Happy Reading!!!
***
Entah sudah berapa banyak hubungan ranjang yang Mario lakukan sejak mengenal seks untuk pertama kalinya kala duduk di bangku SMA. Yang jelas sebanyak itu pula perempuan yang pernah menjadi teman tidurnya lebih dari sepuluh tahun ini. Tapi harus Mario akui bahwa Aruna lah yang berhasil membuatnya candu. Apa alasannya Mario tak tahu, karena jika karena Aruna perawan, jelas salah. Mario pernah meniduri gadis perawan juga sebelumnya. Memang terasa lebih nikmat, hanya saja Mario tetap merasakan perbedaan. Bersama Aruna keinginannya terasa menggebu-gebu, bahkan Mario sampai menginginkannya lagi dan lagi. Padahal biasanya Mario akan merasa cukup setelah rasa penasarannya terkenyangkan.
Sial, kali ini Mario malah semakin penasaran dan ingin mengulangnya terus menerus. Tidur Aruna bahkan terganggu karena Mario yang terus saja menjelajahi tubuh telanjangnya, mulai dari menyentuhnya dengan tangan hingga mencumbunya dengan kecupan. Aruna sampai mengerang, bukan karena keenakan tapi kesal, sebab Mario tidak membiarkannya istirahat dengan benar.
Aruna leleh, meladeni nafsu Mario sejak siang tadi membuat tenaganya benar-benar habis. Padahal ini pertama kalinya untuk Aruna, tapi Mario sudah mengajaknya melakukan berkali-kali, dan sekarang … pria itu ingin mengajaknya lembur juga?
Aruna benar-benar tidak habis pikir pada tenaga yang Mario punya. Pria itu seperti tidak ada lelahnya.
“Gak bisa lanjut besok aja gitu ya, Yo? Punya gue perih ini lo masukin dari tadi,” protes Aruna tanpa membuka matanya, ia benar-benar lelah dan mengantuk, namun tidurnya tidak bisa tenang karena perbuatan Mario di tubuhnya yang telanjang. Saking lelahnya Aruna sampai tidak sempat mengenakan pakaian.
“Janji gak sampai gue masukin, kok, Run. Lo tenang aja. Tidur aja yang anteng.”
“Mana bisa tenang kalau lo-nya gerayangin badan gue gini!” dengus Aruna kembali berusaha menyingkirkan Mario menjauh dari tubuhnya. tapi sia-sia, karena tidak sedikit pun Mario bergerak dari posisinya yang saat ini sedang memainkan dadanya dengan tangan dan mulutnya. Nikmat memang, tapi tetap saja lama-lama ia juga merasa perih, apalagi Mario memainkannya sudah sejak tadi. Payudaranya benar-benar terasa nyeri, sialnya Mario belum juga berniat menyudahi.
“Lama-lama gue racunin juga lo pake obat tidur, Yo!” lanjutnya dengan geraman kesal sekaligus nikmat karena Mario baru saja memberinya hisapan kuat, membuat payudaranya sedikit tertarik.
Layaknya bayi kehausan, begitulah Mario sekarang. Beruntung saja di detik selanjutnya pria itu melepaskan puttingnya yang sudah terasa kebas dan membengkak.
“Gue suka dada lo, Run. Ukurannya pas,” katanya sambil memberi remasan yang lagi-lagi berhasil meloloskan desahan Aruna yang kini sudah membuka mata demi memberi Mario sebuah delikan sinis. Namun bukannya takut, Mario malah justru terkekeh dan melayangkan satu kecupan singkat di bibir Aruna yang tak kalah bengkak.
“Ya, suka sih suka, tapi gak lo mainin terus-terusan juga dong. Bisa pecah nih dada gue kalau gitu caranya!”
Lagi, Mario malah justru terkekeh mendengar omelan Aruna. Perempuan itu benar-benar menggemaskan. Mario baru pertama kalinya tidak merasa risi dengan omelan seorang perempuan, yang ada Mario geli. Tololnya Mario ingin mendengar lebih banyak lagi omelan wanita itu. Aruna sungguh berbeda. Mario jadi merasa terhibur karenanya.
“Dada lo bukan balon, Run, gak mungkin pecah.”
“Pecah enggak, kendor iya,” ujarnya sambil mendelik. “Mending kalau lo mau modalin gue buat perawatannya,” lanjutnya tanpa sama sekali menurunkan tingkat kesinisannya. Pasalnya Aruna masih kesal karena Mario telah mengganggu tidurnya.
“Lo ngode minta gue biayain?” tanya Mario dengan nada jahil.
“Seenggaknya lo tahu diri, gak cuma ngerasain enaknya aja,” balas Aruna acuh, lalu mendorong Mario untuk menjauh dari tubuhnya, dan ya, kali ini berhasil. Setelah itu Aruna turun dari tempat tidur, melangkah menuju lemari dan mengambil asal pakaian milik pria yang beberapa jam lalu telah mengambil keperawanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bed Mate
General FictionAndai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya, mau tak mau Mario akhirnya memutuskan untuk menemani. Niatnya tak lebih dari itu, tapi siapa yang m...