18

150 13 3
                                    

“Jangan merugikan diri sendiri, hanya karena menurut hawa nafsu sesaat.”

🖤

“Nih makan, jangan belajar terus.” Reynald memberikan sebuah roti dan minuman pada Reano, membuat cowok itu berhenti membaca buku pelajarannya. Saat ini keduanya sedang berada di kelas 12 IPA 2.

“Ngagetin aja lo,” sahut Reano, menaruh bukunya di atas meja. “Thanks,” lanjutnya berterima kasih karena sudah memberikan roti.

Reynald duduk di kursi, menghadap Reano. Tak lama kedua temannya, Dito dan Harlen datang, mereka berdua ikut duduk.

“Tau gak anak IPS kel—”

“Kebiasaan banget datang-datang ngegosip,” potong Reynald membuat Dito tak melanjutkan ucapannya.

“Yee, biarinlah ... orang gue bawa berita terhangat,” protes Dito memasang raut wajah sebal.

“Emang berita apaan?” tanya Reynald malah penasaran, membuat Dito dan Harlen seketika menatapnya.

“Ya, sorry ... refleks barusan.” Reynald menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Cepet ceritain!” lanjutnya meminta.

“Itu ... Dewi anak IPS kelas 11, katanya dikeluarkan dari sekolah—”

“Alahh, berita gitu mah, udah biasa,” sela Harlen memotong ucapan Dito.

“Lo diem dulu, gue belum kelar ngomong!” protes Dito sedangkan Reynald menunggu cerita selanjutnya, berbeda dengan Reano yang pokus meng-scroll aplikasi oren.

“Lanjut!” pinta Reynald.

“Jadi, alasan tuh cewek dikeluarkan dari sekolah gara-gara bunting—”

“What?!” Serempak Reynald dan Harlen berucap membuat perkataan Dito kembali terpotong. Reano ikut penasaran, ia meninggalkan sebentar ponselnya.

“Kok bisa?” Pertanyaan bod*h keluar dari mulut Reynald.

“Ya bisalah, anjirr!” Harlen kesal, membuat cowok itu menoyor kepala Reynald.

“Bisa diem dulu gak lo pada?” Dito ikut kesal karena ucapannya selalu terpotong.

“Maafkan kami Baginda Raja,” ucap Harlen dengan leluconnya.

Kemudian Dito kembali melanjutkan ceritanya. “Jadi cowoknya itu, pernah sekolah di sini, sebelum pindah sekolah ke luar negeri satu bulan yang lalu.”

“Loh, itu bukannya si Egi kelas 12 IPA 4, tapi dia kan udah kelas 12 kok bisa pindah?” Harlen mengerutkan keningnya, heran.

“Kekuatan duit, kayak gak tau aja lo!” sela Reynald melirik Harlen dalam sekejap, kemudian beralih menunggu Dito melanjutkan ceritanya. “Lanjut,” pinta Reynald.

“Intinya, si Egi gak mau bertanggungjawab sama Dewi, makanya sampai pindah sekolah ke luar negeri. Brengsek banget kan, tuh cowok. Kalau udah kayak gini, yang rugi ceweknya. Udah dikeluarkan dari sekolah, karena bunting. Nanggung malu juga, dan katanya keluarga ngebuang si Dewi,” lanjut Dito bercerita. Reano kembali menatap layar ponselnya, men-scroll aplikasi oren.

“Kasian banget, kalau itu terjadi sama Adek gue, udah gue susul tuh cowok, gue hajar habis-habisan,” sela Harlen berbicara.

“Untung gue gak punya Adek,” timpal Dito.

“Lanjut, To,” sela Reynald pada Dito untuk melanjutkan ceritanya, seketika Dito menatap Reynald kesal.

“Lanjut apaan?! Lo mau gue lanjut cerita sampai si Dewi punya anak?!” Dito mencoba bersabar, meski sedikit kesal.

ENDURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang