X. SPEECHLESS

143 29 8
                                    

"OI! WORMTAIL, LIZZIE! BERMESRAAN NYA NANTI DULU!"

Akibat teriakan Sirius yang terlalu kencang, Peter terjatuh dari perahunya dan basah kuyup. Pemuda itu lantas dengan berani merutuki Sirius, "SIRIUS SIALAN!"

Benar-benar hari yang lucu. Karena Peter basah kuyup, Professor McGonagall mempersilahkannya untuk pergi lebih dulu ke asrama untuk mengganti pakaian.

"Sirius, jangan begitu!" Elizabeth mencubit setiap anggota tubuh Sirius seperti lengan, perut, bahkan leher. Membuat bocah badung itu kapok. "Kapok atau kapok?" tanya Marcella, menahan tawanya.

"Kapok! Ampun!" Ini adalah hari tersial bagi Sirius. Ia terpaksa harus mendapatkan luka cubitan dari Elizabeth karena sudah berani membuat kekasihnya terjatuh. Addison ingin membantu tetapi sudah tidak kuat, tidak kuat karena kebanyakan tertawa.

Remus menggelengkan kepala. James menepuk-nepuk perutnya, "Addison, sepertinya kau harus membantu kekasihmu."

Addison mengalah. Gadis itu merangkul Sirius dan membawanya ke meja Gryffindor. Terakhir, sebagai tanda kasih sayang, Addison memukul kepala Sirius.

"Jangan nakal!" pesan Addison. Sirius yang sudah kapok betul, hanya bisa mengangguk nurut. Aduh, Marcella tidak kuat.

"Sepertinya Sirius benar-benar kapok," kata Marcella lucu. Remus menyenderkan kepalanya di bahu Marcella.

James menyundul kepala Remus. "Bro, nanti saja. Ayo ke meja Gryffindor!"

Remus mengangguk. Ia kemudian mengecup singkat pipi Marcella, "Bye-bye Honey!"

"Goodbye pookie bear!" kilas Marcella sembari melambaikan tangannya yang gemulai. "What did I just hear? Pookie bear?" Elizabeth menyipitkan mata. Addison dan Isabella menatap jijik.

"POOKIE BEAR! HAHAHA!" kata Addison dan Isabella bersamaan. Dua gadis itu tergelak bahkan hampir terjatuh dari meja Slytherin sampai-sampai membuat 3 saudari Black menatap keheranan.

"Aduh. Andromeda, Bellatrix, Narcissa, maaf ya kalau kalian heran. Addison dan Isabella memang tidak waras." curah Marcella.

𑁯꯭໑

"Ella, mau anggur?" tawar Addison. Aggur itu ia dekati ke wajah Marcella yang sedang membaringkan tubuhnya di ranjang.

Dengan cepat, Marcella menepis anggur itu ke arah dinding. Sorot matanya terpaku. "Tidak ... tidak, aku benci anggur."

"Yo, chill! Aku hanya menawarkan ..." protes Addison heran. Gadis itu kemudian menyingkirkan anggurnya dan duduk disamping Marcella.

Elizabeth lalu datang tergesa-gesa. Keringat bercucuran, ia berbicara tergagap-gagap. "Teman-teman, i-itu, Remus d-dan John, BERTENGKAR!"







































"Apa maksudmu menghajarku secara tiba-tiba?!" hardik Remus, emosinya sudah kelewat batas. James berusaha menahannya, sedangkan Isabella berusaha menenangkan kedua pihak.

John terkekeh keji. Ia nyaris saja memukul rahang Remus, tetapi ditahan oleh Sirius yang ikut murka. "Pergi. Atau aku patahkan lenganmu. Aku tidak akan segan," ancamnya.

Pemuda itu akhirnya memilih untuk pergi. Remus sudah dibuat babak belur olehnya, kalau saja Sirius tidak menahan lengan John, rahang Remus sudah hancur.

"REMUS!" teriak Marcella, panik. Ia berlari secepat mungkin untuk meraih Remus ke dekapannya. Remus menggeleng pelan, "Aku tidak apa-apa." Diakhir, Remus sempat tersenyum.

"Bagaimana kau terlihat tidak apa-apa?! Ayo, ikut aku ke Hospital Wings!"

Kali ini Remus tidak bisa menolak, permintaan gadisnya itu harus segera dituruti. "Oi, moony! Hati-hati!" kata James.

James kemudian mencoba berjalan mendekati Isabella, namun kakinya tersandung dan James berakhir jatuh. Ia menoleh, raut wajahnya menekuk saat mengetahui siapa pelakunya. "PEEVES!" tampik James membara.

Hantu itu tertawa-tawa puas. Lalu pergi begitu saja saat James mengejarnya, membuat Isabella terpaksa harus mengikuti James ke setiap lorong Hogwarts.

"Hey, aku akan segera kembali!" titah Isabella, melambaikan tangannya sekilas.

"Hoi, dimana Addison?" Sirius bertanya. Elizabeth menjawab, "Asrama. Ayo cepat kembali, sebelum prefek mendengar kita."

Beruntung, Sirius langsung menarik Peter untuk melarikan diri menuju asrama Slytherin. Dia kemudian memakai jubah tak kasat mata milik James, memakainya bersama-sama dengan Peter dan Elizabeth.

"Hey, aku baru tahu James punya ini," gumam Elizabeth.

Sirius mengangguk-angguk. "Mhm. James bilang, ia akan memberikan jubah ini ke anaknya nanti."

Peter menaruh jemarinya di dagu, "Memangnya siapa yang nanti menjadi pasangannya?"

"Tentu saja Isabella, bodoh!"

Sesampainya di kamar, Elizabeth buru-buru mengunci pintu sembari memasang mantra kedap suara. Malam ini juga, Sirius dan Peter akan menetap sebentar di kamar Addison beserta Elizabeth.

Urusan kenapa bisa menghilang mereka andalkan ke James. Pemuda itu akan membujuk prefek asrama Gryffindor sampai prefek mempercayai seluruh kebohongannya. Sedangkan Remus, mungkin harus dirawat di Hospital Wings karena tangannya patah.

"Ouch, itu sakit, Sayang ..." keluh Remus merengek kesakitan. Marcella rupanya terlalu cepat menggosok kapas di luka memar milik Remus.

Ia nampak acuh, Marcella benar-benar marah. Remus sedari tadi berusaha membujuknya, "Sayang, maaf. Si Rosier itu tiba-tiba menumbuk wajahku! dia bahkan sempat bilang, "Gadis Van Dijk itu milikku!" apa maksudnya?"

Marcella terdiam sejenak. 'Gadis Van Dijk itu milikku!' kata John.

"Are you saying that you liked me, John Rosier?" batin Marcella mengerutkan kening. Tidak, John tidak boleh menyukainya. Remus akan sangat marah jika ia tahu apa maksud dari John. Marcella harus mencari cara.

Remus menjentikkan jari perlahan. "Sayang? Apa kau mendengarku?"

"Remus, tidurlah. Aku akan segera kembali,"

.

.

.

𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 𝒂𝒏𝒅 𝑩𝒂𝒄𝒌 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang