Coffee Breath

2.2K 149 11
                                    

Salsa sudah bersiap dengan paduan inner shirt dengan skinny pants hitam dan jaket denim. Salsa memutuskan bangun lebih pagi, karena janjinya kepada Kanaya dan Alena semalam, untuk mencari sarapan bersama.

Ancaman Kanaya melalui telepon semalam yang mengabari akan balik Kanada hari ini, rupanya berhasil menjadikan Salsa-si gadis mendadak introvert itu untuk ikut bergabung bersama.

Salsa hanya menyeduh teh hangat untuk mengisi perutnya. Dia menggulir gawainya beberapa kali, memastikan adanya pesan dari Kanaya ataupun Alena-yang berjanji akan datang menjemputnya.

Namun, sepertinya Kanaya akan sedikit terlambat. Salsa tak mau ambil pusing. Dia berjalan ke arah balkon, membuka sedikit celah jendela kamarnya. Udara segar menyeruak masuk. Aroma tanah basah sisa hujan semalam ikut mampir ke indra penciuman gadis itu. Salsa memilih mengecek e-mail yang masuk melalui gawainya. Ada banyak hal yang harus diurusnya. Mengingat tenggat waktu untuk kerjasama di IKN sebentar lagi. Mungkin dia akan mengecek ke sana.

Gawainya bergetar menandakan adanya pesan baru yang masuk.

Alena :
Kita udah di bawah nih.. Mau turun apa kita jemput ke unit loe?

Salsa tak menjawab pesan itu, ia hanya menyambar sling bag dan memakai platform sandalsnya dengan buru-buru. Dia memutar knop pintunya. Namun sungguh terkejut dua sahabatnya itu sudah berdiri sembari menampilkan deretan giginya di depan pintu unitnya.

"Sworryy... Kanaya udah sekangen itu katanya." Ucap Alena, yang tentunya sudah tidak dapat didengar Salsa karena tubuhnya sudah meringsek ke dalam pelukan Kanaya-yang tampak heboh.

"Aaaa... Kangen... Loe sih ngilang segala. Mana waktu gue nikah ga datang lagi!" Cerocos Kanaya.

"Sesek gue Kanaya! Alena tolongin gue... Temen loe keknya punya dendam ama gue!" Ucap Salsa yang masih dipeluk erat oleh Kanaya.

"Lepasin Kay, si Salsa udah engap tuh! Takut mati dalam kondisi jones! Hahaha" Ucapan Alena berhasil membuat Kanaya melepas pelukannya sembari tertawa lepas. Sedangkan Salsa sudah mendaratkan satu cubitan ke lengan Alena membuat gadis berhijab itu terdengar mengaduh dalam tawanya.

"Ngeselin, kalian semua!" Ucap Salsa pura-pura ngambek.

"Loe yang lebih ngeselin... Kenapa pas nikahan gua gak datang?!" Balas Kanaya masih heboh.

"Ih! Kata siapa?! Gua dateng..."

"Tapi kenapa kita gak ketemu?" Tuduh Kanaya dan Alena.

"Gue balik setelah ketemu Neta." Ucap Salsa yang berhasil membuat kedua sahabatnya melotot, tak percaya.

"Yaudah, yuk... Gaperlu dibahas. Dah laper gua!" Ucap Salsa menarik kedua sahabatnya untuk segera enyah dari depan unitnya.

Ketiga perempuan itu membawa langkahnya menuju lift unit Salsa, masih dengan tawanya yang renyah. Ketiganya buru-buru masuk saat pintu lift terbuka.

"Loe beneran free kan, Sal?" Tanya Alena memastikan.

"Iya, gue free... Gue tuh asline kerja WFH. Jadi kadang-kadang aja kalau urgent gue masuk kantor." Jawab Salsa, sembari menekan tombol menuju basement unitnya. Namun saat pintu mulai menutup, sebuah suara mengintrupsi ketiga perempuan itu.

"Tunggu! Gue ikut." Ucap lelaki yang tampak sudah rapi dalam balutan pakaian kerjanya.

"Heh! Ron, kok bisa ketemu disini?!" Ujar Kanaya heboh. Rony hanya menggaruk rambutnya. Tidak tau harus menjawab bagaimana.

"Unitnya di sebelah Salsa." Ucap Alena menjelaskan. Kanaya hampir berteriak heboh, namun suara Alena lebih dulu mengintrupsinya.

"Mau ikutan nyabu bareng, gak?" Kini suara Alena menawarkan. Rony malah sibuk menatap Salsa yang tampak mendiamkannya. Rupanya gadis itu masih kesal padanya. Rony juga menyesal, rupanya semalam dirinya terlalu terbawa perasaan cemburu, sehingga bertindak diluar kontrol dirinya.

Season Of Blossom (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang