XV. NEED HELP

93 20 10
                                    

"Aku ingin semua dari kalian berkumpul di rumahku. Semuanya, tanpa tersisa. James dan Isabella, tiket kembali ke London tidak terlalu mahal, jadi cepat atau aku tak segan mengirimkan surat ini berkali-kali."

Surat peringatan itu sukses membuat James dan Isabella panik seketika. Mereka berbondong-bondong memesan tiket kembali ke London, Isabella sampai mual. Dengan perasaan yang mengganjal, mereka pulang ke London.

"James, firasatku tidak enak," sela Isabella, sekujur tubuhnya bergetar hebat. James meraih kedua tangan Isabella, "Isabella. I want you to trust me, everything is alright, just stay with me. Okay?"

Isabella mengangguk ragu sebagai final. James menghela nafas lega.

Walau liburan mereka tidak berjalan dengan lama, at least, James dan Isabella mau membantu Marcella sampai rela kembali ke London yang pasti harga tiketnya tidak murah.

•••

"Apa, ada apa?! Did something bad happen?" James lari tergesa-gesa menuju kamar Marcella. Sudah ada Remus, Sirius, Addison, Peter dan Elizabeth disana. Isabella membungkuk sejenak.

Nafasnya tersengal, Isabella sontak mengomel. "Ada apa?! aku sampai lari cepat-cepat begini.. kalau hanya sebuah candaan, aku pukuli kau!"

"Ini bukan candaan. Aku butuh bantuan kalian. Semua." ujar Marcella, menekuk lututnya.

Remus mengelus punggung gadisnya, "What's wrong, Ella?"

"Kalian tahu, kan, kalau terakhir kali orangtuaku bertengkar dan ayahku belum pulang juga. Aku ingin mencari tahu dibalik kebenarannya, ini sangat penting, aku harus tahu mengapa ayah bisa tiba-tiba membenci ibu sampai seperti ini,"

"Jade bilang, dulu kakek dan nenekku which is orangtua ayah, meninggal dunia karena kecelakaan. Ibuku saat itu ada disana, dia tidak bisa menyelamatkan mereka, jadi itu alasannya. Tapi menurutku, itu kurang masuk akal."

Addison mengerutkan keningnya, "Benar. Kalau ibumu tidak bisa menyelamatkan kakek dan nenekmu, bukannya itu hal yang wajar? Memangnya ibumu superhero?" protes Addison, sinis. Sirius terbahak-bahak.

"Indeed. Jadi, kita harus cari tahu dibalik pertengkaran ini." Remus menjawab - melahap biskuit disamping Sirius.

Peter menyimak, Elizabeth juga, bedanya ia bersandar di bahu Peter. James masih meneguk air putih, Isabella pun juga. Sangking kehausannya. Sesekali, Isabella mencibir, "James, kau rakus sekali!" Padahal kalau kita bisa lihat, Isabella jauh lebih cepat menghabiskan air dibandingkan James.

"Hey, aku hampir lupa, aku ingin memberikan ini padamu." Sejurus, Sirius memberikan gelang handmade buatannya sendiri saat di Hogwarts. Gelang emas yang dihiasi oleh pernak-pernik bintang laut, kerang dan aneka beragam jenis hewan lautan itu sukses membuat Addison memerah.

 Gelang emas yang dihiasi oleh pernak-pernik bintang laut, kerang dan aneka beragam jenis hewan lautan itu sukses membuat Addison memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untukmu, sayangku." tutur Sirius, mencium punggung tangan Addison. Ugh, Addison mau pingsan rasanya.

Gadis itu diam saja. Ia menutupi wajahnya, telinganya merah padam. Akibat peristiwa itu, para Marauders dan Aristocrat benar-benar menertawakan Addison selama beberapa minggu.

Marauders dan Aristocrat sendiri masih mencari cara untuk menelusuri asal-usul keluarga Van Dijk.

Untuk apa?

Untuk menyocokkan setiap informasi yang mereka temui. Barangkali ada informasi palsu, dan kita tidak tahu?

Yang bertugas mencari informasi sendiri adalah Sirius dan Addison. Sedangkan Marcella akan mengurus Jade, Remus menjaga Araceli, Peter dan Elizabeth mencari keberadaan Azure. Dan yang terakhir, James dan Isabella bertugas untuk memasang kordinator di pelacak Azure.

Misi ala-ala detektif sungguhan, yang ditakuti karena takut berujung sia-sia, dimulai.

"Pads, Addie, pastikan tidak ada yang tertinggal dari informasi itu. Lizzie, jangan biarkan Peter tertidur! James, make sure you put it right with Isabella. Lalu, terakhir...,"

Jade, pulang ke rumah dengan memakai jas hitam, berbekal pita hitam gelap juga. Tangannya bertolak pinggang, ia menaikkan kedua alisnya curiga ketika melihat sosok-Marcella berdiri tegak di depan pintu.

"Ada apa, nona?"

"Boleh ikut aku sebentar?"

To Be Continued.

𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 𝒂𝒏𝒅 𝑩𝒂𝒄𝒌 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang