XVIII

2.5K 249 25
                                    

Suasana istana Aphrodite's bisa dikatakan sangat ramai dikarenakan para dayang tengah merias semua keturunan utama atau saudara Aluna yang berada di istana untuk menghadiri pernikahan Aluna dan semua pengawal juga melakukan penjagaan ketat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi.

Seperti yang kita tau, semua keturunan Aphrodite memang sangatlah menawan bahkan tanpa riasan sekalipun tapi ya tau sendirilah ya jangan lupa kalo mereka ialah kaum penggoda, jadi sebisa mungkin mereka menambah kecantikannya untuk mengincar siapa yang akan dijadikan mangsa.

Di suatu ruangan, beberapa dayang dan orang disana sambil sesekali melirik Wina yang tengah dirias dengan tanpa ekspresi. Mereka tersenyum malu melihat refleksi Wina di cermin yang dirias sedemikian rupa oleh beberapa dayang.

Wina si ga ngurus malahan dia meniupi poni yang tadinya rapi jadi berantakan lagi, sampai-sampai yang merias mencubit pipi Wina dengan sangat gemas.

Wina melihat pantulan dirinya di cermin, pakaiannya serba putih tanpa lengan dan celana serta jubah putih ditambah aksesoris di kiri kanan bahunya.

Matanya mendelik ketika beberapa jeritan kecil terdengar, bukannya sok PD anak ini tapi faktanya mereka yang seruangan sama Wina jadinya galfok sama dia, yang rias ga jadi dirias yang meriaspun ga jadi merias, atensi mereka semua tertuju ke Wina yang mana emang kecakepannya hari ini sangat meningkat.

Kepalanya mendongak menampilkan ekspresi tanya saat bahunya ditepuk beberapa kali oleh dayang yang meriasnya, dayang itu tersenyum. "nona dipanggil nona Aluna ke ruangannya." dirinya menunduk sekilas, tangannya terangkat, "mari saya antar."

Wina menggeleng, "ga usah," dirinya bangkit menatap dayang itu, "ruangannya dimana?" hela kasar keluar dari mulutnya karena tak kunjung mendapat jawaban dari lawan bicaranya yang kini menunduk. "mbak? ruangannya dimana?"

"p-p-pintu biru pertama dari sini n-nona m-masuk s-s-saja."

Wina seketika malas melihat rona merah di wajah periasnya itu 'stress gue ga ngapa-ngapain dia salting.' wina ngangguk, "ya makasi." Wina langsung keluar dan lagi-lagi mendelik mendengar jeritan melengking dari ruangannya itu.

"cewek edan."

Dengan tampang datarnya dia mengabaikan semua orang yang menyapa dirinya selagi mencari pintu biru yang dimaksud dayangnya itu, iya Wina tau itu ga sopan tapi bodo amatlah toh ga lama dia bakal minggat dari sini.

'pintu biru pertama...' langkahnya terhenti melihat ruangan yang dimaksud, 'ini kali ya? bodo ah masuk aja.' Wina mengendikan bahu lalu masuk tanpa permisi.

Matanya membulat dengan mulut mangap setelah melihat isi dari ruangan itu.

"uwahhh."
hanya kata itu yang keluar dari mulut Wina.

Ruangan yang didominasi warna pink dengan lampu sedikit remang dan kolam yang jaraknya tak lumayan jauh darinya. Wangi semerbak memenuhi ruangan itu, dan yang tengah berendam disana masih asik bermain air.

Wina menutup pintunya sebisa mungkin tanpa suara dan yaa dirinya tetap mematung sebelum orang itu menyuruhnya mendekat. (ihh bulshit siapa yang nolak nontonin cewek cantik mandi didepan mata.?)

"mau sampe kapan?"

Wina mengernyit, "hm?"

Aluna menoleh mengkode Wina mendekat, "ngapain? ngomong dari situ aja." Aluna terkikik, menyuruhnya kembali mendekat. "mau ngapain si?"

"sini dulu."

"iya ngapain?" sok-sok nolak ujungnya juga ngedeket. "udah." padahal baru 10 langkah.

"deketan lagi sayang."

Connected Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang