau John?"

Seketika, semuanya terdiam termasuk Remus. "Ew? Kenapa aku harus merindukannya?" Suasana hening berubah itu menjadi tawa kencang.

"Just kidding, woi!" sahut Addison tertawa-tawa.

"Sudah, sudah. Nanti ada yang cemburu," cibir James, menghentikan aksi teman-temannya yang mungkin sengaja membuat Remus cemburu.

Mereka akhirnya bersama-sama kembali ke Hogwarts setelah menghabiskan musim panas tahun lalu. Tidak lupa, James merangkul Isabella sembari menenteng kopernya.

Sesampainya di Aula, mereka disambut langsung oleh Marlene McKinnon. "Took ya guys long enough! Ayo cepat, Dumbledore sebentar lagi ingin berbicara!"

"Jus labu, aku datang." batin Marcella.

Gadis itu tidak pernah sendiri. Banyak mata yang mengawasi, termasuk mata rivalnya sendiri.

•••

"Aku rasa tidak ada gunanya kau terus-terusan memukul pohon itu, Remus." keluh John, menghisap sisa rokoknya yang terakhir.

Remus berpaling. "Berisik. Kau tidak tahu apa-apa."

'Kau tidak tahu apa-apa'. Kata-kata itu sukses membuat John tergelak. Remus menatap heran sekaligus curiga.

"Wolfie, aku tahu semuanya. Aku juga tahu alasanmu kenapa memukuli pohon itu terus-menerus."

"Itu karena,"

"Cemburu denganku, bukan begitu?" sambung John. Remus tertegun.

Kenapa pemuda ini bisa tahu segala hal? Batin si Remus.

Sang Arnamawa mendelik, "Nah, kau sudah mengetahuinya. So, get out of my sight."

John hanya tersenyum sebagai final. Sesuai perintah, ia pergi dari hadapan Remus. John sukses membuat pemuda itu berkeringat dingin serta kesal.

"She's mine, Rosier."

Sang Arnamawa berakhir menutupi tangannya sendiri menggunakan perban akibat tinjuan pohon yang keras dan kokoh.

𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 𝒂𝒏𝒅 𝑩𝒂𝒄𝒌 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang