BAB 12: NYONYA RUMAHNYA KAPAN DATANG

19.5K 1.4K 40
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Sore itu pulang dari kelurahan Rudi menyempatkan mampir di sawah untuk melihat tanaman padinya. Kebetulan juga letak sawahnya akan dia lewati jika pulang dari kelurahan. Setelah melihat-lihat sebentar, Rudi lalu duduk di gubuk yang ada di tengah sawah miliknya. Sambil terus memperhatikan sawahnya yang sebentar lagi panen karena padi yang di tanam mulai menguning.

Beberapa warga yang bertemu dengan Rudi ataupun lewat di depan pondoknya selalu menyapanya dengan ramah.

"Monggo Pak Lurah, riyen." (Mari Pak Lurah, duluan) ucap salah seorang warga yang sore itu ingin pulang dengan membawa rumput di pondaknya.

"Nggih, monggo-monggo Pakde. Mboten pinarak riyen" (Iya, silahkan Pakde. Tidak singgah dulu) Jawab Rudi dengan ramah.

"Matursuwun Pak, selak sonten." (Terimakasih Pak, keburu sore)

Rudi sebenarnya termasuk jarang menengok sawahnya, dia sudah cukup sibuk dengan pekerjaannya sebagai lurah belum lagi dia memiliki beberapa bisnis di Kota. Menjadi petani tidak termasuk kedalam rencana hidupnya. Tapi mau bagaimana lagi, sawah tersebut merupakan peninggalan ibunya dia tidak tega jika harus menjualnya. Tapi juga tidak tega jika membiarkannya kosong tanpa di olah. Akhirnya, Rudi harus mempekerjakan orang untuk menggarap sawah miliknya. Hanya sesekali dia datang untuk membersihkan rumput atau sekedar melihat – lihat seperti yang dia lakukan saat ini.

"Sore-sore kok melamun di pondok sendirian Mas?"

Rudi tersadar dari lamunannya dan melihat Rama yang berdiri di depan pondoknya dengan membawa botol minum dan cangkulnya.

"Ehhh Pak Rama, singgah dulu Pak." Ucap Rudi dengan sopan mempersilahkan Rama.

Rama tidak menolak, dia melepas capilnya dan duduk di depan teras pondok milik Rudi. Sambil mengipas-ngipaskkan capilnya menghalau rasa panas di tubuhnya.

"Tumben sore-sore kesawah ini tadi?" tanya Rama berbasa basi.

Sawah mereka memang bersebelahan, tapi Rama termasuk jarang melihat kepala desanya itu kesawah. Dan lagi, hari ini laki-laki itu duduk di teras pondoknya masih dengan stelan kerjanya. Sudah jelas dia datang tidak untuk turun kesawah.

"Iya Pak, pulang dari kelurhan. Tiba-tiba kepikiran sama sawah, sekalian lihat-lihat. Kok ternyata sudah mau panen." Ucap Rudi lagi.

"Iya ini, rata-rata memang sudah mau panen. Itu tempat Pakde Yono yang tandur terakhir saja sudah mau panen juga." Jawab Rama lagi sambil melihat hamparan sawah yang luas di hadapannya.

"Lha sampeyan masih ngapain ini tadi, kok masih bawa-bawa cangkul?"

Rama terkekeh mendengar ucapan Rudi.

"Ya tidak ngapa-ngapain. Cuma iseng-iseng bersihkan rumput di pinggiran, sekalian cari keringat." Jawab Rama lagi.

Rudi lalu tersenyum, menanggapinya. Memang apa lagi yang mau di lakukan laki-laki di hadapannya selain iseng-iseng. Kehidupannya sudah stabil, anak-anaknya sudah sukses-sukses tinggal istirahat dan leha-leha di rumah semua akan berjalan dengan lancar.

Beda dengan dirinya yang masih muda ini, semua di kerjakan. Serasa hidup seperti mengejar tapi entah apa yang di kejar. Seperti waktu sehari dua puluh empat jam itu kurang.

"Ayo pulang Mas, senja-senja jangan melamun disini sendiri bahaya," ucap Rama sambil berdiri dan membereskan barang bawaannya.

Rudi yang mendengar ucapan Rama pun ikut berdiri, ternyata benar sudah mau senja. Langit mulai berwarna jingga.

JODOH KE 2 PAK LURAH (TAMAT & PINDAH DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang