Happy Reading !!!
****
“Ini untuk pertama kalinya buat lo ‘kan?” meskipun sudah yakin akan hal itu, Mario tetap ingin memastikan. Dan ketika anggukan Aruna beri, sebuah senyum tercetak jelas di bibir Mario. “Gue kasih kesempatan terakhir,” Mario menjeda kalimatnya, pun dengan aktivitasnya mencumbui tubuh Aruna yang sudah terbaring di ranjang dengan keadaan tubuh hampir telanjang. “Mau berhenti atau lanjut?” tanyanya serius dan tegas.
“Kalau berhenti sekarang memangnya lo bisa?” balas Aruna sembari melirik ke bagian tubuh Mario yang terlihat menonjol di balik boxernya.
Mario mengedikkan bahunya singkat. Tidak sepenuhnya bisa menjawab. Pasalnya harus dirinya akui bahwa ia memang tidak sepenuhnya bisa berhenti, nafsunya sudah berada di puncak. Bahkan sekarang saja ia sudah merasa tak sabar ingin segara masuk ke intinya, tapi sekali lagi Mario tidak ingin mendapati perempuan itu menyesal setelahnya.
“Dari pada gue berakhir dimintai pertanggung jawaban,” jawab Mario berusaha santai.
“Sialan!” umpat Aruna melayangkan delikannya. Namun Mario malah terkekeh, sebelum kemudian kembali menatap Aruna dengan serius.
“Jadi gimana, mau lanjut apa udahan?” kembali Mario mempertanyakan. Tidak ingin menunda terlalu lama, apa lagi dalam keadaan tubuh Aruna yang menggiurkan dihadapannya.
Tak lantas menjawab, Aruna bangkit, mengubah posisi baringnya menjadi duduk. Dan apa yang dilakukannya itu sukses menghadirkan raut kecewa di wajah Mario meski laki-laki itu segera menyembunyikannya.
Namun terlambat, Aruna sudah lebih dulu melihatnya. Dan diam-diam Aruna tersenyum. Lalu sebuah kecupan diberikannya di bibir pria itu. “Lanjut. Tapi pelan-pelan, ya?” ucap Aruna serupa bisikan sembari mengalungkan tangan di leher Mario yang lantas tersenyum mendengar jawaban tersebut.
“Gue janji!” dan tanpa membuang banyak waktu lagi, Mario langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Aruna, melumatnya lembut, dan menyesapnya dengan hati-hati. Sesuai janji, Mario akan melakukannya dengan pelan, meski keinginannya adalah menyentuh Aruna dengan ugal-ugalan. Mario tak sabar. Tapi karena ini pertama kalinya untuk perempuan itu, Mario tidak ingin memberi kesan buruk pada pengalaman seks pertama Aruna. Justru Mario ingin memberinya pengalaman yang menakjubkan, Mario akan membuat Aruna mendamba hingga menginginkannya lagi dan lagi.
Ini akan membuatnya nyaris gila memang, tapi tak apa, Mario akan bersabar untuk Aruna lebih dulu menyukai aktivitas yang akan selalu mereka lakukan untuk waktu yang tidak dapat dirinya tentukan. Mario berharap semuanya akan berjalan sesuai dengan yang dirinya harapkan.
“Sakitnya mungkin gak bisa hilang sepenuhnya, tapi gue harap bisa sedikit menguranginya,” di tengah kecupannya menjelajahi rahang hingga belakang telinga Aruna, Mario berbisik, sementara tangannya aktif menyentuh setiap inchi tubuh polos sang wanita, lalu berakhir menarik lepas sisa kain yang masih melekat di bagian tubuh Aruna yang paling sensitif.
Tak sulit, karena hanya dalam hitungan detik Mario telah berhasil menanggalkannya, menampilkan milik Aruna paling pribadi yang terlihat begitu indah dengan sedikit pubes yang terpangkas rapi. Meyakinkan Mario bahwa Aruna merawatnya dengan baik.
“Lo boleh cakar punggung gue untuk ngelampiasin rasa sakitnya,” tambah Mario sambil meloloskan sisa kain di tubuhnya, hingga kini terpampanglah tubuh polosnya.
Berhadapan dengan tubuh polos Aruna yang di beberapa bagian sudah terhiasi jejak cumbuannya, jujur saja ada kebanggaan tersendiri untuk Mario melihat semua itu. Selama ini Mario tidak pernah melakukannya, tapi dengan Aruna, Mario tidak ingin berhenti memberi tanda, seakan ia ingin Aruna tahu di bagian mana saja ia menyentuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bed Mate
General FictionAndai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya, mau tak mau Mario akhirnya memutuskan untuk menemani. Niatnya tak lebih dari itu, tapi siapa yang m...