Aku terbaring lemas, sudah sepekan aku terbaring di ranjang ini, aku tidak pernah kesekolah semenjak perkelahianku dengan Farel di kantin. Setiap kali aku berusaha mengingat kejadian itu, penghilatanku langsung hitam yang membuat kepalalu sakit.
Masih terbayang-bayang sosok hitam dengan tatapan yang membuatku tidak sadar lagi, entah apakah itu hanya sekadar ilusi atau imajinasiku saja sewaktu terbaring di UKS. Tapi aku merasa sadar, cuma tidak bisa melakukan apa-apa, aku merasa tubuhku bergerak sendiri.
"Auuwww, kepalaku sakit sekali" aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi, sangat membuat kepalaku sakit.
"Tok, Tok, Tok..." Suara seseorang mengetuk pintu kamarku. Itu bukan Ayah karena ayah pasti langsung masuk saja.
"Iya masuk, tidak terkunci" jawabku.
"Taraaa, halo bang" tiba-tiba muncul mereka, ternyata kawan-kawam markas.
Pusingku seketika hilang, mereka datang dengan sedikit berpenampilan beda, tidak seperti anak jalanan hahaha.
"Heii kalian rapi sekali, hahaha, apa yang telah merasuki kalian" untuk pertama kalinya aku tertawa lepas lagi setelah sekian lama terbaring di sini. Sungguh membuatku terheran-heran dengan penampilan mereka, mereka benar-benar sangat sulit unruk dikenali.
Bang Hasnuddin tidak seperti biasanya, begitu keren dengan style kemeja yang sagat rapi, celana jeans dan gaya rambut yang tidak berantakan, untuk pertama kalinya juga ia tidak memakai topi seperti biasanya.
Bang Jack sangat keren dengan jaket Hoodienya, yang biasanya ia pake hanyalah kaos biasa kemudia dilapisi rumpi jeans di depannya, ia juga melepas anting-anting yang biasanya ia pakai.
Bang Martis? wah bang Martis sungguh tidak ku kenali, ia yang berambut gonrong, rela memotong rambutnya agar terlihat lebih rapi lagi, wajahnya juga lebih bersih dan tampan sekali.
"Astaga kawan-kawan, darimana kalian dapat pakaian-pakaian ini" tanyaku terheran-heran mereka kan semua orang-orang tidak punya biasanya uang jajanku yang membantu perekonomian markas.
"Iya bang Rangga, kami sudah lama dapat kabar kalau bang Rangga sakit, kami ingin sekali menjenguk, cuman kan ayah Rangga sangat tidak suka ketika ada orang yang datang dengan keadaan berantakan, yah kami sepapkat untuk ngamen siang malam untuk beli baju baru ini hehehe, lumayan karena baju yang lama juga sudah bau banget hahaha" jawab bang Hasnuddin.
"Iya bang, awak ni setelah pake baju-baju macam ni, cewe cewe semuanya pada melirik awak bang, saltinglah awak hahaha, merasa seperti artis K-POP lah awak sewaktu jalan tadi" bang Jack dengan humornya yang kembali membuat kami tertawa.
Aku terharu, aku mau menangis lagi, tapi aku tahan, aku harus menahannya, mereka taunya aku adalah orang yang kuat dan tidak cengeng.
"Waaah terkma kasih banyak kawan-kawan, nanti aku ganti uangnya" jawabku terharu.
"Alaah santailah bang Rangga, semuanya ikhlas dan kami senang bisa berkunjung kesini, btw ini ada obat coba diminum katanya ampuh untuk sakit pusing"
"Ouuh iya? mana obatnya" aku dengan perasaan senang.
Aku meminum obat pemberian Martis, selang beberapa menit, aku sembuh dan merasa sangat sehat seperti sedia kala.
"Wah obatnya manjur, aku merasa baikan sekarang, tapi... siapa yang memberi obat ini bang?"
"Ouuh iya, tadi ada seseorang yang tidak dikenal, katanya maui menjenguk juga, tapi tidak jadi, dia cuma menitip obat ini saja" jawab bang Hasnuddin"
"Wah, siapa namanya dan bagaimana ciri-cirinya bang" tanyaku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Streets are Quiet (Novel)
Novela JuvenilBayangan itu muncul lagi, aku terperangkap dan merasa tubuhku sedang dikuasainya. Aku membunuh semua yang ada di hadapan, tak ada yang tersisa kecuali diriku dan aku, siapa aku sebenarnya...? Akhir sebuah derita adalah penderitaan, yaa itulah kata s...