Setelah kerja kelompok bersama Aksa, Qiana langsung ke apartemen Gino untuk bekerja. Namun, cowok itu melarang Qiana hari untuk membereskan apartemennya, melainkan malah mengajak Qiana untuk membantu Gino berbelanja di mall.
“Gimana baju ini cocok gak buat gue?” tanya Gino pada Qiana, memperlihatkan sebuah kemeja kotak-kotak berwarna biru.
“Cocok kok, tapi warnanya coba ganti jadi hitam,” saran Qiana. Mendengar itu, membuat Gino mengganti kemeja dengan warna hitam, sesuai saran darinya.
“Nah, ini bagus,” ujar Qiana memuji.
“Yaudah gue ambil ini,” putus Gino.
“Sini gue yang pegang, Kak,” usul Qiana, tetapi Gino tak memberikan.
“Gapapa biar gue aja. Di sini lo buat temenin gue, bukan jadi pelayan,” ujar Gino dengan senyuman.
Mendengar itu, membuat Qiana ikut tersenyum. “Makasih, Kak,” ucap Qiana yang langsung mendapat anggukan kecil dari Gino.
“Yaudah, ke sana yuk, cari yang lain,” ajak Gino. Qiana pun mengangguk semangat sebagai jawabannya.
•••💗•••
“Ini gelang sahabat, Mas,” ujar penjaga toko.
“Saya mau, satu pasang,” ujar Gino.
Setelah melakukan pembayaran, Gino menghampiri Qiana yang menunggu dirinya tidak jauh dari toko.
“Abis beli gelang couple-an buat sama pacar ya, Kak?” tanya Qiana penasaran.
“Bukan. Ini gelang persahabatan,” jawab Gino singkat, “sini tangan kiri lo,” lanjut Gino meminta, membuat Qiana kebingungan.
“Mau apa, Kak?” tanya Qiana meminta penjelasan.
“Sini aja dulu,” ujarnya. Tanpa berpikir panjang, Qiana langsung saja memperlihatkan tangannya, menaikkan tinggi. Tepat berjajar dengan wajah Gino.
Tak banyak bicara, Gino langsung saja memakaikan satu gelang itu pada Qiana. Sontak Qiana terkejut.
“Kenapa lo pakaikan ke gue?” tanya Qiana heran. Padahal ia bukan sahabatnya.
“Meski kita bukan sahabat, gue mau lo yang pakai gelang. Buat kenang-kenangan juga,” ucap cowok itu. “Gimana suka gak?” lanjutnya bertanya.
“Suka banget,” jawab Qiana antusias. Jujur saja baru kali ini Qiana dapat hadiah dari orang lain, selain keluarganya.
“Bagus deh, kalau suka.” Gino menghentikan sejenak ucapannya. “Yaudah, sekarang kita makan,” ajaknya yang langsung mendapat anggukan dari Qiana.
Namun, saat hendak berjalan ke resto mall, tanpa sengaja Qiana berpapasan dengan Aksa. Seketika cewek itu dibuat kelabakan. Bagaimana jika Aksa memberitahu abangnya.
“Qia,” panggil Aksa dengan nada terkejut. Kenapa bisa Qia bersama Gino.
“A–aksa,” sahut Qiana canggung.
Namun, Aksa tak membalas ucapan Qiana. Cowok itu malah terdiam, menatapnya lekat. Tak lama kemudian ia berlalu pergi tanpa mengatakan sepatah katapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDURE
Подростковая литератураKehidupan gue tidak seperti anak muda pada umumnya. Yang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Di usia gue yang terbilang cukup muda, gue harus menjadi tulang punggung keluarga. Mengganti peran Ayah bagi adek perempuan gue. Dan harus mencari na...