XXII (END)

1.7K 218 54
                                    

BYURRRRR!!!!

Wina ga memedulikan badannya yang sakit akibat bentrokan keras air terhadap tubuhnya, ia langsung berenang ke permukaan mencari kedua temannya yang mungkin saja sama-sama nyemplung.

Dirinya beberapa kali mengambil nafas lalu mengamati sekitar, wajahnya ia usap serta menyipit saat tak asing ngeliat bangunan yang berdiri diatas sana.

Senyumnya timbul, itu rumahnya. Dia beneran pulang, bener-bener pulang dengan selamat! ga ada bagian tubuhnya yang tertinggal sama sekali semuanya lengkap. Ya mungkin lebam serta luka di wajah dan lengannya masih terasa perih tapi gapapa yang dia sudah pulang.

Untung aja kondisi ombaknya ga ekstrim jadi dia bisa berenang nyari kedua temennya itu. Baru aja ingin menyusuri sekitar sana, atensi Wina teralihkan dengan teriakan memanggil namanya di pinggir pantai.

Matanya kembali menyipit mastiin lagi yang manggil dia itu emang Astra kalo ga Yuka, dibibir pantai terlihat ada 2 orang yang satu melambaikan tangan dan yang satu duduk disampingnya.

Wina tersenyum udah yakin pasti itu mereka. Jarak mereka memang lumayan jauh tapi kalo sekedar ngeliat muka ya udah kelihatan jelas.

Dirinya mengambil nafas sebelum berenang menghampiri mereka, sesampainya di pesisir Wina berlari sekuat tenaga dan menubruk Astra hingga terjatuh.

Mereka tertawa tapi sambil menangis. ga nyangka akhirnya pengorbanan mereka buat kembali ga sia-sia. Wina lalu berpaling ke Yuka yang menatap lurus ke arah Laut dengan mata berkaca-kaca.

Astra pun ikut peka ngajak Wina berdiri mengapit Yuka, elusan dibahunya ngebuat Yuka tak kuasa nahan tangis dan mereka membiarkan Yuka menyalurkan emosinya sambil menatap matahari yang pelan-pelan mulai sembunyi.

Mereka tetap dalam posisinya sampe langit berubah gelap. Astra dan Wina ga masalah buat nunggu karna dia tau mental mereka masih keguncang. Bahkan luka yang tadinya basah mulai mengering terkena hembusan angin.

"ayo pulang."

Yuka ngebantu kedua temennya berdiri. "gue ke tempat lo bentar ya?" Wina ngangguk pelan, dia tahu kondisi mereka sekarang lagi capek mental dan fisik.

Langit sudah berganti warna yang semula jingga menjadi gelap. Mereka berjalan beriringan tanpa alas kaki, kaos tanpa lengan dan celana pendek, tak lupa luka lebam masih terpampang jelas ditubuh dan wajah mereka.

Lampu jalan dan suara tukar tawa yang menemani langkah pulang mereka. Terlebih Astra merangkul Wina dan Yuka lumayan kuat seolah enggan ditinggalkan. Tawa dan lawakan yang keluar dari mulutnya ngebuat suasana agak mencair.

Wina maju selangkah,
"ayo ma-"

"ASTRA HEH BOCAH NDUGAL! KEMANA AJA KAMU!"

Astra yang seketika mewek langsung nubruk bapaknya yang lagi ngebawa kayu, "ngapa dah?" beliau natep Yuka serta Wina minta jawaban tapi mereka cuma naikin bahu sama geleng-geleng kepala.

Tumbenan anaknya ini jadi kek boti gini, biasanya juga ndugal sama bikin pusing doang.

Astra dongak ngeliat bapaknya dengan mata yang udah berair, "bapak~."

"kamu main sampe malem gini balik-balik kesurupan apa gimana?" Astra ga ngejawab melainkan meluk bapaknya lebih erat lagi, "ini lagi biru semua badanmu, kamu abis nyudruk dimana?!"

"bapak ini bapakku kan?"

"lah??"
Bapaknya Astra jelas domblong.

Jelas beliau heran, ini orang tua ga ketemu anaknya seharian eh dicariin sekalian bawa gebuk buat ngebukin dia malah pas ketemu kek orang oon begini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Connected Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang