Let's Talk

3.1K 198 9
                                    

Basuhan air di wajah Salsa berhasil membuatnya terjaga. Entah sudah berapa jam ia tertidur karena lelah. Ia kembali meregangkan otot-ototnya yang kaku sembari menarik jilbab instannya. Menuruni anak tangga, lalu membawa langkah kakinya membelok dari ruang tengah menyingkir ke beranda belakang yang menghubungkan saung bambu, kolam ikan, kandang ayam hias dengan latar hamparan persawahan hijau yang memikat mata yang memandang.

Menjauhi ruang tamu dimana lelaki yang ingin di hindari Salsa sedang bercengkrama asyik dengan Oma. Sepertinya lelaki itu memutuskan menginap setelah menjemput Salsa dengan sikap dinginnya semalam.

Selain Rony, Salsa juga sedang tidak siap jika harus bertemu Omanya di saat lelaki itu sedang menjadi pusat perhatian perempuan sepuh itu.

Andi baru saja menyogoknya dengan secangkir kopi hangat. Setelah berhasil berdamai dari pertengkaran kemarin.

Kini Andi sudah berpindah ke kolam ikan, yang terhubung dengan area persawahan. Di sisi kanan ada sebuah saung bambu, dimana biasanya dihabiskan keluarga untuk bercengkrama atau kegiatan bakar-bakar ikan dan sebagainya.

"Minat buat masak ikan ga? Ntar gua pancingin kalau agak siang." Tawarnya dari jauh sembari melempar pakan ikan ke dalam kolam. Ikan-ikan Nila yang tampak cukup siap untuk jadi bahan masakan, terlihat berjumpul menari menimbulkan kecipak air, berebut pakan.

"Boleh..." Jawab Salsa.

"Mau ikutan ngasih pakan, gak?" Tanya Andi lagi. Salsa hanya menggeleng. Lalu langkah kakinya melenggang kembali ke beranda rumah. Duduk pada bangku kayu yang menghadap ke area persawahan, menikmati kopinya yang masih mengepul.

Salsa menghirup harum udara pagi yang bercampur reruntuhan dedaunan kering yang tertimpa embun. Bau tanah basah sisa hujan semalam menguar bercampur dengan sejuk kabut pagi. Gemericik air dari parit-parit buatan yang menghubungkan dengan area persawahan yang dibatasi oleh pagar bambu sepanjang area rumah.

"Masih suka alam, Sal?" Tanya seseorang, yang dengan sengaja memamerkan deretan giginya yang putih mencoba beramah tamah dengan gadis itu.

"Apa yang menjadi kesukaan saya bukan urusan kamu!" Ucap Salsa ketus. Lalu berdiri dan beranjak dari duduknya, namun lagi-lagi cekalan di tangannya berhasil menghentikan langkahnya lebih cepat.

"Salsa, Bolehkah saya meminta sedikit waktu untuk kita bicara."

Salsa menoleh ke arahnya, menatap kedua mata Rony yang tampak sendu. Melihat Salsa yang melunak, Rony mengendurkan cekalannya.

"Seperti pesan saya semalam, saya butuh bicara-tentang kita."

Salsa menatap Rony nyalang. "Gak ada yang perlu dibicarakan lagi antara kita!" Salsa berusaha menarik cekalan tangan Rony. Nafasnya memburu. Sesuatu yang ditahannya bertahun-tahun seolah dipaksa keluar secara perlahan.

"Tunggu... Tidak akan pernah ada lagi kata 'kita'. Yang ada hanyalah aku bersama perasaan cintaku yang kamu hancurkan, dan kamu dengan segala keegoisanmu." Ucap Salsa menggebu-gebu.

"Maaf..." Rony berujar lirih, berusaha menatap Salsa dengan pandangan nanar. "Maaf, aku tidak pernah berniat menghancurkanmu, Salsa."

Salsa mengerjapkan matanya, menahan sesuatu yang hampir terjatuh dari kedua kelopak matanya. Lalu tertawa lirih.

"Dimana kata maafmu ketika saya hampir mati karena kehilangan seluruh kepercayaan diriku saat harus menanggung malu atas hancurnya hubungan kita. Dimana kata maafmu saat kamu bilang tidak akan pernah menikahiku pada perempuan itu, setelah dengan percaya dirinya kamu memasangkan cincin di jemariku. Rony!?"

Kini, giliran Rony yang membisu, seolah seluruh rangkaian kata yang dia persiapkan bertahun-tahun untuk membela dirinya lenyap sudah. Dia menatap Salsa yang tampak rapuh. Lalu kata-kata Salsa yang baru didengarnya bagaikan petir yang berhasil menyambar tubuhnya. Entah sejak kapan perasaan nyeri berhasil membuat dadanya terasa sakit dan membuat Rony seolah kesulitan bernapas.

"Kata maafmu sudah begitu terlambat, Rony." Gumam Salsa nyaris tidak terdengar.

Rony melangkah maju, mensejajarkan dirinya dengan Salsa.

"Kamu boleh pukul aku, atau apapun agar aku bisa menerima kata maafmu, Sa."

"Untuk apa? Untuk kamu kembali menyakitiku?"

Entah keberanian dari mana, Rony menatap kedua mata Salsa dengan penuh keyakinan.

"Berikan saya kesempatan sekali lagi untuk menjelaskan dan memperbaiki semuanya. Sa." Pinta Rony. Entah pada akhirnya tentang memulai kembali, atau berakhir disini.

"Aku mohon berhenti Rony! Tolong jangan pernah mencoba untuk memperbaiki apa yang sudah rusak." Pintanya lirih dan terdengar putus asa. Rony tak sanggup menatap kehancuran Salsa dihadapannya.

Lalu dengan sedikit keberanian yang tersisa, Rony berucap kepada gadis yang masih setia menundukkan pandangannya.

"Aku masih mencintaimu, Salsa"

******

Halo haiiiii....
Apa kabar semuanya?

Aku pengen banget rasanya nyapa kalian yang udah selalu mampir di lapakku.

Gimana sih biar kita bisa saling sapa, biar rame kolom komentarnya hihihi

Makasih banyak yang udah setia kasih vote, makasih buat yang setia komen juga yang setia baca ceritaku yang masih abal-abal ini.

Kalian maunya hari ini up berapa part?

1/2/3

Kalau menurut kalian ini cerita baiknya sampai berapa part ya?
Aku blm memutuskan utk bikin ending. Jadi kasih saran masukan dong.

Juga kalau ada yang mungkin bikin jenuh dr cara penceritaan kasih masukan ya
💙

Terus streaming buat kedua idola kita
Lagu Mengapa dan Bunga hati ya
💙💙💙💙💙

Season Of Blossom (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang