PERASAANKU tidak enak. Masa pelajaran tahun ketiga sudah selesai, murid-murid diperbolehkan pulang untuk merayakan bersama orangtuanya.
Tahun ini berbeda. Ayah dan Ibu tidak saling berdekatan seperti di tahun kedua. Apa mereka bertengkar?
"Ma, Ayah kemana?" tanyaku. Aku dijemput oleh Jade, butler rumahku, saat di Stasiun King's Cross tadi. Bukan Ayah. Kata Jade, Ayah ada urusan sedari pagi.
"Mungkin menemani Arthur bekerja, nak. Ibu juga tidak tahu,"
Aneh. Biasanya Ibu selalu tahu kemana Ayah akan pergi.
Wajah Ibu juga terlihat dipenuhi lebam-lebam, ada sedikit luka goresan di dekat bibirnya. Ah, aku tahu! luka goresan itu pasti hasil sayat dari cangkir beling merah!
Tanganku pernah tak sengaja tergores, hasil lukanya sama persis seperti Ibu. Tapi, siapa yang tega menyerang Ibu?
Aku mengurungkan niatku untuk banyak bertanya ke Ibu. Setelah kupikir-pikir, lebih baik aku tutup mulut selagi algoritma permasalahan Ibu belum membesar.
Mungkin setelah aku mandi, aku bisa mengirimkan Remus sebuah surat.
•••
"Ck!"
Pena bulu milik Marcella lagi-lagi menumpahkan banyak tinta. Membuat lembar kertas di pangkuannya basah kuyup meremang-remang. "There's no paper left, I should bought one from Sirius."
Gadis itu sudah angkuh. Ia tetap memutuskan pergi ke rumah Sirius untuk meminta selembar kertas sembari mengajaknya mengobrol.
Kebetulan, jendela kamar Marcella saling berhadapan dengan kamar Sirius. Jendela kamarnya terbuka, Marcella melempar kertas penuh tinta tadi yang ia bulatkan kesana.
Sirius berhasil menangkap kertas itu, Marcella terkekeh jahil. "Bosan ya, El? Aku juga." tukas Sirius. Marcella mengerutkan keningnya.
"Apa Reggie sudah tidur?" Marcella menaikkan sebelah alisnya. Sirius mengangguk, "Iyap. Bocah itu cerita banyak tentang tahun pertamanya, Ibuku sampai kewalahan."
Reggie kecil yang aktif. Bocah itu memang suka bercerita banyak hal, pemuda cilik yang ceria.
"Haha, oh ya, bolehkah aku meminta dua lembar kertas? Aku kehabisan kertas dan tidak bisa melanjutkan PR-ku." titah Marcella geram, tangannya bersender di sisi jendela.
"I would love tho, but please, dengan satu syarat, give me the answers." Sirius memohon-mohon, kertas di tangannya dia goyangkan sebagai distraksi. Daripada Marcella tidak bisa mengerjakan PR-nya, lebih baik ia iyakan saja. "Boleh. Now give me that!" Marcella merampas kertas yang ada di tangan Sirius.
Malam ini adalah malam yang panjang bagi Sirius dan Marcella karena Sirius sibuk meminta jawaban ke Marcella. Sangking sibuknya, pemuda itu sampai menulis surat pengantar tidur ke Addison.
"Malam ini aku akan sibuk meminta jawaban ke Marcella, saat musim panas nanti, bisakah kita bertemu di taman?
Semoga hari-harimu menyenangkan. Aku tidak sabar bertemu denganmu! Ah, dan juga, aku membuatkanmu sesuatu. Lihat saat musim panas nanti~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 𝒂𝒏𝒅 𝑩𝒂𝒄𝒌
Science Fictionㅤ ֹ ׅ ݊ ︵ ֹ ︵ ׅ ︵ ֹ 𐃐 ֹ ︵ ׅ ︵ ֹ ︵ ݊ ׅ 𝗩𝗼𝗹.ㅤ𝐈𝐈ㅤ/ 𝐈𝐍 𝐖𝐈𝐂𝐇ㅤㅤㅤ: Marcella Van Dijkㅤㅤㅤ telahㅤㅤㅤmengalihkanㅤㅤㅤ perhatian ㅤㅤㅤseorang ㅤㅤㅤ 𝗥𝗘𝗠𝗨𝗦 𝗟𝗨𝗣𝗜𝗡ㅤㅤㅤyang ㅤㅤㅤterobsesiㅤㅤㅤdanㅤㅤㅤrelaㅤㅤㅤmelakukan ㅤㅤㅤapa ㅤㅤㅤsaja ㅤㅤㅤdem...