𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟷𝟷

373 39 2
                                    

      “Jika dilihat-lihat dia memang sedikit manis.” Mark mendekat ke arah Jaemin yang bergetar ketakutan.

Jeno berdecih meremat bahu temannya itu saat Mark akan mencium Jaemin main-main. “Setelah urusanku selesai.”

“Kau mau memberikannya padaku?

“Jika semua sudah selesai!” Jeno kembali menekankan. Pria itu berjalan menjauh menuju pintu.

Mark tersenyum. “Itu berarti dia tidak akan mati, kan?” Si alis camar menolehkan pada Jeno yang berangsur pergi. Sedetik kemudian mencengkeram halus dagu Jaemin “Kau dengar itu? Dia tidak akan membunuhmu.”

“Mark-ssaem ... k-kumohon, tolong akku..” Jaemin sudah menangis. Dan Mark yang melihat tak tega mengusapnya. Namun, untuk bertindak lebih, dia tidak bisa.

“Setidaknya kau harus bertahan.” Kemudian Mark ikut menjauh untuk melangkah pergi.

“Jeno! Setidaknya kau harus memberinya makan. Sudah hampir dua hari dia disini.”

“Mark-ssaem.. j-jangan tinggalkan aku..” suara Jaemin lemas tidak bertenaga. Dia tidak mau ditinggal sendirian ditempat itu. Hanya ada penerangan dan ventilasi kecil. Tempat gelap dan lembab, juga bau besi yang berkarat. Rasanya mual.

Dia harus keluar dari tempat menakutkan ini. Mark mungkin adalah kesempatan terakhir. Meski diragukan, semoga mereka bukan orang jahat. Uhh, Jaemin tidak bisa berpikir. Orang tidak jahat mana yang akan menculiknya?! Ini bukan lelucon konyol yang biasa Haechan berikan padanya, kan?! Sudah dua hari? Dia bahkan baru beberapa jam siuman.

Tubuhnya serasa remuk. Apa saja yang telah terjadi selama dia pingsan?

Ayah? Haechan? Dia tidak bisa apa-apa tanpa mereka. Apa mereka mencarinya? Ayahnya pasti kebingungan dan cemas. Kenapa bisa ini semua terjadi? Siapa dan Apa tujuan mereka menculiknya?

Semua pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi pikiran Jaemin. Dia harus bagaimana? Apa yang harus dilakukannya?!



       Haechan mondar-mandir di ruang tamu keluarga Na. Wajahnya kusut serupa dengan rambutnya yang lepek berantakan terlihat seperti belum mandi. Kehilangan Jaemin membuatnya kesulitan tidur begitupun pamannya yang entah bagaimana keadaannya.

Sebuah panggilan telepon rumah berdering. Beberapa waktu kemudian seorang pelayan menghampiri.

“Tuan, ada telepon dari Tuan Jung.” Si pelayan laki-laki menyerahkan telepon berwarna putih dan diangkat dengan tidak sabaran.

“Bagaimana?”

Masih belum ketemu. Apa kau ada petunjuk?”

“Kau baru menanyakan petunjuk setelah berkeliling kota bersama selingkuhanmu?”

Dia bukan selingkuhanku! Berhenti mengalihkan topik, Jaemin lebih penting!

“Cih. Awas saja jika kau ada main dibelakang Jaemin! Kupastikan burungmu lepas dari celanamu!” decihan sinis kembali terdengar. Jaehyun tidak mau menanggapi. “Kurasa kau harus memeriksa yayasan tempat guru privat Jaemin terdaftar. Disana akan muncul identitas si senyum aneh. Kalaupun dia pakai nama samaran, setidaknya ada satu atau dua hal yang bisa dianggap menyangkut keaslian identitas.” Haechan berkata kembali setelah mampu berpikir jernih. Tidak ada yang bisa ia jadikan partner untuk mencari Jaemin jika dia juga menjadikan Jaehyun musuh. Itu tidak akan berakhir baik. Pikirannya harus secepatnya bisa mendapatkan Jaemin kembali pulang.

“Kau harus memanggilku hyung, Na. Kau harus selamat. Bagaimanapun caranya.” Haechan bertekat dalam hati.




      Panggilan berakhir dengan mengesalkan untuk pria Kim. Dia mencuri dengar pembicaraan Jaehyun dengan Haechan.

Tidak ada respon apapun yang ditujukan Jaehyun setelah panggilan tadi terputus.

Doyoung menghela napas pasrah meski kecewa. Dari samping dapat ia lihat Jaehyun kembali menghubungi seseorang. Mungkin itu yang tadi menjadi pokok pembicaraan.

“Selidiki dengan cermat identitas pria bernama Mark Lee.”

“Dulwich College School dan Yayasan Hanlim grup. Juga alamat ip yang pernah dipakai.” Lanjutnya.

Baik Tuan.”


“Jaehyun-ah... aku lapar. Bisakah kita makan. Kau pasti juga kelaparan, kan? Kita mencarinya sudah beberapa jam.” pria Kim itu mencoba meraih lengan si dominan.

“Ah, maafkan aku. Aku tidak mempedulikanmu, hyung. Kau pasti lapar.” Jaehyun mengantongi ponselnya. Melihat pria manis itu juga seperti tidak terurus, dia merasa bersalah.

Tenang saja, Jaemin-ah. Tunangan tersayangmu ini akan aku jaga dengan baik.

“Aku akan menyuruh Johnny hyung untuk menemanimu. Aku harus melakukan sesuatu terlebih dulu.” belum juga senyuman puas tersungging lebih lama, namun ternyata kenyataan tidak berpihak.

“A-apa? J-jangan..” Doyoung menolak keras.

Sial!

“Maksudku, kau setidaknya juga harus makan walaupun sedikit. Lihat saja mukamu yang pucat kekurangan gizi. Jika kau sakit, kita juga jadi tidak bisa mencari Jaemin lebih cepat.”

Mulut lihai yang sangat manis penuh perhatian sampai mana bisa menghanyutkan?

____________

♡ A ɴ ɢ ᴇ L ' s T ᴇ ᴀ ʀ s ♡
____________

01/05/24

01/05/24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝙰𝚗𝚐𝚎𝙻'𝚜 𝚃𝚎𝚊𝚛𝚜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang