𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟸𝟻

352 38 2
                                    

☃𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎𝑎𝑛, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑙𝑢𝑝𝑎.. 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑘𝑛𝑎𝑖 𝑎𝑝𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑎𝑛
–𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢𝑝𝑢𝑛
𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒄𝒂𝒉𝒂𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈𝒊 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒈𝒆𝒍𝒂𝒑

—𝔸𝕟𝕘𝕖𝕃❜𝕤 𝕋𝕖𝕒𝕣𝕤—

      Mark melihat ke arah Jaemin yang sedang berguling-guling mengikuti tingkah Luna. Begitupun Jeno yang sejak awal tak sekalipun melepas pandangannya dari pria manis itu.

Mark mendengus.

“Jika kau melihatnya seperti itu, sebentar lagi dia akan berlubang.”

Seperti biasa, Jeno tidak menanggapi gurauan si pria Kanada yang dirasa tidak bermanfaat.

“Aku bisa melihat kau sudah menjadi manusia lagi.”

“Apa maksudmu?!” ekspresi kekesalan mulai tampak dan tidak terima terlihat menusuk.

“Kau... apa kau sudah bisa merelakan Lucy?”
“Aku tau ini juga berat untukmu. Kehilangan keluarga memang sangat menyakitkan. Lucy adalah bagian dari kehidupanmu setelah menyelesaikan urusan bisnis. Hanya dia satu-satunya orang yang kau miliki. Tapi Jade... tidak seharusnya kau melimpahkan semuanya pada Jaemin.”
“Aku dan Hendery sudah menyelidiki kejadian dari kasus itu.”

Jeno diam berusaha menyimak penjelasan dari Mark tanpa menyela.

“Aku harap kau bisa menerima kenyataan, Jen.”

—☘☘☘

      Lucy mendapatkan marga dari identitas sebagai anak angkat bibi Seol dan suaminya yang seorang warga negara Korea, Lee Mujin.

Dia diasuh penuh dengan kasih sayang meskipun bukan anak kandung dari pasangan tersebut. Walaupun semenjak kecil, Lucy lebih sering sakit-sakitan akibat paru-parunya yang terjangkit virus. Mereka bersedia merawatnya karna tidak memiliki anak.

Lucy lebih banyak beristirahat dirumah untuk menjalani perawatan secara itensif.

Keadaan memaksanya harus banyak beraktifitas didalam rumah tanpa banyak hal yang membuatnya kelelahan. Hari-harinya disibukkan untuk belajar dan bermain. Kepenatannya dihuni dengan mencari hobi lain yang tidak mengeluarkan terlalu banyak tenaga.

Dari situlah dia mengenal Jaemin. Mengenal seorang pianis muda dengan senyuman menawan dari balik layar televisi. Permainan pianonya yang lembut seolah menghipnotis siapapun yang mendengarnya, tak terkecuali gadis kecil itu.

Waktupun terus berlanjut.

Semakin lama, perasaan kagum itu semakin besar. Setiap hari yang dilakukan Lucy tak sedikitpun melewatkan waktu tanpa menonton acara kesukaannya. Permainan Jaemin, konser tunggal, atau bahkan acara variety show dengan pria manis itu sebagai bintang tamu. Semuanya tentang Jaemin. Selalu Jaemin. Layaknya gadis yang baru pertama kali jatuh cinta pada seorang idola, Lucy begitu menggilainya seperti para fans kebanyakan. Membeli apapun merchandise, foto-foto atau album Jaemin. Apapun tentang Jaemin, tanpa berpikir dua kali dia langsung membelinya.

𝙰𝚗𝚐𝚎𝙻'𝚜 𝚃𝚎𝚊𝚛𝚜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang