SELAMAT MEMBACA
***
"Ayo pulang, Mas Rudi biar istirahat." Ucap Rhandra pada adik-adiknya.Setelah merasa lama ngobrol, Rhandra kemudian mengajak adik-adiknya untuk pulang. Karena Rudi juga butuh istirahat agar segera pulih.
"Ayo kalau begitu. Tidak istirahat ini Mas Rudi kalau kita ajak ngobrol terus." Sahut Raditya.
"Kok buru-buru," ucap Rudi pada 5R.
"Sudah lama disini Mas, kita pulang dulu. Mas Rudi lekas sembuh, terus pulang juga." Ucap Rhandra lagi.
"Iya-iya. Terimakasih ya sudah mau repot-repot datang kesini." Ucap Rudi lagi.
"Tidak repot sama sekali Mas. Jangan sungkan begitu. Seperti sama siapa saja," sahut Radhika.
Mereka pun bergantian menyalami Rudi, sebelum pamit pulang.
"Hati-hati ya," pesan Rudi pada kelimanya.
"Mari Mas, Mbak tak antar kedepan." Ucap Aslan pada mereka.
"Tidak usah Lan, seperti tidak tau jalan saja di antar."
"Adab menjamu tamu Mas," sahut Aslan dengan kekehan pelannya.
Sampai mereka benar-benar ingin keluar dari ruang perawatan Rudi, tiba-tiba Rudi berkata sesuatu pada Rumana.
"Dek Ruma, bisa saya bicara 5 menit?" Ucap Rudi pada Rumana.
4R yang mendengar itu, faham jika Rudi ingin bicara berdua pada Rumana. Tidak ada yang mengganggu, mereka lebih memilih menunggu di parkiran.
Rumana menatap Rhandra seperti meminta tolong pada kakaknya itu. Tidak ingin bicara berdua dengan Rudi. Namun, sepertinya Rumana terlalu banyak berharap. Bukannya membantunya Rhandra justru mengangguk pelan lalu pergi bersama yang lain.
Sekarang yang tersisa di sana hanyalah Rudi dan Rumana berdua.
"Pak Lurah mau bicara apa? Cepat, keburu di tunggu yang lain." Ucap Rumana dengan santainya. Dia tidak kembali duduk namun tetap berdiri sambil bersedekap menunggu apa yang ingin di katakan oleh Rudi.
"Saya fikir Dek Ruma tidak akan menjenguk saya," ucap Rudi sambil menatap Rumana dengan lekat.
Rumana langsung tersenyum kecil, namun bukan bentuk keramahan melainkan ada kesinisan dari senyuman Rumana.
"Di paksa Ayah," ucap Rumana lagi.
Menurutnya perlu di jelaskan agar lurahnya itu tidak besar kepala. Dia juga datang karena terpaksa, karena paksaan ayahnya bukan karena suka rela datang untuk menjenguknya.
Rudi yang mendengar ucapan Rumana langsung tersenyum kecil. Tidak peduli di paksa atau sukarela, yang penting gadis itu tetap datang. Baginya itu sudah cukup.
"Jadi karena paksaan ya, saya kira kesini sukarela."
"Tidak usah bermimpi. Masih siang," jawab Rumana dengan ketus.
"Dek Ruma masih belum mau berdamai dengan saya, masih membenci saya. Belum mau memaafkan saya?" tanya Rudi lagi pada Rumana.
Rumana tidak menjawabnya, seharusnya itu pertanyaan yang tidak perlu di jawab. Rudi juga seharunya sudah tau jawabannya. Tidak perlu di katakan lagi dengan gamblang kan ketimbang semakin membuat hati Lurahnya itu terluka karena jawabannya nanti.
"Dek Ruma tidak kasihan sama saya. Saya sudah menunggu lama untuk jawaban niatan saya waktu itu. Tapi sampai sekarang masih belum ada kejelasan apapun. Saya di gantung seperti jemuran. Sekarang justru di tabrak orang." Ucap Rudi dengan nada sedihnya.
Kenapa Rumana merasa jika Rudi menjual kesedihan padanya.
Meski belum bisa memaafkan tapi ucapan Rudi tetap saja terdengar lucu dan menggelikan di telinga Rumana. Namun, terlalu gengsi jika dia sampai tertawa. Sekuat tenaga, Rumana menahannya didalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH KE 2 PAK LURAH (TAMAT & PINDAH DREAME/INNOVEL)
Любовные романыIni kisah dari Rumana, putri kesayangan ayah Rama dan Bunda Rinjani. "Mau ayah nikahkan sama siapa? Sama Ruma? Ruma tidak mau, tidak doyan duda." ___Rumana___ "Kalau saya bukan duda, saya bisa membayar mahar yang tinggi dan juga jika dulu saya tida...