"Jumlah pasukan, semuanya ada 40 orang bang, yang akan kita lawan kurang lebih 50 orang dari geng Elang. Geng elang yang menantang duluan geng kami bang, ia memukuli salah satu teman kami, bang Alex." Berkata bang Jack kepadaku.
Pasukan ini bergerak dengan cepat, setiap mereka menaiki motor dan masing-masing bersama dengan pasangannya. Setiap orang punya pasangan masing-masing dan setiap orang harus berjanji untuk menjaga pasangannya dan memastikan mereka semua hidup setelah penyerangan. Itulah yang disampaikan bang Jack kepadaku.
"Oke sebentar lagi kita akan sampai di arena pertarungan, yang disebut The Streets are Quiet, terinspirasi dari game cowboy yang mencari permata-permata untuk mendapatkan kehidupan."
"Waah aku pernah memainkan game itu bang, tapi aku cuman sampai ke level 4, aku berhasil menyelesaikan misinya untuk membunuh wanita baik, cuman setelah itu game terulang, katanya game over."
"Hahahahaha." Seketika bang Jack tertawa lepas.
"Kenapa ketawa bang," tanyaku kepada bang Jack.
"Ya jelas terulanglah bang, wanita baik itu adalah kunci dari permata selanjutnya, ia menyimpan informasi kalau anaknyalah yang membawa kabur permata itu, jadi kita sebagai player harus mencari anak itu kemudian membawa permata itu kepada sang wanita tadi, nah nanti wanita itu akan memberikan permatanya kepada kita setelah menyelesaikan misinya." Bang Jack menjelaskan permaian itu.
"Ouuh ia, ketika wanita itu kutemukan, aku langsung melawan dan membunuhnya, ia cukup kuat, aku kira memang ia adalah musuh juga," jawabku.
*
Streets are Quiet ArenaAku berusaha mengeja grafity yang terpampang di stadion ini, ternyata arena yang mereka maksud adalah stadion tua Nusa Jaya yang terbengkalai, berada di pinggiran kota tidak jauh dari pantai kembang.
Ouuh iya aku ingat stadion ini pernah dijadikan sebagai arena pertarungan kejuaraan silat, perguruan kakek nerhasil mendapkan 6 medali emas.
"Seperinya mereka terlambat ketua," berkata bang Soju kepada bang Jack.
"Tak, coba tengok kebalik tribun tuh," jawab bang Jack sembari mengarahkan telunjuknya ke arah tribun.
Ternyata mereka lebih dulu sampai di tribun ini, seketika beberapa orang bermunculan dari berbagai arah, melompati batas lapangan, ada beberapa yang lompat dan berlari dari berbagai arah di tribun, dan nampak hanya ada satu orang yang duduk tenang di atas tribun.
"Yang duduk diam itulah pimpinan mereka, Jaka sang penakluk, ia jarang berkelahi dan hanya menonton, konon katanya ia baru turun ketika memang ia mau menghabisi musuhnya," berkata bang Jack.
"Kenapa dinamakan Sang Penakluk?" Tanyaku kepada bang Jack
"Walau namanya mirip orang jowo, Jaka bukan orang Indonesia, ia sama seperti Hantaro di geng Tebas, yaitu orang Jepang, ia sudah berkeliling dunia dan menaklukkan semua geng-geng di dunia yang pernah ia datangi, sekarang ia ada di Indonesia, katanya ia mau menghabisi semua geng yang ada di sini." Jawab bang Jack
"Tapi coba saja kalau bisa, kita yang akan menaklukkan mereka mas hahaha, yook bersiap." Timpal bang Yan.
Seketika geng Elang berbaris rapi dan semuanya sudah turun ke lapangan, memang nampak dari mereka semua bermata sipit, dan beberapa saja yang terlihat seperti orang indonesia, selebihnya oranf jepang, jaket sama-sama putih dengan logo Elang bertuliskan Falcon sisi kanan jaket mereka.
"Hahahaha, sudah siap mati Yan?" Berkata salah seorang dari mereka, berbadan kurus dengan make up seperti badut.
"Kau yang akan mati," jawab bang Yan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Streets are Quiet (Novel)
Teen FictionBayangan itu muncul lagi, aku terperangkap dan merasa tubuhku sedang dikuasainya. Aku membunuh semua yang ada di hadapan, tak ada yang tersisa kecuali diriku dan aku, siapa aku sebenarnya...? Akhir sebuah derita adalah penderitaan, yaa itulah kata s...