Kini Reano dan Qiana tengah menaiki angkot bersama, karena arah sekolah keduanya satu jalur. Hanya saja sekolah Qiana lebih jauh dari Reano.
“Ingetin rutenya, biar nanti pas pulang naik angkot gak salah,” peringat Reano pada Qiana yang kini keduanya berada di dalam sedang menuju perjalanan sekolah.
“Iya, Bang. Pasti kok itu,” ujar Qiana meyakinkan Reano.
Pasalnya kost-an mereka sekarang tidak sedaerah dengan kost-an sebelumnya, yang membuat Reano mengingatkan Qiana harus ingat dengan rute angkot yang ditumpangi.
“Kiri-kiri, Pak,” pinta Reano setengah berteriak pada Pak supir takut tidak kedengaran.
Angkot pun berhenti membuat Reano ikut turun. Sebelum turun ia terlebih dahulu berbicara pada Qiana. “Gue turun duluan. Lo hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa langsung telepon,” peringat Reano yang langsung mendapat anggukan dari adeknya itu.
“Iya Siap, Bang. Lo juga hati-hati di jalan.” Qiana melambai-lambaikan tangannya.
Setelah itu, Reano pun pergi masuk ke dalam sekolah. Tak lupa terlebih dahulu ia membayar ongkosnya.
***
Reano menuju papan pengumuman untuk melihat siapa peringkat pertama nilai ujiannya. Meski ini hanya tryout, cowok itu benar-benar was-was takut posisinya tergeser.
Sudah banyak siswa-siswi SMA MERAH PUTIH berdesak-desakan melihat papan pengumuman untuk melihat nilai ujian mereka.
Reano semakin dekat menuju papan pengumuman, dan ketika sampai ia benar-benar terkejut setelah membacanya.
“Haikal?” batin Reano berbicara.
Reano masih terpaku melihat posisi pertama kali ini ditempati oleh Haikal. Ia kembali membacanya. Namun, nama itu tak berubah. Posisi pertama benar-benar ditempati oleh Haikal.
Reano kecewa, kenapa bisa posisi yang selama ini pertahanan harus tergeser. Padahal ia sudah mati-matian belajar, menahan lelah dan kantuk.
“Daebak! Haikal ada di posisi pertama!” Seorang siswi hiperbola setelah membacanya.
Sedangkan Haikal yang melihat namanya ada di posisi pertama, tersenyum puas.
“Akhirnya Haikal bisa menggeser posisi Reano!” celetuk salah satu siswi lain yang tak suka pada Reano.
Mereka tau jika Reano dan Haikal bersaing untuk mendapatkan posisi pertama. Selama dua tahun berturut-turut Reano mempertahankan posisi itu, tetapi pada akhirnya ia harus terganti oleh Haikal.
Reano tak memperdulikan perkataan mereka. Ia melangkah pergi meninggalkan kerumunan menuju perpustakaan. Kali ini Reano harus meningkatkan belajarnya. Ia tak mau posisi pertama selanjutnya kembali diisi oleh nama Haikal.
***
Angin berhembus kencang menerpa ranting pepohonan. Suara kendaraan yang berlalu-lalang terdengar bising.
Seorang cewek tengah menunggu angkot di pinggir jalan. Tak jarang ia melihat ke arah di mana angkot itu akan muncul. Kenapa lama sekali, pikirnya.
Tanpa disadari dua orang pria bertubuh besar dengan muka seram datang menghampiri Qiana. Sontak ia terkesiap.
“Sendirian, Neng?” tanya pria itu mendekati Qiana, membuatnya semakin menggeser berjauhan.
Qiana tak menjawab. Ia malah menggerutu dalam hatinya. “Udah tau sendiri, pake tanya lagi!” kesalnya.
“Judes amat,” kesal pria yang satunya. “Punya duit gak lo?!” lanjutnya bertanya dengan raut wajah seram.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDURE
Teen FictionKehidupan gue tidak seperti anak muda pada umumnya. Yang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Di usia gue yang terbilang cukup muda, gue harus menjadi tulang punggung keluarga. Mengganti peran Ayah bagi adek perempuan gue. Dan harus mencari na...