Perayaan Mati Rasa

6.4K 305 8
                                    

Salsa memijit keningnya, pandangan matanya kosong. Pikirannya berjalan menuju kenangan yang penuh warna. Dia menganggap dirinya telah terjebak dalam kesialan.

Di sana pada deretan kereta waktu yang menjilid dalam bab-bab penyesalan. Seharusnya dia tidak berharap banyak saat tiba-tiba Rony menerima perjodohan dengannya. Dia memegang gawainya mengecek pesan baru. Namun rupanya tidak ada yang mencarinya. Dia memasukkan kembali ke kantong sakunya.

Dua minggu lagi wisuda, impian untuk merayakan hari spesial bersama Rony punah sudah. Dia menatap langit kosong. Kemudian dia menimang-nimang keputusan terberat dalam hidupnya. Dia belum berbicara dengan kedua belah pihak, bahkan Rony sendiri tidak tau kalau Salsa sudah mengetahui sejauh mana hubungannya dengan Neta.

Salsa bergidik ngeri menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. Pertunangan yang dilaksanakan sebulan yang lalu akan menjadi memori terpahit dalam hidupnya. Dia melepasnya dan melempar asal.

Dia kemudian menarik napasnya dalam, matanya memejam. Pikiran-pikiran yang memenjaranya selama ini seolah melambaikan bendera putih. Di antara tiga tahun yang dijalani dia bisa kembali menghitung senyuman lelaki itu yang diberikan kepadanya. Lebih tepatnya dia yang mencintai lelaki itu sepenuh hati. Dia tidak banyak mendapatkan cinta. Bibirnya melengkung sedikit, lalu berubah kaku.

Dia menuruni anak tangga hati-hati, menatap kedua orang tuanya yang sedang tertawa bahagia di ruang keluarga.

"Hai... Anak mama kenapa cemberut?" Mama, perempuan itu menangkap wajah murung putri satu-satunya.

"Ma... Pa... Aku boleh bicara?" Ucapnya hati-hati.

"Kayaknya serius banget? Mau maksa Papa nikahin kamu sama Rony secepatnya?" Goda Papa. Biasanya dia akan menjawab iya, atau tertawa bahagia mendengar celoteh Papanya. Namun dengan tegas kali ini dia menggeleng.

Orang tuanya yang menangkap ketidakberesan memaksa Salsa bercerita.

"Ma... Pa... Aku mau minta maaf, kayaknya perjodohan ini perlu kita akhiri. Salsa sudah memutuskan buat ambil kuliah S2. Mungkin keputusan ini terdengar buru-buru, namun Salsa sudah meyakinkan diri." Ucap Salaa mencoba menegaskan diri di hadapan orang tuanya untuk keputusan yang ia buat.

Papa, tentu saja malam itu murka terhadap keputusan Salsa tanpa tau sebab yang sebenarnya.

****

Seminggu sebelum wisuda, kedua keluarga bertemu. Rony menelisik mencari maksud dari keputusan gadis itu. Bukankah selama ini dia yang mengejar-ngejar Rony. Dia yang paling bersikeras untuk bertunangan dengan Rony. Tapi mengapa malah dia yang mengecewakan kedua belah pihak.

"Aku mau bicara, ikut aku" Rony menarik Salsa dengan kasar. Salsa tak membalas hanya mengikuti Rony.

"Apa maksud kamu? Kamu pikir perjodohan dan pertunangan ini main-main?" Tanya Rony dengan nada yang tinggi.

Salsa ingin tertawa, melihat betapa hebatnya Rony yang seolah berusaha mempertahankan hubungan pura-pura ini.

"Kenapa?" Sesak mulai merayap di dada gadis berusia 21 tahun. Dia menjeda kalimatnya. Banyak hal yang ingin dia sampaikan. Tapi egonya ingin menyalahkan dirinya yang tidak pernah layak untuk diperjuangkan. Sehingga lelaki di hadapannya memilih berpacaran dengan gadis lain ketika cincin sudah melingkar di jemarinya.

Salsa tertawa sumbang. "Aku harap suatu saat kamu tahu arti kehilangan aku, Rony! Perasaan cintaku sudah habis di kamu. Tapi maaf kali ini aku ingin menyerah. Bahwa aku lebih mencintai diriku dibandingkan siapapun. Rony... Kamu juga berhak berbahagia dengan perempuan yang bisa bikin kamu jatuh cinta." Jelasnya.

Lalu gadis itu pergi meninggalkan Rony yang membisu di tempatnya. Rony tidak pernah tau bahwa pertemuannya dengan Salsa malam itu adalah yang terakhir kalinya.

*******

Halooo...
Semoga suka ya..
Maaf masih pemula, 🙊🙊

Salam cegil salmocean

Season Of Blossom (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang