✰ SENJA ✰

5 3 0
                                    

(Pantai Kembang)

Sore menyapa, riuh namun membisu. Di sekelilingku, nampak mereka semua bahagia, orang tua dan anak yang saling menyayangi, canda dan tawa, hangat begitu berkesan nampak dari raut wajah mereka.

Aku menepi sejenak di pantai ini, sudah sangat terlambat bagiku untuk pulang kerumah, ku takkan membiarkan suasana tenang ini hilang begitu saja. Di bawah kilauan mentari yang tidak lagi menyengat, dengan warna jingga yang sangat menawan beserta angin laut yang terus menabrak manja, inginku hanyut dalam perasaan ini.

Perlahan mentari mulai pergi, azan maghrib berkumandang sagat indah, aku semakin hanyut, tak terasa deru deras air mata, perlahan membasahi wajahku, dingin mengalir di pipi, perasaan lapang dan tenang membuatku bernapas begitu lega.

"Heii nak, kenapa menangis" aku yang sedari tadi, memejamkan mata tak sadar ada orang di sampingku.

"Waah, bapak salah paham, angin laut menabrak begitu kencang membuat mataku perih, hehehe" jawabku sedikit ngeles.

Siapa bapak ini, berpenampilan Ustaz, dengan kopiah hitam dan gamis putih itu, tutur katanyapun halus, dan nampak sekali wajah kebaikan dari rupanya, yang terlihat dari senyumannya.

"Kadang nak, bumi yang tuhan ciptakan ini mempunyai banyak misteri dan keajaiban di dalamnya, kita harus memandang lebih luas lagi agar apa yang Tuhan ciptakan itu dapat kita resapi, sehingga hati selalu tentram dan damai. Namun ketahuilah nak, banyak orang yang menutup pandangan mereka. Mereka merasa telah mendapatkan segalanya dan merasa akan sangat bahagia ketika tahta, harta, wanita dan lain-lain, telah mereka dapatkan. Tapi ketahuilah, Tuhan menciptakan bumi ini sangatlah luar biasa, jangan membuat dirimu terjebak dalam satu dua pandangan saja seperti yang tadi saya sampaikan" berkatalah Ustaz ini.

"Wah sepertinya begitu, kebahagiaan bukan hanya tentang materi saja, tapi kadang senja inipun dapat membuatku bahagia" jawabku berusaha memahami perkataan Ustaz ini.

"Benar, tapi itu hanyalah bagian terkecil dari bentuk kebahagiaan" jawab Ustaz ini.

"Wah benarkah itu? terus bagaimana caranya agar kebahagiaan yang sesungguhnya bisa aku dapatkan" tanyaku kepadanya.

"Nanti kau akan dapatkan sendiri, setelah kita salat Maghrib, yuk... sebentar lagi Iqamah" ajak Ustaz.

"Waduh, kapan terakhir kali aku salat ya" jawabku dalam hati. Aku tidak tahu lagi bacaan-bacaan salat selain surah Al-Fatihah dan beberapa surah-surah pendek.

"Yuk nak, siapa namanya?" tanya dan ajak Ustaz sembari menarik tanganku dan merangkul pundakku.

"Aku Rangga Kusuma Jaya, biasa dipanggil Rangga pak" jawabku.

"Oke nak Rangga, sudah Iqamah yuk kita salat" ajak Ustaz hendak mengamnil wudu.

Bacaan salat maghrib Imam:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ 
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ طُوْبٰى لَهُمْ وَحُسْنُ مَاٰ بٍ "Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik."(Q

"Assalamu'alaikum warahmatullah2x" salam akhir salat.

"Nak Rangga tinggal di mana?" tanya Ustaz.

"Aku tinggal di BTN Nusa 1 pak" jawabku

"Waah, jauh dari sini ya, nak Rangga naik apa kesininya?" tanya Ustaz lagi.

"Tadi kesini diboncengin teman, tapi temannya sudah balik duluan" jawabku.

"Wah kalau begitu kita balik sama-sama saja, saya tinggal di BTN Nusa 4, saya lewati rumah nak Rangga" ajak Ustaz sembari tersenyum.

"Wah terima kasih banya pak, kebetulan sekali tadi agak gelisah karena bingung pulangnya bagaimana" jawabku sedikit malu"

"Iya, tapi, tidak ada yang kebetulan nak, segala yang ada di langit dan di bumi ini, Tuhan sudah tetapkan takdirnya, begitupun pertemuan kita hari ini"

"Wah begitu ya pak" jawabku heran.

Hanya beberapa jam aku duduk bersama orang ini serasa duniaku bertambah, ketenanganku juga masih sama walau senja telah berlalu.

"Kita tunggu sebentar lagi ya, istri dan anak perempuan saya masih salat" berkata Ustaz sambil mengajakku duduk di kursi taman masjid.

"Iya pak" jawabku.

Beberapa menit berlalu...

"Nah itu mereka, yuk berangkat nak Rangga" ajak Ustaz semabari menunjuk ke arah pintu keluar masjid.

Ya ampun, apakah ini mimpi? aku tidak pernah menyangka istri dan anak pak Ustaz ini adalah mereka, berkali-kali ku coba untuk menggosok mata atau mencubit diri, barang kali ini hanyalah mimpi. Namun terasa sakit, ya ampun ini bukanlah mimpi, baru saja aku bertemu sosok yang baik hati dan banyak ilmu ini, yang ternyata istri dan anaknya adalah, Ibu Fani dan Ica!!

"Eeeh nak Rangga?" tanya ibu Fani terheran-heran melihatku.

"wah Ummi sudah kenal dengan Rangga?" tanya Ustaz kepada Ibu Fani.

"Iya Abi, ini anak saya di sekolah hehehe, selalu berkunjung keruangan saya" Ibu Fani dengan senyuman khasnya.

"Owalah nak Rangga dari SMAN 1 juga ya?, sama dong dengan anak saya, namanya Ica." tanya pak Ustaz kepadaku.

Ica hanya tertunduk dan fokus dengan bukunya, namun terlihat sedikit senyum.

"Iya pak, Ica murid baru di kelas saya, kami satu kelas" jawabku.

"Owalah, Maha suci Allah, kan benar nak Rangga, pertemuan kita ini bukanlah kebetulan" berkata pak Ustaz sembari mengangkat tangannya ke atas.

"Okelah kalau begitu, bincang-bincangnya kita lanjut di Mobil saja" ajak pak Ustaz.

"Yuk nak Rangga" ajak Ibu Fani kepadaku.

(Perjalanan Pulang)

Aku duduk di depan bersama pak Ustaz, Ibu Fani dan Ica di belakang, sesekali aku mencuri-curi pandagan, dari balik spion mobil nampak jelas wajah Ica yang masih fokus dengan bukunya.

"Ya ampun aku jadi malu untuk mendekati Ica, Ayahnya seorang Ustaz, Ibunya adalah orang yang sangat baik, Ica orang yang sangat lembut dan tenang, sedangkan diriku hanyalah anak jalanan biasa, preman, bahkan bacaan salatpun aku tidak tahu" bicaraku dalam hati, tertunduk malu sembari memandangi kedua telapak tanganku.

(Depan Rumahku)

"Terima kasih banyak bapak atas tumpangannya, Ibu Fani terima kasih, dan Ica... terima kasih" aku melambai dan sedikit malu menantap Ica. Ica hanya tersenyum sebentar lalu kembali membaca buku.

Aku perlahan mengendap masuk ke rumah, tapi aku tidak melihat mobil ayah, seharusnya jam 5 sore tadi ia sudah ada di rumah.

"Pak Amin!, ayah di mana, belum balik ya? tanyaku ke ajudan ayah sekaligus penjaga rumah. Pak Amin cukup bersahabat ia selalu merahasiakan kepergianku dan segera menghubungiku ketika ayah sudah mau pulang.

"Iya Rangga, saya tadi telepon Rangga tapi tidak diangkat-angkat, bapak lembur lagi dan akan balik besok pagi" jawab pak Amin.

"Ouuh iya saya tidak bawa telepon, makasih ya pak" jawabku

Sungguh untuk pertama kalinya keberuntungan menghampiriku hari ini, dengan perasaan bahagia yang tak pernah kurasakan sebelumnya, ku pikir senja adalah suatu hal yang sangat membahagiakan, namun ternyata ada yang lebih membahagiakan hari ini.

Mungkin inilah yang dimakaud dengan kebabahagiaan yang lebih besar dan masih menjadi misteri. Aku harus mencari kebahagiaan itu.

The Streets are Quiet (Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang