Kamarku sangatlah berantakan, hari-hariku terus termenung, nafsu makanku berkurang, kemalasanku mencapai level tertingginya, sudah sepekan semenjak bang Hasnuddin masuk rumah sakit aku tidak pernah mandi, seandainya nenek masih hidup, aku pasti dimarahi. Keseharianku hanya melamun dan berdiam diri, aku tidak bisa kabur dari rumah, ayah mencurigaiku keluar rumah waktu aku kabur pekan lalu, tapi hanya sekedar curiga. Tapi kecurigaannya sangat kelewatan hingga memasang CCTV di depan kamarku.
*
(Rangga 7 Tahun)"Nenek, apakah ayah benci pada langga?" tanya Rangga kepada nenek.
"Tidak cucuk nenek yang paling hebat," jawab nenek.
"Kalo begitu kenapa ayah celing memukul langga?" Rangga bertanya lagi.
"Itu karena Ayah mau Rangga jadi orang sukses, dan tidak bermalas-malasan," jawab nenek.
"Tapi... tapikan cakit kalau dipukul," Rangga dengan ekspresi sedih.
Nenek cuman tersenyum dan memeluk Rangga.
*
Aku kembali terdiam, berusaha menahan air mata kerinduan. Yang ada di kepalaku sekarang hanyalah bang Hasnuddin, aku berharap ia baik-baik saja dan kelompok markas bisa kembali seperti sedia kala.Membayangkan masa-masa indah ini membuatkAku sangat lemas, perlahan mataku tertutup, aku merasa sangat capek walau tidak berbuat apa-apa sekalipun hari ini.
*
"Woiii siapa kamu?"Sosok bayangan hitam dengan pandangan mata yang sangat meyeramkan berdiri tepat di hadapanku, ia hanya menatapku, kamarku yang luas terasa sangat sempit karena keberadaannya.
Aku akan melawannya kali ini. Setiap kali makhluk ini muncul, aku selalu merasa terperangkap dalam diriku sendiri, aku tidak bisa merasakan apa-apa. Tapi kali ini aku merasa leluasa dan juga berada di dalam kamarku sendiri.
"Woii siapa kau, jawab aku?" Ia hanya terpaku dan terus menatapku, aku mulai risih dan mengambil kunai
yang ada di bawah kasurku.Aku memulai pertarungan, namun setiap kali aku menyerang makhluk hitam itu dapat berpindah-pindah, walau kamarku tidak begitu luas tapi pergerakannya yang cepat membuatku sangat sulit untuk bisa menebasnya.
Aku terus menyerang, aku juga mengandalkan kemampuan kecepatanku dalam memegang kunai, tapi itu juga masih kurang cepat untuk bisa mengenainya, aku mulai kewalahan, dan tenagaku hampir habis sebelum pertarungan, bahkan aku mulai kepikiran kalau makhluk ini belum menyerang sedari tadi, bagaimana nasibku sekarang ini jika ia menyerang.
"Woii, siapa kau sebenarnya?" tanya aku mulai kelelahan.
Aku merasa pusing, tenagaku juga serasa habis, pandanganku mulai buram. Makhluk itu mendekat, aku mundur perlahan, ia menatapku tajam, aku mulai terpojokkan di sudut kamar ini.
Aku mulai takut, tanganku tiba-tiba tidak bisa digerakkan, aku merasa kembali terperangkap dalam diriku. Ada apa ini tanganku bergerak sendiri, makhluk hitam itu hanya memplototiku terus, tiba-tiba kunaiku terarahkan ke arah diriku, apakah makhluk itu akan membunuhku menggunakan tubuhku?
"Tolong siapa saja, tolong aku di sini," aku berusaha berteriak dari dalam tubuhku, namun nampaknya tidak terdengar, ada apa ini!
"Toloong! Tolong! Toloooooooong!
*
Aku terbangun, nampaknya ini cuma mimpi, tapi? kunai yang ku pegang tadi ternyata masih ada.Dengan napas yang terengah-engah, aku berusaha memperbaiki diriku dari mimpi ini, aku duduk di kursi gameku sembari mengambil botol air minum. Sungguh, jika hanyalah mimpi mengapa tubuhku sangat pegal seperti ini, aku merasa sangat lemas persis di dalam mimpi itu, sungguh apakah makhluk bayangan hitam itu nyata?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Streets are Quiet (Novel)
Teen FictionBayangan itu muncul lagi, aku terperangkap dan merasa tubuhku sedang dikuasainya. Aku membunuh semua yang ada di hadapan, tak ada yang tersisa kecuali diriku dan aku, siapa aku sebenarnya...? Akhir sebuah derita adalah penderitaan, yaa itulah kata s...