𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟸𝟽

285 35 1
                                    

☂𝐷𝑖𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑎𝑛𝑢𝑔𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑢 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖
𝑎𝑑𝑎 𝑛𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑙𝑖𝑝 𝑑𝑖 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑛𝑦𝑎
𝑛𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑘𝑢
𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ 𝑏𝑜𝑑𝑜ℎ,  𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎
—𝑚𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛𝑚𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑡𝑖𝑘𝑢

—𝔸𝕟𝕘𝕖𝕃❜𝕤 𝕋𝕖𝕒𝕣𝕤—

      Jeno memandangi telapak tangannya yang dibebat dengan ketat oleh Jaemin. Setitik darah masih bisa menembus kain kasa itu. Jika bukan karna paksaan Mark, mungkin saja pria itu tak mau bersentuhan langsung dengan Jaemin. Dia memang sudah tidak lagi melakukan kekerasan atau kekejaman, tapi tetap saja – untuk berkontak fisik dengan baik pada seseorang yang sebelumnya kau benci tidak semudah itu.

Menurunkan kadar kebencian yang sudah terlanjur, tidak semudah membalik telapak tangan. Kecuali campur tangan keajaiban yang bisa.

Beralih pada wajah tirus tak terawat, Jeno memperhatikannya. Sepasang mata yang menyorot kelembutan. Seolah tercipta memang dia pantas memilikinya. Sangat cocok. Juga bulu mata yang lebat menghiasi, mengitari netra yang selalu menyendu ketika berbalik pada tempatnya berada, setelah bermain piano.

Piano dan kucing.
Dua hal yang membuat Jaemin bisa tersenyum di tempat yang suram ini.

Ditelusuri lagi wajah lusuh dan rambut acak-acakan jarang disisir. Wajahnya memang mulus tanpa jerawat, namun banyak luka gores yang menghalangi pemandangan indah itu.

Lucy, Idolamu terlihat menyedihkan.

Apa kau  membenciku jika aku melakukan ini padanya?

Aku sudah melukai orang yang kau kagumi.

Tak ada jawaban dari kalimatnya.
Bahkan Lucy tak sekalipun mampir dalam bunga tidurnya. Setidaknya untuk mengucapkan bahwa semua akan baik-baik saja.

“Semua akan baik-baik saja.” Jeno tersentak dengan perkataan yang dilontarkan Jaemin. Bisa bebarengan dengan apa yang dia pikirkan.

Jaemin rupanya agak menyesali ucapannya. Tapi kata-kata itu terlanjur keluar.

“Kau masih punya Mark. Dia selalu mengkhawatirkanmu.”
“Aku memang tidak pernah mempunyai saudara, --
Dan aku tidak tau bagaimana rasa sakitmu.
Tapi

aku juga pernah kehilangan keluarga.” Jaemin menurunkan lengannya. Sepasang kornea jenih itu saling berpandangan tanpa ada kata setelahnya. Jaemin jadi mengingat Haechan. Sepupunya yang luar biasa usil. Seseorang yang selalu membuat harinya penuh dengan kebisingan. Tanpa sadar membuatnya tersenyum.

Sibuk menyelami apa maksud dari pria manis itu, Jeno berperang dengan pemikirannya sendiri.

Haruskah kau membencinya sampai seperti ini, Jade?ucap Mark kala itu.

Suatu saat nanti, mari kita bertemu kembali... Yang Mulia

Aku akan berusaha hidup lebih lama, agar kita bisa bertemu lagi.

Lucy,
akankah kau akan memaafkanku karna menyakitinya?

𝐴𝑛𝑔𝑒𝐿'𝑠 𝑇𝑒𝑎𝑟𝑠☂

𝙰𝚗𝚐𝚎𝙻'𝚜 𝚃𝚎𝚊𝚛𝚜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang