𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟷

1.7K 96 1
                                    

      Pria berusia paruh baya berstelan elegan dengan berbagai macam merk barang mahal menempel dibadannya itu tersenyum seraya menjabat sang lawan bicara. Rapat pertemuan yang dihadiri memberi hasil yang memuaskan seperti yang dia inginkan.

Namun tiba-tiba seorang pria terlihat
berumur lebih tua darinya datang dengan berlari tergopoh menginterupsi acara. Hal itu mengundang berbagai kernyitan dari orang-orang yang berada disana.

Beberapa pria berbadan besar yang menjadi tim pengaman tempat pertemuan ikut berlari mengejar serta meringkus orang tadi tepat dihadapan pria pertama.

“Keributan macam apa yang kau lakukan, Hendery?!”

“Tuan Lee, maaf-kan saya. Ini darurat. Tu- Tuan Jaemin, dia--” belum sempat si empu bernama Hendery menyelesaikan kalimatnya, dengan tergesa Tuan Lee berlari berlawanan arah ke asal Hendery masuk tadi.

Tempat yang tadinya menjadi acara berkelas kini penuh riuh hingar-bingar.

____________

AɴɢᴇL's Tᴇᴀʀs
____________


      Setelah berada di lantai dasar basement, Tuan Lee sudah disambut sopir yang siap mengantar. Hingga mobil yang melaju dipastikan diatas rata-rata batas aman tak menyurutkan niatnya.

Sesampai disebuah bangunan familier, Tuan Lee tak menghiraukan sambutan dari beberapa orang. Pijakan kaki semakin cepat begitu akan sampai di tempat tujuan. Sebagian pekerja dalam rumah terlihat berkerumun didepan sebuah ruangan yang nampak elegan didominasi dengan warna lembut berwarna pastel dan merah muda.

Hanya saja, apa yang ditampakkan didalamnya tidak sesuai dengan tempat itu. Seseorang mengambang terayun kekiri dan ke kanan dari langit-langit kamar yang menjerat lehernya. Sebuah kursi tergeletak dibawah kaki tak jauh dari sana.

“Apa yang kalian lakukan?! Cepat panggil ambulan! Brengsek!”

Tuan Lee mengangkat kaki dengan tubuh yang hampir mendingin seluruhnya dibantu beberapa orang untuk melepaskan tali yang menjerat leher Jaemin.

“Orang-orang bajingan! Kenapa hanya melihat saja, apa kalian bodoh?!”

Sebenarnya sudah ada yang menelepon ambulans, hanya saja para pekerja yang masih berkerumun membuatnya geram. Kenapa mereka tidak bisa berpikir untuk menolongnya daripada menunggu pria itu pulang?! Ingin sekali Tuan Lee membunuh mereka semua.

“Na, bangun... ku mohon, bangunlah.”

“Bangunlah, sayang...”

“Apa berada disisiku terlalu menyakitimu?”

Terlalu lama jika harus menunggu ambulans datang. Tuan Lee membawanya menuju perjalanan ke rumah sakit terdekat dengan mobilnya.

Pria itu menepuk pipi orang yang didekapnya erat. Seluruh perasaannya meluruh bersamaan dengan air mata yang mengalir semakin deras menghantarkan perasaan khawatirnya yang tidak dapat lagi dibendung.

Wajah yang biasanya terlihat bengis itu kini menangis meraung dengan sangat menyedihkan.

“Bangun, sayang... Kumohon jangan menakutiku.”

____________

♡ A ɴ ɢ ᴇ L ' s   T ᴇ ᴀ ʀ s ♡
____________

30/10/23

30/10/23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝙰𝚗𝚐𝚎𝙻'𝚜 𝚃𝚎𝚊𝚛𝚜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang