XIV

2.2K 290 28
                                    

"ini serius kita ga bakalan ketangkep kan?" Wina melirik Astra kemudian mengangguk tak yakin sembari mengikuti langkah Yuka yang memimpin di depan.

Layaknya tak punya rasa takut Yuka terus memantapkan kakinya tak peduli seberapa mencekam lorong gelap itu. Bahkan dirinya juga ga ngurus dengan kedua temannya dibelakang yang terlihat sangat ketakutan.

Berada di paling belakang Astra terus menoleh ke belakang guna mengecek ada yang ngikutin mereka bertiga atau ga sampai kerutan heran timbul di dahinya."Kita kok ga ada yang ngejar ya?" menepuk pelan bahu Wina, "Aluna beneran nurutin lo Win, gila bucin banget."

Wina mendecak sebal, tangan dengan ringan menggemplak Astra sampe-sampe Yuka yang berada didepan ikut terkikik.

"Stop bilang Aluna Aluna mulu ya lo. mampus lo abis ini liat aja." Astra justru menjulurkan lidah meledek Wina mengacuhkan ancaman yang keluar dari mulutnya.

Mereka tetap lanjut menyusuri lorong lembab nan menakutkan itu diselingi keributan kecil yang ditimbulkan Astra. Tak segan Yuka menegur mereka berdua karena suara mereka  yang ditimbulkan mereka lumayan keras, Yuka jelas takut dong kalo tiba-tiba di-ngap sama penghuni jeruji besi dikiri-kananya gimana? misi mereka seketika batal.

Ngomongin lorong..

Mereka saat ini berada di penjara kelas menengah Poseidon'es mencari orang dimaksud Ginan. Orang itu ga jahat tapi bikin onar sampe bikin petinggi istana muak, makanya dia dikurung disini.

Jadi Ginan setuju buat bantu mereka keluar?

Sebenernya iya dan tidak.

Ginan sendiri netral, memang acara pernikahan seperti ini bisa dibilang budaya kaum mereka, Makanya dia ngikut aja buat nyulik Wina serta kawannya dan dia pun paham manusia seperti mereka juga ga sepantesnya ada dimensi ini. Itulah mengapa Ginan membantu Wina tipis-tipis agar keluar darisini. Kalo terang-terangan ngebantu ya ngajak perang namanya.

Aluna and the genk apakah tahu?
jawabannya tidak, Ginan manfaatin kemampuannya untuk nyembunyiin tindakannya itu. Jadi ya aman-aman aja kalo Yuka ga ember.

Yang ngerti Ginan sering ngibulin mereka ya Yuka, makanya Yuka sering senyum tipis kalo Ginan kebagian ngomong.

Hanya berbekal api kecil pemberian Ginan yang ngebuat mereka ga terlihat. Itulah mengapa perjalanan mereka saat kemari sangat mulus tanpa hambatan.

Yuka noleh ke kanan kiri nyari makhluk yang dimaksud Ginan. Agak merinding juga ketemu langsung sama modelan aneh begini.

Perkataan Ginan ketika ngasih wejangan serta menyebut ciri orang yang mereka harus cari terus berulang di otaknya sebelum diantar kesini.

"dia perempuan dan yang paling normal disana."

"lo ga niat bantu ya?"

"lah?! emang gitu Astra orangnya."

Yuka membekap Astra, "maksudnya normal? emang disana banyak yang ga normal?"

"lo bakal tau sendiri nanti." Ginan menyuruh Wina mendekat, memberi ramuan ke ketiganya. "minum cepet."

Wina menatap Ginan sekilas sebelum meneguknya.

cup

"KOK?!"
Wina membelalak serta memegang pipi yang dicium Ginan.

"Astra gue tau isi otak lo." Ginan mendekati Astra sebelum mencium pipinya dan Yuka. Dirinya mendorong jengkel wajah menyebalkan Astra lalu bersedekap.

"itu buat ngilangin bau kalian tapi ga lama."

"berapa lama?"

"pokoknya besok bau kalian udah kecium lagi."

Connected Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang