Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kawai Cafe adalah salah satu dari sekian belas kafe yang berada di kawasan Shibuya. Kafe yang dilengkapi dengan big screen di bagian tamannya ini merupakan tempat paling favorit anak-anak muda Tokyo untuk berkumpul di akhir pekan, menikmati kopi dan steak sambil menonton Netflix, korokean dll.
Hampir pukul satu siang saat IU dan Sabrina memilih meja di pojok taman. Seorang pramusaji mengenakan kaos hitam dengan nampan di tangannya menghampiri mereka.
Dengan cepat, ia menaruh dua gelas green tea hangat dan dua piring shushi di atas meja. Sebelum berlalu, pramusaji itu mengatakan bahwa mereka berdua mendapat salam dari dua lelaki yang sedang duduk di meja teras kafe. Tapi, IU tidak menggubrisnya. Bahkan, sekadar menoleh untuk melihat siapa mereka pun tidak. Ia sedang tak enak hati.
"Mungkin Bang Yoongi sedang sibuk," hibur Sabrina sambil mencubit roti dan mengolesnya pada sambal.
"Sibuk apa? Sekarang masih libur kuliah di sana."
"Sakit?"
"Tak mungkin, dia tak pernah sakit," ujar IU, memainkan sedotan. IU jadi sedikit belajar logat melayu saat berbicara dengan Sabrina.
Sabrina tertawa. "Baru empat hari Bang Yoongi tak berkirim kabar, Kak IU sudah seperti ni. Padahal sebelumnya, selalu senyum sendiri."
Wajah IU jadi berseri. Tentu saja ia selalu senyum sendiri belakangan ini. Hampir dua minggu yang lalu ia mengucapkan kata-kata konyol pada Namjoon, 'kami berjodoh. Dan, setiap kali teringat kejadian itu, ia akan selalu berusaha menahan tawa. Setidaknya, orang lain tidak akan menganggap terlalu gila kalau hanya tersenyum sendiri.
"So?" tanya Sabrina.
"What?"
"Apa pasal Kak IU memilih Bang Yoongi?"
IU tergelak. "Kau ingin tahu juga?"
"Tentu," jawab Sabrina serius. "Tapi jangan ucapkan jika Kak IU berjodoh dengannya."
IU tertegun. Ternyata, sampai hari ini ia masih sulit untuk merumuskannya dalam kata-kata. "Aku masih tak tahu... sungguh."
"Jika begitu, ceritakan saja tentang mereka berdua."
"Hmm..., ok. Tapi aku tak pandai bercerita," ujarnya mengawali. "Mungkin karena aku sudah sangat terbiasa bersama Ungie, aku baru menyadari hal ini beberapa minggu lalu. Begini. Kau pernah berjumpa dengan Namjoon, kan? Tampan, baik, gentle. Selama aku di sini, dia tak pernah absen mengirimi aku bunga setiap malam, meskipun terkadang dia sedang berada di pesawat, entah di negara mana. Dan setiap kembali dari tugas, selalu saja ada hadiah yang dibawanya untukku. Bila senggang, dia bersedia mengantarku ke mana saja dan kapan saja. Sarapan atau makan malam, dan dia begitu sabar menemaniku berbelanja selama berjam-jam. Dan sewaktu malam tahun baru lalu, dia menyiapkan candle light dinner. Langit dipenuhi warna-warni kembang api saat itu. Singkatnya, dia memperlakukan aku layaknya aku adalah seorang puteri raja. Sedangkan Ungie...." Kembali IU kehilangan kata- kata. Ia menghirup aroma green tea nya. Kemudian bibirnya mengulas senyum.