Reckless

4.6K 228 11
                                    

Jujur aku terkejut dalam posisiku. Seseorang menutup pintu apartemen, tepat di sebelah unitku.

Siapapun itu, tolong tampar aku!
Apakah ini nyata?

Sejak kapan, perempuan yang terakhir kali kutemui di reuni pernikahan Raga tinggal begitu dekat denganku, bahkan saat ini dia berdiri tepat di depanku.

Apakah ini adalah jawaban dari doa-doaku, Tuhan?

Bahkan Andi tidak pernah memberi tahuku, dimana dia tinggal. Namun pagi ini, seolah mimpiku menjadi nyata.

Hanya beberapa detik, mungkin sekilas. Dia menatapku. Aku tersenyum tipis. Oh tidak, aku menampilkan senyuman terbaikku.

Persetan dengan peringatan Andi agar aku tidak lagi-lagi mendekati Salsa. Rinduku terlalu membuncah. Bahkan saat dia melewatiku. Bau parfum rasa vanila itu seolah tertinggal pada indra penciumanku. Meskipun tatapan tak ramahnya mampu membius nadiku. Bahkan keberadaanku seolah tak tampak pada indra penglihatannya. Tapi masa bodoh. Kesempatan tidak akan datang dua kali.

Kurogoh gawaiku, kuhubungi Dena, sekretarisku untuk me-reschedul jadwalku pagi ini.

Aku ingin berduaan dengan Salsa!

Ralat, menguntit Salsa.

Kegilaanku membawaku pada rak-rak supermarket. Perempuan itu sama sekali tak terganggu oleh kehadiranku. Bahkan saat aku berlari tergopoh-gopoh menekan lift agar dapat bersamanya. Dia tetap tenang, dingin tanpa suara.

Aku tersenyum dari tempatku berdiri. Seperti orang gila, dadaku berdebar tak dapat kukendalikan. Jika tidak mengingat betapa brengseknya aku dimasalalu atau jika setidaknya perempuan itu mengingat namaku , sudah nekat kurengkuh tubuhnya untuk menstransfer seluruh perasaan rinduku.

Sial!
Baru kusadari bahwa penyesalan selalu datang terlambat.

Namun, tanpa perpisahan yang panjang mungkin aku tidak dapat menikmati kerinduan yang aneh ini. Menikmati wajah Salsa dari jarak yang jauh, menatap setiap detail yang ia lakukan.

Katakan bahwa aku sungguh gila!
Sejak kapan suara high heels yang beradu dengan lantai supermarket terasa begitu merdu. Sejak kapan mengamati orang yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam troli menjadi tontonan yang sangat indah.

Benarkah dia Salsa yang dia kenal dahulu? Salsa yang selalu memenuhi hidupnya dulu. Bahkan tanpa perlu diminta, Salsa selalu mengajaknya belanja di tempat ini. Mengajaknya diskusi merk manakah yang ingin dia beli, atau menimbang harga mana yang lebih cocok dengan kantong mereka.

Tapi di tempat yang sama, Rony hanya bisa menatap punggung gadis itu, yang memasukkan benda-benda ke dalam trolinya tanpa pertimbangan apapun. Seolah dia telah menentukan pilihan tanpa perlu pertimbangan.

Rony hanya bisa meringis, saat Salsa melewatinya mendorong trolinya yang setengah penuh dan menuju kasir.

Dulu, Salsa akan merengek meminta tolong Rony untuk membantunya membawakan trolinya. Rony dengan bebas menawarkan diri untuk menjadi laki-laki yang membayarkan seluruh biaya belanjaan Salsa. Rasanya jiwa lelaki rony ingin berteriak. Seolah dia telah ditiadakan dari hidupnya.

Pikiran-pikiran yang menyerbunya secara ajaib membawanya berdiri tepat di samping Salsa.

"Silahkan, totalnya ya Mbak." Kata petugas kasir menunjukkan layar monitor total pembelian Salsa.

Rony masih dalam kubangan kenangannya. Menatap Salsa yang sibuk merogoh dompetnya. Kemudian secara tiba-tiba tangannya terulur memberikan kartu blackcard-nya sambil berkata, "Sekalian punya saya mbak, totalnya."

Salsa menatapnya nyalang, "Sorry I'm not a beggar. So keep your donation!" Serunya tepat di depan wajahnya, sambil menyerahkan uang lembaran kepada petugas kasir. Kemudian berlalu dari hadapan Rony yang masih terpaku, mencerna tindakan impulsifnya.

"Shit!" Umpatnya menyadari kebodohannya.

********

Halo hai....
Siapa yang udah ga sabar menunggu Salma lahiran lagu keduanya? 💙💙💙
Yuk terus streaming lagu Mentari dan Mengapa.
Tetep dukung karir Salma dan Rony ya 💙💙
Jangan terpaku pada para pembenci. Selalu be wise yahhh. Jadikan setiap badai sebagai kekuatan, pembuktian kebijaksanaan para salmocean.

💙💙💙

Season Of Blossom (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang