𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟸𝟸

342 40 3
                                    

☂𝑆𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑢 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡, 𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛. 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 ℎ𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑘 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑖𝑙 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑘𝑖𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑛. 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑘𝑎𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑎, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑑𝑖ℎ𝑎𝑛. 𝑇𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑘𝑑𝑖𝑟 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑎𝑢 𝑙𝑎𝑙𝑢𝑖
𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒉𝒂𝒍 𝒅𝒊 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓-𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒖𝒕𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂

—𝔸𝕟𝕘𝕖𝕃❜𝕤 𝕋𝕖𝕒𝕣𝕤—

      Jeno tidak mengerti apa arti dari kehidupannya selama ini. Kehidupannya hanyalah pengulangan. Setelah bagaimana hatinya dihancurkan dari drama pengkhianatan pernikahan orang tua. Tidak ada lagi yang ia dapatkan dari hidup yang dijalani.

Lucy hanyalah alasan untuknya bertahan. Hanya dengan begitu ada yang ingin dia lindungi. Mendedikasikan pendidikan, kerja keras, pekerjaan untuk sekali lagi hidup dari sisa kehangatan yang disebut keluarga.

Lalu harapan itu menghilang.

Karena seseorang yang tengah hidup dengan banyaknya berkah. Dia bisa melihat dari bagaimana Lucy-nya memandang.

Mata itu. Menyorot penuh binar sebuah pemandangan luar dari balik jendela. Setiap hari. Warna yang menyatu dengan cantik seperti pemilik asli.

Jeno tidak menyukainya. Tidak menyukai bagaimana senyuman itu terlihat. Tidak menyukai bagaimana dia bisa bahagia dengan bagian dari Lucy yang dia ambil.

Tapi...

Melihat mata itu menangis membuatnya sakit. Seolah Lucy turut tersakiti. Seolah adiknya juga ikut menangis.

Jeno tidak menyukainya. Tidak menyukai bagaimana mata itu menitikan kesedihan.

Dalam hati bertanya, apakah kebenciannya sudah mereda? Apakah dendamnya sudah padam? Kenapa perasaannya tidak membaik bahkan setelah ia menyiksa Jaemin?
Kenapa hatinya tetap merasa kosong?

“Setelah berbulan-bulan kau menyiksanya, bukankah seharusnya dia lebih memilih untuk meminta maaf padamu agar kau berhenti menyiksanya?”
“Bukankah dia aneh?”

Jeno melihat lagi, pantulan Jaemin dari cermin.

“Dia juga tidak menginginkan hal itu, Jade. Walaupun kau telah menemui banyak orang brengsek di dunia ini, tapi kurasa dia tidak akan memilih mengambil mata itu dari adikmu.” Mark bisa mengatakan nasihatnya ketika Jeno dapat berpikir jernih. Seperti sekarang.

Jeno adalah orang keras kepala. Dia menganggap benar, hal yang dipikirnya benar. Karena itu, untuk meluluhkan hatinya hanya perlu waktu. Supaya dia bisa melihat dengan jelas semua kenyataan yang ada.

𝙰𝚗𝚐𝚎𝙻'𝚜 𝚃𝚎𝚊𝚛𝚜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang