Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Disamping mayat sang ibu, terdapat bercak darah yang membanjiri sungai kecil dibawah pohon anggur. Seseorang sepertinya meninggalkan surat disana, Marcella berjongkok untuk mengambilnya.
Kertas basah yang tercampur dengan darah itu bertuliskan :
Ini mungkin penyesalanku untuk yang terakhir kalinya.
Bagaimana reaksinya ketika mengetahui bahwa aku se-keji ini?
Aku akan menghilangkan jejak. Bagaimanapun, dia tidak boleh mengetahui hal ini, terlalu beresiko.
~ AJVD.
"Siapa itu AJVD?" tanya Marcella, menggema di benaknya sendiri. Surat itu ia simpan di kantung celana. Pandangannya lalu mulai kunang-kunang, tubuh Marcella tertarik ke dalam sungai kecil.
Syukurlah, Marcella kembali ke alam sadar. Remus memeluknya haru. "Ella! Syukurlah kau kembali!"
Dari situ, Sirius mulai memahami hubungan Remus dan Marcella. Pemuda itu diam-diam terkekeh iseng karena melihat wajah Marcella yang merah merona.
"Woo hoo! Ella salah tingkah, tuh!" sela Sirius tergelak. Addison menepuk-nepuk bahunya sambil tertawa.
James mengelus lengan Marcella, "Apa yang terjadi, El?" tanya James, membenarkan kacamata bulatnya.
Bukannya menjawab pertanyaan James, Marcella hanya diam dan berwajah pucat. Sedetik kemudian, mulutnya mulai terbuka untuk mengucapkan sesuatu. "Aku benci anggur."
𑁯꯭໑
Semenjak kejadian radiasi hitam itu, Marcella menjadi lebih tertutup. Tak jarang ia tidak membalas surat dari teman-temannya yang mulai berserakan di kotak surat rumahnya.
Araceli bahkan sampai heran, Marcella kemungkinan kembali seperti dulu. Yaitu : Marcella si pendiam. Ia hanya ingin keluar kamar jika disuruh makan. Atau terkadang makan di dalam kamar.
"Sayang, apa yang terjadi dengan anak kita?" khawatir Araceli, meraih tangan Azure dan menyenderkan kepalanya di bahu suaminya itu.
Azure membelai kulit halus sang hawa. "Berikan dia waktu."
Ini yang membuat Araceli khawatir, keharmonisan keluarganya tidak berjalan lama. Araceli takut semuanya pudar. Araceli ingin seperti dulu.
