Find You Again

3.2K 186 0
                                    

Jika hidupku adalah potongan scene sebuah film maka dipastikan aku berada dalam sebuah scene zoom in zoom out yang menggambarkan keterkejutanku. Ada satu orang yang ingin aku hindari sejak lima tahun silam saat hubunganku dengan Rony kandas.

Bukan Rony!
Atau Neta!
Bahkan sahabat terdekatku.

Aku mendesis lirih mengingat perdebatanku dengan Andi hari ini. Sekali lagi ucapan Andi benar adanya. Harusnya selama lima tahun ke belakang atau setidaknya hari ini aku sudah mendapatkan pengganti Rony. Jadi tidak perlu bersusah payah menaruh rasa maluku di depan Bang Tama.

Lelaki itu tampak lebih dewasa. Lebih tampan seribu kali lipat dari terakhir kami bertemu lima tahun lalu. Dengan balutan kemeja putih di gulung sampai siku, apron yang menutup dada bidangnya. Jangan lupa rambut panjang yang di kuncir ke belakang menambah aura manly seorang Dipta Pratama.

Mantan Presma yang sudah kutolak mentah-mentah cintanya beberapa tahun silam, demi menyelamatkan perjodohan sialan yang mengakhirkanku pada drama berkepanjangan ini.

Sialnya kenapa harus hari ini? Tidak adakah hari lain.

Lelaki itu langsung mengenali wajahku. Dengan senyum paling ramahnya dia menyajikan sendiri kopi buatannya kepadaku.

"Kopi spesial, untuk orang spesial." Ucapnya.

Jika tidak mengingat perbuatan burukku kepadanya, sudah tentu meleleh dengan segala perhatiannya.

"Masih lama kan? Aku tinggal sebentar." Ucapnya.

Aku mengangguk lemah, sambil menyesap kopi hitam yang asapnya masih mengepul hangat.

Aku mencebik menatap gawaiku. Memastikan keberadaan Mang Jaka yang katanya mau menjemputku.

Siapapun!
Tolong bawa aku pergi dari sini.

Sialnya aku sendiri yang membawa langkahku ke sebuah motel semi modern dengan coffeeshop kecil yang menawarkan berbagai macam kopi dari berbagai negara. Yang tentunya berhasil menarik perhatianku, setelah berdebat di telepon dengan Papa.

"Sharelock, biar Andi yang menjemput!" Ucap Papa.

"Tapi Salsa lagi kesel sama Andi, Pah."

"Andi sudah cerita semuanya, dan Papa tidak bisa menyalahkan semua argumen bijaknya." Sekali lagi aku mencebik keras mendengar penuturan Papaku.

Dih! Cowok lemes!
Tukang ngadu!

Akhirnya aku mengalah dengan mengirim lokasiku. Namun tak lama kemudian Andi mengirimiku pesan bahwa yang akan menjemputku Mang Jaka. Dia juga mengatakan kalau Mang Jaka sudah sampai, Andi akan mengabarinya lagi.

Mang Jaka, lelaki paruh baya yang sudah bekerja dengan Oma sejak muda. Sudah hafal seluk beluk kota bandung. Jadi tentunya tidak perlu sharelock atau apapun itu. Toh Mang Jaka tidak menggunakan aplikasi WA. Hanya HP butut yang hanya bisa berkirim pesan melalui SMS. Itulah mengapa Andi bilang akan mengabariku jika Mang Jaka sudah sampai lokasi.

Aku mendengus sebal beberapa kali. Seandainya tanpa menuruti kemauan Papa sudah kupastikan aku sampai ke rumah Oma tepat waktu. Bergelung dengan kasur empuk, menikmati jajanan khas kota Bandung atau bercanda dengan Oma. Meskipun tak jauh dari pertanyaan 'Kapan Nikah? '. Namun, sepertinya aku akan lebih senang dengan rentetan pertanyaan Oma dibanding terjebak dengan situasi paling menyebalkan sepanjang hidupku ini.

Lelaki itu sudah kembali, apronnya telah ditanggalkan. Meninggalkan kemeja putih yang mencetak dadanya yang bidang.

"Sorry, agak lama." Ucapnya sambil duduk dihadapanku.

Aku hanya tersenyum tipis, mencoba beramah tamah dengan masa lalu. Lalu tanpa diminta Bang Tama menerangkan bagaimana akhirnya dirinya memutuskan menjadi barista sekaligus pemilik motel beserta coffee shop ini.

"Oh iya?" Aku tertawa terbahak, membandingkan Bang Tama yang dulu dengan Bang Tama dihadapanku sekarang.

"Kamu masih sendiri?" Akhirnya dia melempar pertanyaan kematian. Aku tersenyum tipis ke arahnya.

"Menurut Bang Tama?" Sialnya aku tidak menemukan jawaban lain, selain melempar pertanyaan kepadanya.

Untungnya sebuah panggilan dari Andi berhasil menyelematkanku. Sebelum lelaki di hadapanku sibuk menebak status lajangku.

"Sorry, Bang. Jemputanku udah datang." Ucapku, buru-buru melarikan diri. Aku ingin mengomeli Mang Jaka, yang datang terlalu lama. Bahkan seharusnya tidak lebih dari setengah jam aku menunggu.

Aku berdiri di pinggir jalan. Kulihat mobilku sudah terparkir rapi di seberang jalan. Jalanan malam ini tidak sepi, aku menengok kanan kiri menunggu lalu lalang kendaraan bermotor berpacu sepi. Saat salah satu kakiku beranjak dari trotoar, satu motor meluncur dari arah lain.

Aku memekik tertahan. Saat kurasakan seseorang menelusupkan jemarinya dan menjadikan kedua tangan kami saling bertautan. Lalu menarikku ke belakang.

Sumpah serapah kepada pengendara motor, ingin kualihkan pada sang empunya yang dengan sengaja malah menarikku ke tengah jalan raya.

Aku memberontak mencoba melepas kaitan tanganku, namun percuma lelaki itu malah memasukan kedua jalinan tangan kami ke dalam saku jaketnya.

"Kenapa tidak satupun pesan saya dibalas, Salsa." Ucapnya dengan tegas dan dingin, seraya membawaku masuk ke dalam mobilku.

Lalu malam semakin larut, dia mendiamkanku sepanjang jalan. Masa bodoh, aku juga tidak sedang ingin berbicara dengannya.

Lalu saat mataku hampir terpejam, kurasakan seseorang menarik sebuah selimut menutupi tubuhku. Wangi aroma maskulin menelusup kehidungku, sebuah aroma yang aku kenal.

*****

Sesuai janjiku yashhh....
Kurang satu part lagi....
Besok pagi deh 🥰

Selamat menikmati weekend
Dengan stream Bunga Hati dan Mengapa🥰

Season Of Blossom (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang