Mana nih yang nunggu kisah Aruna dan Mario. adakah?
Coba-coba absen dulu di sini =>
Komen 🧡 kalau kalian suka dengan ceritanya . .
Happy Reading!!!
****
Mengisi hari dengan menjemput dan bermain bersama putri Zinnia, Mario sejenak melupakan tentang Aruna yang belakangan selalu saja mengisi pikirannya.
Tiga hari telah berlalu sejak hari itu, Mario belum lagi bertemu dengan Aruna. Tidak ada alasan juga untuk mereka berjumpa, mengingat sebelumnya pun, jika bukan karena Bian mereka mungkin tidak akan saling mengenal. Atau bahkan menemukan, sekalipun mereka tinggal di dalam satu kota yang sama.
Mario enggan terlalu memikirkan, meskipun faktanya setelah hari itu kehidupannya tak sepenuhnya terasa normal. Entahlah, seperti ada bagian yang kosong. Dan ketika Mario berusaha mencari tahu apa itu, selalu Aruna jawabannya.
Perempuan itu benar-benar telah mengusik hatinya. Mario masih tidak mengerti hingga saat ini, apa yang membuat Aruna terasa berbeda.
Ia tidak bisa menganggap Aruna seperti perempuan lainnya. Tidak bisa dirinya abaikan sosoknya yang begitu memesona. Padahal sebelumnya ia biasa saja. Hanya karena kejadian satu malam, itu semua berubah. Itu pun tidak berlebihan untuknya yang selalu berhasil membawa wanita ke ranjang.
Dengan Aruna ia hanya berciuman, tidak sentuh sana sini apalagi sampai mereguk kenikmatan. Tapi efek yang Aruna timbulkan lebih dari yang biasa ia dapatkan.
Sialan sekali memang perempuan itu.
“Om, untuk bisa bikin yang kayak gini gimana caranya?”
Ashlyn menyadarkan Mario dari lamunan. Kepalanya lantas menoleh dan melihat apa yang Ashlyn maksud. Putri dari Zinnia dan Bian itu memang sedang giat-giatnya belajar menggambar di tab yang ayahnya belikan.
Biasanya adik Bian yang akan mengajarkan, tapi berhubung Falysa sedang kuliah, jadi Mario lah yang menggantikan. Kebetulan bidangnya memang di menggambar. Tak sulit untuk Mario mengajari gadis kecil itu mengenai apa pun yang berhubungan dengan gambar menggambar. Mario sangat menguasainya. Ia bisa menjelaskan dengan mudah apa yang ingin Ashlyn pelajari. Dan yang membuat Mario suka dari Ashlyn adalah, gadis kecil itu dapat dengan cepat menyerap penjelasannya.Mario meyakini bahwa kelak Ashlyn akan sukses dengan bakat menggambarnya itu. Apalagi minat gadis itu di dukung penuh oleh orang-orang di sekelilingnya.
Sampai saat ini sebenarnya Mario masih sering merasa tak percaya mengenai Bian yang seakan mendapatkan durian huntuh di hidupnya. Tidak hanya dengan masa lalunya yang kembali, Bian juga mendapatkan bonus seorang putri, yang meskipun sudah bukan lagi bayi, tapi tak lantas mengurangi kebahagiaan pria itu.
Jujur, Mario sempat merasa iri. Ia merasa bahwa Bian begitu beruntung memiliki Zinnia yang begitu mencintainya, di tambah dengan Aruna yang tak kalah mencintainya juga, dan orang tua lengkap yang mengasihinya.
Mario iri sebab ia tidak seberuntung Bian dalam hal apa pun. Namun kemudian Mario sadar, perjalanan Bian untuk kebahagiaannya yang sekarang tidaklah mudah. Sahabatnya itu sempat menderita, sempat menjadikan minuman sebagai pelarian untuk mempertahankan kewarasan, bolak balik spesialis kejiwaan untuk mengecekkan keadaan. Dan Mario tahu itu amat menyiksa.
Tapi sekarang penderitaan sahabatnya itu telah selesai. Bahagia yang sedang dinikmati Bian saat ini. Sementara ia masih tidak memiliki perubahan dalam hidupnya. Entah sampai kapan ia harus seperti ini.
Mario ingin menyudahinya, tapi terlalu takut untuk melangkah dari jalurnya. Namun kehadiran Aruna mulai sedikit mengusiknya, hanya saja Mario belum yakin, benarkah perempuan itu adalah orangnya? Atau persinggahan sesaat seperti yang lainnya?Mario takut perasaannya yang menggebu sekarang, akan segera hilang setelah ia mendapatkan yang diinginkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bed Mate
General FictionAndai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya, mau tak mau Mario akhirnya memutuskan untuk menemani. Niatnya tak lebih dari itu, tapi siapa yang m...