“Jaehyun-ah, jangan seperti ini.” Doyoung masih mencoba untuk membujuk pria disampingnya agar tidak meminum alkohol lebih banyak lagi. “Ku mohon.” Pintanya berkaca-kaca. Dia tidak tega melihat orang yang dikaguminya ini terpuruk mengenaskan.
Namun Jaehyun menyentak lengannya yang di peluk pria itu. Matanya sudah memerah, pun dengan wajah yang serupa tomat matang. Khas minuman keras sudah menguasai sebagian besar kewarasannya. “Pergilah!” suaranya meninggi dalam teriakan.
“Kenapa kau seperti ini?! Hanya karna dia? Kau bahkan tidak mencintainya! Kau hanya merasa bertanggung jawab padanya!”
“Tutup mulutmu, sialan!”
“Tidak! Aku tidak akan menutup mulutku sampai kau sadar.”
“Sadarlah, Jaehyun! Kau tidak pernah mencintainya! Dia hanya beban untukmu! Kau tidak harus melakukan pencarian tanpa kejelasan seperti ini! Kau bahkan sampai mengorbankan hidupmu sendiri!”“Ku bilang diam!”
“Jaehyun-ah..” Jaehyun mengabaikan Doyoung yang sudah menangis sambil memegang erat kemeja pria dominan itu erat-erat. Keduanya terduduk dilantai apartemen pria Jung. “Kenapa sulit sekali?”
“Aku sudah pernah mengatakannya padamu.”
“TAPI AKU MENCINTAIMU!”
“Dan aku tau. Kau juga mencintaiku. Kenapa? Kenapa harus seperti ini?!”“KENAPA HARUS SEPERTI INI KARENA DIA?!” suara Doyoung yang bergetar dalam tangis kembali naik dua oktaf setelah melirih.
Bukankah mereka pernah saling menyukai? Tapi kenapa pria ini mengabaikannya dan menyusahkan dirinya sendiri untuk menemukan keberadaan bocah ingusan yang entah masih hidup atau tidak.
“Kumohon ...sadarlah.”
Jaehyun menghela napas. Bukan karna dia tidak tega dengan Doyoung yang juga ikut kesusahan.
“Itu sudah masa lalu. Pergilah. Kau hanya menyakiti dirimu sendiri.”
“Lalu kau? Kau pikir kau tidak menyakiti dirimu sendiri seperti ini?”
Jaehyun membawa Doyoung berdiri, “Jangan libatkan dirimu lebih jauh lagi.” Begitu sampai ia mengusir Doyoung secara perlahan di ambang pintu. “Carilah orang lain.” Karna mau bagaimanapun, aku tidak bisa.
Kepalanya sudah sakit seperti mau pecah. Jaehyun memegangi kepalanya yang menunduk dengan sebelah tangan. Kesadarannya teramat goyah, tapi dia masih tidak mau menyakiti orang lain lebih jauh karena emosi.
“Hyung? Apa kau mencintaiku?” Jaemin tersenyum manis, tapi bukan pada sosoknya. Mereka berada di atas balkon hotel berbintang setelah acara pertunangan selesai. Hal yang bagi anak-anak mungkin sangat menakjubkan untuk suatu hubungan baru. Seperti bisnis yang turun temurun para keluarga yang perlu saling memberi dukungan.
Senyuman manis itu masih mengembang dalam kilatan sore menatap langit.
Tidak ada kegugupan. Mereka sudah mengenal sejak kecil. Hanya saja, untuk melalui hari pertunangan memang sedikit membebani.
Jaehyun masih belum menjawabnya, yang meski dia lebih dewasa dibandingkan Jaemin. Pria itu juga tidak tau artinya mencintai.
Namun si manis itu mengucapkan lagi sesuatu yang aneh menurutnya. “Jika kau menyukai orang lain, kau boleh meninggalkanku.” Kata yang tak terpikirkan oleh Jaehyun. Bukankah seharusnya itu pemikiran hanya untuk orang dewasa yang telah menerima keadaan?
Meninggalkan?
“Kita bahkan baru saja bertukar cincin.”
“Kau sudah mau melepaskanku?”“Aku gugup sekali.” Keduanya berpandangan. Jaemin menggenggam tangan pria lebih tua. Dia memang sudah senyaman itu dengan Jaehyun, makanya dia berani melakukan hal inisiatif terlebih dahulu, termasuk sentuhan fisik.
Dapat pria itu rasakan tangan si manis yang dingin tidak wajar. “Kau benar-benar gugup ya?”
“Tentu saja! Memangnya hyung tidak?”
Jaehyun tertawa hingga menampilkan cacat dipipinya. Pria itu mengusak rambut Jaemin.
“Hyung! Jangan memperlakukanku seperti anak kecil!”
“Kau kan memang masih kecil. Dasar pendek.”
“P-pendek? Ya!! Aku paling tinggi dari teman-temanku di kelas tauuuu!”
“Iya-iya”
Jaehyun kembali tertawa namun lebih keras dari sebelumnya. Jaemin memukuli lengannya yang tidak berhenti mengejek.
Setelah puas dan kelelahan, walaupun Jaehyun juga kesakitan. Pria itu tidak membalas, lebih baik menghindar. Keduanya berpelukan seperti biasa, tanpa ada perasaan.
“Hyung..”
“Hm?”
“Aku serius..”
“Kau boleh menyukai orang lain.” Saat itulah, Jaehyun melihat dengan jelas pantulan mata paling jenih dan cantik tersorot cahaya matahari. Karamelnya yang seolah membakar hari itu tampak lebih terang. Yang bahkan Jaehyun tidak tau kenapa keduanya bisa berakhir berciuman disana.Dia juga melihat kelopak mata itu melebar lalu tertutup mengikuti bagaimana alurnya.
Jaehyun tertidur dalam kondisi terduduk tak jauh dari pintu apartemennya setelah berperang dengan alkohol yang melenakan.
“Jaemin-ah.”
____________
♡ A ɴ ɢ ᴇ L ' s T ᴇ ᴀ ʀ s ♡
____________29/05/24
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝚗𝚐𝚎𝙻'𝚜 𝚃𝚎𝚊𝚛𝚜
Diversos𝙽𝚘𝙼𝚒𝚗❓️𝘓𝘦𝘦 𝘑𝘦𝘯𝘰 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘳𝘢 𝘕𝘢 𝘑𝘢𝘦𝘮𝘪𝘯- 𝘺𝘨 𝘥𝘶𝘭𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘪𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘮𝘢𝘯𝘴𝘪𝘰𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘨 𝘮𝘦𝘨𝘢𝘩, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘢𝘭𝘢𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘥𝘢𝘮. 𝘚𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘱𝘬𝘢𝘩 𝘑𝘢�...