𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟸𝟺

353 40 0
                                    

☂𝑆𝑒𝑔𝑎𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑑𝑖 𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑠𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒ℎ𝑒𝑛𝑑𝑎𝑘 𝐼𝑙𝑎ℎ𝑖,
𝑘𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑛𝑔𝑠𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖,
𝑘𝑒𝑗𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑏𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎
𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑏𝑎𝑑𝑖, 𝑘𝑒𝑐𝑢𝑎𝑙𝑖 𝑆𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑖𝑝𝑡𝑎

—𝔸𝕟𝕘𝕖𝕃❜𝕤 𝕋𝕖𝕒𝕣𝕤—

      Seseorang pernah berkata, orang baik juga punya sisi keburukan dan orang jahat pun memiliki setidaknya satu kebaikan. Keduanya sejajar, bergantung bagaimana kau melihat dunia dari cerminmu.

Jeno tidak tau awalnya hingga berakhir memeluk Jaemin untuk menenangkan pria manis itu.

Tubuhnya yang kurus dalam dekapannya terasa seperti memeluk anak kecil tanpa daya. Begitu rapuh dan ringan, seolah jika tersentuh lebih keras lagi maka dengan mudah pecah terburai.

Jeno bisa melihat dengan jelas betapa menyedihkannya seorang idola di masa lalu. Wajah lusuh dan tubuh tak terawat, rambut yang belum di potong kusut berantakan, bibir pecah-pecah tampak dehidrasi dan jelas disini kekurangan makanan. Jeno memang sengaja membuatnya kelaparan dan tersiksa.

“Seandainya saja kau tidak mengambil milik Lucy.” Jeno meraba kelopak mata Jaemin yang tertutup, bulu matanya masih basah karna air mata dan sisa-sisanya tercetak pada permukaan pipi yang mulus namun cekung.

Menelusuri bibir yang pucat kering, sungguh mengganggunya.

Saat tersadar, Jeno hampir membanting tubuh Jaemin disofa.

Si manis mengerang dalam tidur namun tak terusik sebab terlampau kelelahan menangis.

Napas pria itu memburu. Mengusap wajahnya dengan kasar, tak mempercayai apa yang baru saja ia lakukan. Membekap mulutnya dengan berbagai umpatan tersemat “Apa yang sudah kau lakukan padaku?!” Jeno menunjuk dan meneriakkan banyak pertanyaan yang tertahan, tentu saja orang yang dituju tidak menjawab sama sekali. Dia bahkan tidak tau apapun yang sedang terjadi.

𝐴𝑛𝑔𝑒𝐿'𝑠 𝑇𝑒𝑎𝑟𝑠☂

      Hari terus berlanjut, Jaemin terus berharap suatu hari Jeno akan membiarkannya pergi. Pria itu sudah tidak lagi memukulinya atau bertindak kasar.

Semenjak kejadian malam itu, Jeno lebih banyak diam walaupun mata tajamnya tidak berubah sedikitpun.

“Aku ingin pulang. Tapi aku tau masih punya hutang padamu. Aku tidak akan pergi sampai kebencianmu mereda. Kau boleh membunuhku. Lakukan semaumu.”

“Tapi, jika benar kau ingin membunuhku. Setidaknya tolong pertemukan dengan ayahku untuk terakhir kali, agar aku bisa berpamitan padanya. Dia terlalu banyak menderita karna anak sepertiku.”

Hanya disaat Jeno sudah tertidur, Jaemin berani mendekat. Mengatakan semua hal yang ingin diutarakannya, karna ketika dia terbangun, semua kalimat itu tidak akan mau terkata.

Seseorang yang dibutakan kebencian tidak akan menerima kebaikan apapun. Apa yang terucap hanya akan dianggap sebagai alasan.

“Apa kau tau? Aku pernah bertemu dengan Lucy, adikmu.” Jaemin mengetahui kenyataan itu dari Mark. Ironi yang terselubung.

𝙰𝚗𝚐𝚎𝙻'𝚜 𝚃𝚎𝚊𝚛𝚜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang