“Kelak kalian akan merindukan kebersamaan bersama teman-teman.”
°°°
“Dulu kamu pernah jalan-jalan sama aku .... ”
“Beli ini itu semua pake uangku.”
“Setelah ku tau kamu buat story baru .... ”
“Ternyata dia adalah temanku.”
“Kubelikan bakwan malah dia yang jadian .... ” senandung Dito.
“Aku yang berjuang malah aku yang terbuang,” lanjut Harlen.
“Sekarang diriku cemburu tanpa ikatan .... ” sambung Reynald.
“Kini kusadari kita cuma teman,” timpal Alvano.
“Kan, aku sudah pernah bilang,” sambung Dito.
“Temanku semua main tikungan,” lanjut Harlen.
“Ku hanya bisa merelakan ... diriku kau tinggalkan,” timpal Reynald dan Alvano bersamaan.
Aksa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah ke empat cowok itu bernyanyi, di malam-malam seperti ini. Sedangkan ia kembali fokus menggulir ponselnya, membaca artikel tentang mata pelajaran IPS.
“Kira-kira kalau gue nembak Kim Zaera ditolak gak, ya?” Pertanyaan Reynald sontak membuat Harlen dan Alvano ingin melemparnya dengan gitar yang barusan dipakai. Sedangkan Dito sudah terlebih dahulu melempar Reynald dengan bantal sofa.
“Kalau lo tembak, yang ada dia mati!” sahut Harlen dengan sarkas.
“Yee ... itu kalau ditembak pakai pistol kali!” jawab Reynald dengan raut wajah sebal.
“Jangan nagrep lo! Mana ada spek bidadari mau sama remahan rengginang!” celetuk Dito sangat sarkas, membuat Reynald mendengus sebal. Sedangkan Harlen dan Alvano menyengir mendengarnya.
“Njir, enak banget tuh, ngomong. Mana ada remahan rengginang ganteng kayak gue!” Reynald mengibaskan rambutnya, membuat ketiga cowok itu menatap geli. “Gue kan cogan incaran ciwi-ciwi di sekolah.” Kini Alvano, Dito, dan Harlen dibuat jijik dengan Reynald yang berbicara ala-ala pick boy.
“Cocok banget lo mangkal di lalu lintas,” sela Harlen seketika mendapat gelak tawa teman-temannya.
“Asu lo semua!” Karena kesal, akhirnya Reynald memutuskan pergi, beralih duduk bersama Aksa yang sejak tadi sendirian.
“Sa,” panggil Reynald pada Aksa.
“Iya, Bang?” sahut Aksa, perasaannya sudah tak enak.
“Bakso, bakso apa yang bulat?” Reynald melemparkan pertanyaan teka-teki pada Aksa.
Cowok itu masih terdiam, terlihat sedang berpikir. “Gak tau, Bang. Emang apa?”
“Ya, bakso bulat, hahaha .... ”
Krik! Krik! Krik!
Seketika Reynald terdiam saat teman-temannya tidak ada yang tertawa. Justru malah menatapnya dengan tatapan ingin menerkam.
“Ketawa lah, anjir! Diem-diem bae!” kesal Reynald.
“Garing lo!” cibir Dito.
“Joks lo kayak bapak-bapak, anjir!” timpal Harlen mencibir.
“Biarinlah, gue kan sebentar lagi akan menjadi bapak dari anak-anaknya Kim Zaera.” Halu Reynald seketika membuat mereka yang mendengar sebal.
Alvano, Harlen, dan Dito saling bertatapan, penuh dengan arti. Secara bersamaan ketiganya pun berlari ke arah Reynald, lalu menangkapnya yang membuat cowok itu tak bisa melawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDURE
Teen FictionKehidupan gue tidak seperti anak muda pada umumnya. Yang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Di usia gue yang terbilang cukup muda, gue harus menjadi tulang punggung keluarga. Mengganti peran Ayah bagi adek perempuan gue. Dan harus mencari na...