𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟾

360 37 1
                                    

      “Hei adik kecil... kenapa wajahmu jelek begitu?”

“Jangan mengataiku, aku sudah dewasa.”

“Oh ya?”

Haechan mondar-mandir mengikuti jejak Jaemin. Setiap harinya, mengganggu Jaemin adalah healing terbaik baginya.

“Jangan mengikutiku!”

“Kenapa? Tidak boleh seperti itu pada hyung.”

“Kau bukan hyung.”

“Aku hyung-mu, Nana. Usiaku lebih tua darimu.”

“Tapi kau- ah sudahlah. Ada yang lebih penting. Bantu aku!”

“Apa? Ada apa?” Haechan berjalan menghampiri, masuk ke dalam ruangan bernuansa putih-pink menyilaukan mata.

“Aku mau buat kejutan pada ayah.” Ucap Jaemin antusias.

“Kejutan apa? Paman? Apa sedang ulang tahun?”

“Tidak.”

“Lalu?”

“Pam- maksudku ayah... aish kenapa aku jadi ikutan menyebut ayah adalah paman.”

Haechan mengedik tidak peduli.

“Aku hanya ingin berterima kasih.”

“Pada paman?”

Jaemin mengangguk. “Ya, meski ini bukan apa-apa.”

“Memang apa yang akan kau buat?”

“Tidak ada.”

“Ck.”

“Aku akan bermain piano untuk ayah. Jadi, nanti kau yang akan membawanya kemari”

“Tapi kenapa pakai bunga-bunga seperti ini?” Haechan memperhatikan sekeliling ruangan yang lebih terlihat untuk pasangan pengantin baru.

“Apa berlebihan?”

“Errr... seyuyurnya.... emm... bagaimana mengatakannya ya...” Haechan menggaruk pelipisnya dengan telunjuk. “Apa tidak ada hal lain? Tidak pakai bunga juga sudah bagus, kan?”

“Tapi tidak spesial.”

“Kau bermain piano saja sudah spesial.”

“Itu sudah biasa.”

“Tidak ada yang biasa kalau kau yang melakukannya. Paman pasti akan terharu biru.”

“Mama bilang bunga itu sangat bagus.”

“Itu untuk perempuan.”

Sedari pagi kedua anak adam berdebat dalam memberi kejutan pada Goongmin. Padahal pria itu sudah tau, tapi tetap pura-pura tidak mengetahuinya agar tidak melukai kerja keras Jaemin. Kasak-kusuk yang mengganggu pendengarannya sengaja beralih ruangan agar tidak mengecewakan sang anak. Pria tua Na bersembunyi seharian di ruang kerja.

𝙰𝚗𝚐𝚎𝙻'𝚜 𝚃𝚎𝚊𝚛𝚜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang