SELAMAT MEMBACA
***
Selesai makan Rumana masih ingin membakar sosis, sudah kenyang sebenarnya hanya saja dia masih ingin makan. Angap saja sebagai camilan, sedangkan saudaranya yang lain sudah merasa kenyangdan tidak ingin makan lagi. Mereka kini tengah asik bermain kartu dan karambol. Membiarkan Rumana membakar sosisnya sendirian.
Rudi yang sejak tadi memperhatikan Rumana yang sepertinya cukup kesulitan, lalu memilih untuk menyudahi permainannya. Dia ingin melihat, apa yang sedang di lakukan gadis itu. Apa perutnya masih belum kenyang setelah makan sebanyak itu.
"Sini saya bantu bakarkan Dek, kalau seperti itu nanti gosong." Ucap Rudi saat berada di dekat Rumana.
Dia mengambil alih mencapit di tangan Rumana begitu saja. Rumana tidak menolak, sejak tadi dia memang malas untuk membakar bagus juga jika ada yang membakarkan untuknya.
"Terimakasih. Tapi Ruma tidak nyuruh lo ini, inisiatif Pak Lurah sendiri untuk membantu." Ucap Ruma menjelaskan. Benarkan, dia memang tidak meminta kepala desanya itu untuk membakarkan sosis. Dia sendiri yang ingin membantu. Jadi jangan salahkan Ruma dan jangan bilang kalau dia yang menyuruh.
Rudi yang mendengar ucapan Rumana, hanya tersenyum saja. Tumben sekali, kali ini gadis itu tidak bicara ketus padanya.
"Ini mau pedas atau tidak?" tanya Rudi sambil mengangkat sosis di tangannya dengan pencapit.
"Pedas."
"Sama di kasih bumbu barbeque-nya tidak?"
"Iya."
Rudi pun memasakkan sesuai keinginan Rumana. Sedangkan Rumana hanya berdiri dengan diam sambil terus memperhatikan Rudi yang tengah sibuk membakarkan sosis untuknya.
"Memang belum kenyang makan tadi?" tanya Rudi sambil menatap Rumana yang ada di depannya.
"Sudah."
"Kok makan lagi?"
"Tidak papa."
"Ini tidak kebanyakan segini mau di makan sendiri?"
"Tidak."
"Malam-malam makan seperti ini tidak papa?"
Rudi yang berusaha mengajak Rumana bicara mulai bingung. Karena gadis itu hanya menjawabnya dengan singkat.
"Memangnya kenapa?" tanya Rumana balik. Apa yang salam malam-malam makan seperti itu.
"Biasanya perempuan kan tidak makan banyak kalau malam. Takut gendut," ucap Rudi lagi. Dia tersenyum di akhir kalimatnya.
"Perempuan mana maksud Pak Lurah. Itu kan mereka, bukan Ruma. Lagian kenapa kalau gendut, ada masalah?" tanya Rumana kali ini kembali pada mode ketusnya.
Setelah mengatakan itu dia langsung pergi dari sana, tidak kembali ke teras depan melainkan memilih duduk di teras samping. Rudi kembali tersenyum, mendengar jawaban panjang dari Rumana. Akhirnya meski kembali pada mode ketusnya gadis itu mau bicara dengan kalimat lebih panjang padanya.
"Tidak ada masalah, gendut malah semakin kelihatan cantik." Guman Rudi lirih. Yang tentunya hanya dia sendiri yang mendengarnya.
"Mas Rudi masih bakar?" tanya Radin yang tiba-tiba muncul dari belakang membuat Rudi sedikit terkejut.
"Iya ini, punya Dek Ruma." Jawab Rudi dengan santainya. Lebih tepatnya berusaha santai, menyakinkan diri sendiri jika Radin tadi tidak mendengar gumanan absurdnya.
"Kok sampeyan yang bakar Mas. Suruh bakar sendiri," ucap Radin sambil menunjuk Rumana yang tengah duduk di teras samping.
"Tidak papa, ini juga tadi dia yang bakar. Mas cuma bantuin sedikit. Kamu mau bakar lagi?" tanya Rudi balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH KE 2 PAK LURAH (TAMAT & PINDAH DREAME/INNOVEL)
RomantikIni kisah dari Rumana, putri kesayangan ayah Rama dan Bunda Rinjani. "Mau ayah nikahkan sama siapa? Sama Ruma? Ruma tidak mau, tidak doyan duda." ___Rumana___ "Kalau saya bukan duda, saya bisa membayar mahar yang tinggi dan juga jika dulu saya tida...